Pemerhati Bongpay berawal dari rasa ingin tahu silsilah keluarga
Dilaporkan: Setiawan Liu
Tangerang, 6 Juni 2022/Indonesia Media – Pemerhati bongpay atau batu nisan, Maja mengaku secara tidak sengaja menekuni hobinya terutama ketika ia terdorong mau menelusuri silsilah keluarga melalui bongpay kakek buyutnya sendiri. “Awalnya saya mau menerjemahkan tulisan (mandarin) yang terukir pada bongpay almarhum kakek buyut saya. Sampai saya dewasa, kuliah di semester IV tahun 2019 yang lalu, saya semakin tertarik memerhatikan bongpay, terutama terjemahannya,” Maja mengatakan kepada Redaksi.
Bongpay pada makam tradisional Tionghoa memiliki perbedaan dalam bentuk dan cara penulisannya. Tata cara penulisan dan cara membaca aksara Hanzi Tradisional pada Bongpay yaitu dari kanan ke kiri dan dari atas ke bawah, dan tulisan aksara Han pada Bongpay terdiri atas beberapa bagian. “Saya terdorong melestarikan budaya Tionghoa, khususnya pemahaman mengenai aksara yang tertulis pada bongpay-bongpay. Minimal, saya tahu garis silsilah keluarga melalui pemahaman tulisan pada bongpay kakek buyut saya,” kata laki-laki kelahiran Jakarta, September 1997.
Selain rasa ingin tahu dan motivasi melestarikan budaya Tionghoa, faktor latar belakangnya sebagai warga peranakan Cina Benteng juga. Sebagaimana masyarakat Tionghoa Benteng atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cina Benteng merupakan etnis Tionghoa yang berada di Tangerang, Banten. “Orang Peranakan Benteng seperti saya, mayoritas sudah nggak bisa berbahasa mandarin. Sehingga banyak keluarga Cina Benteng yang bingung mengenal kuburan kakek buyutnya atau bukan. Dari situ, saya semakin terdorong untuk terus menelusuri silsilah keluarga-keluarga Tionghoa melalui pemahaman tulisan pada bongpay-bongpay,” kata alumnus Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda tahun 2021
Dari berbagai diskusi dengan komunitas Tionghoa di sosial media, ia bisa saling bertukar data terkait bongpay. Terutama bagi yang punya data, termasuk data tahun kekaisaran China ratusan tahun yang lalu atau era kemerdekaan Republik Tiongkok. Data tahun kekaisaran terutama dinasti Ming dan Qing/Manchuria (1644 – 1915 M) juga signifikan. Tapi berdasarkan hitung-hitungan system penanggalan ala Tiongkok, 1911 merupakan era kemerdekaan Republik Tiongkok. “Dinasti Qing tidak lagi berkuasa pas republik Tiongkok berdiri, yakni 1 Januari 1912. Kami tukaran data dengan sesama yang peduli dan pemerhati bongpay. Salah satunya, pengurus perkuburan (Tokong) bapak The Han Thong (Bo Dong) di Parakan, Jawa Tengah. The Han Thong yang suka menulis tentang Bongpay dan share kepada para pemerhati lain. Dia sangat aktif dan tidak pelit untuk berbagi koleksi-koleksinya,” kata Maja. (sl/IM)
Salamat mlm pak.
Salam sy yudih dri cikarang.
Sy mau bertanya.karna sebagian keturunan di sy wilayah sy msh banyak yg gagal faham mengenai makam bongpai.
Yg sy mau pertanyakan.semisal
Ketik makam sudah meninggal 3thn lalu bahkan lebih.makam blm di bongpay karna ekonomi saat itu sangat sulit hingga blm bsa bonpay makam.dan nit suatu saat ada rejeki.sy ingin bongpai makam tersebut.
Pertanyaan sy itu boleh atau tdk.dan minta dikasih penjelasannya, boleh atau tidaknya
Terimakasih.semoga tetjawab agar sy bsa sedikit beri masukan di wilayah sy tentang ini.
Terimakasih