Icon Kota Bogor, Gedung Tua Doea Tjangkir Riwayatmu Kini
dilaporkan: Liu Setiawan
Bogor, 21 Juli 2024/Indonesia Media – Terletak di pinggir jalan Jl. Sawojajar, kota Bogor, gedung tua yang usianya sudah 100 tahun itu, baru beberapa hari ini terlihat sepi dan tidak ada kegiatan. Sebelumnya, gedung tua yang diberi nama Doea Tjangkir Garden Resto, sering dijadikan tempat berbagai kegiatan termasuk nyanyi dan dansa komunitas manula (manusia usia lanjut). Menurut sumber Redaksi, Doea Tjangkir yang sebetulnya salah satu icon kota Bogor, dengan kekhasan arsitektur dan berbagai peninggalan kunonya, sudah dikosongkan sejak tanggal 14 Juli yang lalu. Terlihat beberapa orang sibuk memindahkan berbagai perabot café/resto yang dibutuhkan termasuk koleksi foto-foto asli Bung Karno (the founding father), piano, kursi goyang ukir kayu jati, dan lain sebagainya. “Sekelebat yang saya tahu, pihak Sunaryo (pengusaha asal Bogor) dan keluarga pemilik pertama sempat berkelit klausul dalam perjanjian setelah transaksi jual beli (gedung Doea Tjangkir). Jual beli antara Sunaryo dan pemilik pertama, hanya sebatas tanah dan bangunan atau termasuk perabot dan barang-barang antik, furniture berharga,” kata sumber Redaksi.
Gedung-gedung peninggalan kolonial Belanda masih terlihat di sepanjang jalan Sawo Jajar. Tapi Doea Tjangkir yang dianggap paling iconic terutama berbagai kisah pemilik pertamanya, yakni keluarga Susan Purboyo (Poei An Nio). Kawasan Sawojajar juga tidak lepas dari icon toko roti Bogor Permai yang notabene juga bagian dari usaha keluarga Susan Purboyo (78). Di antara rindangnya pohon yang dijaga di sepanjang jalan Sawo Jajar, berbagai kuliner khas Bogor masih eksis termasuk tauge goring, siomay dan lain sebagainya. Sementara Doea Tjangkir lebih eksklusif karena keramahan pelayanan Susan Purboyo dan para stafnya, serta menu andalan. “Semua orang, terutama para pelanggan, komunitas menyesalkan penutupan Doea Tjangkir. Setelah upaya pengosongan gedung, pihak Sunaryo membangun tembok untuk memisahkan Doea Tjangkir dengan wisma (penginapan) yang juga milik keluarga ibu Susan,” kata sumber tersebut.
Arsitektur dan struktur gedung Doea Tjangkir juga eksklusif, bagaimana tidak, karena bisa mengatasi persoalan kelembaban kota Bogor yang relatif tinggi dibanding Jakarta dan sekitarnya. Gedung ini dibangun pada tahun 1924 oleh keluarga Tionghoa ternama asal Bogor. Mereka adalah keluarga ‘Thung’ yang awalnya membangun gedung untuk tempat tinggal para anggota keluarganya. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, gedung tersebut dijual kepada keluarga (Marga Tionghoa) ‘Poei’ atau Fang, yang salah satu anaknya adalah Susan Purboyo (Poei An Nio). Tepatnya pada tahun 1980, Susan mulai menggunakan gedung tersebut untuk usaha salon. Doea Tjangkir juga tidak kalah dengan gedung modern terutama kekuatan konstruksi batu bata. Sehingga keluarga Susan Purboyo sempat bertekad mempertahankan keunikan dan eksklusifitas Doea Tjangkir. “Sekelebat, ada isu kalau pihak Sunaryo sudah tawar-tawari (Doea Tjangkir) kepada pihak lain. Banyak pihak yang pasti menyesali tindakan tersebut, saya yakin. Tapi kalau Sunaryo meneruskan Doea Tjangkir sebagai resto café, para pelanggan dan pecinta gedung tua mungkin masih bisa terima. Tapi kondisi sekarang, halaman belakang saja yang asri sudah ditelungkupi tembok permanen,” kata sumber tersebut. (LS/IM)