Pasar dunia untuk pinang prospektif, petani belum tergerak secara masif


Pasar dunia untuk pinang prospektif, petani belum tergerak secara masif

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 25 Agustus 2021/Indonesia Media – Permintaan pasar dunia terhadap buah pinang Indonesia baru terpenuhi sekitar 20 persen, dan belum ada jaminan mengisi kekurangan untuk pasar dunia. Artinya, pinang masih sangat berpeluang untuk dibudidaya. Kalau pinang dalam satu hektar, dalam satu bulan menghasilkan sekitar 10 juta rupiah/hektar/bulan. “Ini analisa terkecil. Asumsinya, penanaman 2 x 2,5 sama dengan 1.600 batang dalam 1 hektar,” kata Sarbini dari Koperasi Pinang Bangka Belitung (Babel). Masa panen pertama selama 3,5 tahun dengan penghasilan rata-rata dalam satu bulan sekitar 8 ton (kondisi basah). Dengan kondisi pasar sekarang, harga Rp 1500/kg x 8 = Rp 12juta/bulan. “Keuntungan tersebut dipotong Rp 2 juta untuk operasional lahan. Sehingga margin mencapai Rp 10 juta sebagai keuntungan bersih,” kata Sarbini.

Kebutuhan investasi tetap ada untuk lebih menggiatkan petani pinang di Babel. Koperasi juga menggerakan petani agar petani di Babel (Bangka Belitung) serempak menanam pinang. “Kami yakin, kalau petani tergerak serempak budidaya pinang, ekonomi di Babel stabil. Penanaman pinang juga feasible menghadapi ekonomi Babel pasca tambang timah. Karena usaha tambang timah yang sudah lama berlangsung, sudah terbukti merusak lingkungan Babel,” kata Sarbini.

Kalau investasi, mulai dari pembukaan lahan kebun sampai kembali modal, berkisar 10 tahun. Artinya dalam kurun waktu 10 tahun, petani sudah merasakan keuntungan, tanpa mengeluarkan ongkos produksi. Investasi ke dalam pabrik, petani akan lebih cepat mendapat keuntungan. “Karena pinang sudah mulai bermunculan, pabrik pengolahan. Minimal pembelahan pinang, atau pengepungan atau powder,” kata Sarbini.

Pemenuhan kuota untuk ekspor masih kurang dan pengurus koperasi masih belum menyerah. Kesulitannya, petani belum bisa dikumpulkan secara massif. sebaliknya, perhatian petani terpecah-pecah untuk program budidaya pinang. Hasil panen juga diambil tengkulak yang tidak bertanggungjawab. Sehingga pendirian koperasi parallel dengan inisiatif membina petani. Pengurus koperasi memberi harga yang sesuai dengan harga pasar dunia, sehingga keuntungan bisa dinikmati petani. “Pelepah pinang kan juga semakin dicari untuk piring organic. Ada permintaan dari India, Eropah. Seperti industri pariwisata di Bali, sudah tidak boleh lagi penggunaan piring plastic. Pelepah dimanfaatkan untuk delivery. Dalam bulan ini, mesin besar bantuan Bank Indonesia untuk pencetakan piring organic. Semoga kasus covid semakin menurun, investasi di Bali dan daerah lain mulai menggeliat,” kata Sarbini. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *