Penjualan patung-patung Wihara ditanggapi datar Walubi


Penjualan patung-patung Wihara ditanggapi datar Walubi

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 27 Agustus 2021/Indonesia Media – Penjualan patung-patung milik Wihara di bilangan Petojo VIJ Jakarta Pusat ditanggapi datar oleh organisasi umat Buddha, terutama Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dengan dalih fokus dan perhatian hanya untuk pelaksanaan kegiatan bakti social termasuk pembagian sembako (sembilan bahan pokok). “Kami tidak bisa intervensi kepada pengurus klenteng atau Wihara, sama sekali tidak bisa,” kata Rusli Tan dari Walubi.

Melihat sejarah Wihara tersebut, sempat mengalami masa kejayaan, kemasyhuran, mapan dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas termasuk umat Buddha, patut kiranya dipertahankan. Fakta, presiden RI, alm. Soeharto (1966 – 1998), alm. ibu Tien Soeharto, mantan Wapres alm. Sudharmono, mantan menteri senior/ketua MPR RI, alm. Harmoko pernah temu dengan pendiri dan kepala Wihara (yang meninggal pada tahun 1991). Anak-anak angkat terutama yatim piatu yang sempat diasuh, dibiayai oleh beliau. Tetapi sekarang, kondisi Wihara yang semakin menyimpang dari arah yang seharusnya. “(patung) dijual kepada pedagang yang datang sore-sore (25/8). (alasan) bahwa dia mau beres-beres (kondisi Wihara). Dia menentukan harga, dengan terlebih dahulu mengirim foto (patung yang mau dijual) secara online. Pembelinya, pedagang untuk jual lagi, bukan untuk koleksi atau sembahyang. Ia anggap (patung) tidak sacral (suci), sehingga berani jual. Karena dia memeluk agama lain,” kata salah satu penghuni Wihara, Ali Wijaya.

Sebelumnya, salah satu Wihara besar di bilangan Tanjung Duren Jakarta Barat sudah membeli patung Dewa 18 Arahat. Harganya diperkirakan sekian puluh juta, asal patung dari Sapta Ronggo di Petojo. Yang menawarkan kepada Wihara pembeli adalah yang berprofesi sebagai makelar. “Nilai yang diraup (dari penjualan patung), mungkin harganya relative mahal. (ukuran) tinggi patung 80 cm, sebanyak 18 patung. Kalau satu patung dijual Rp 8 juta (minimal), semua altar dan hiolo (jumlahnya) sempat mencapai 54 buah. (jumlah tersebut) waktu kepala Wihara masih ada. (altar dan hiolo) ditempatkan sampai ke lantai tiga (gedung Wihara). Sekarang hanya sekitar 20 patung (tersisa), tempat hiolo juga sudah dijual,” kata Ali Wijaya.

Sementara itu, umat yang dulu sempat rutin kebaktian berjanji akan menjaga asset Wihara yang sangat bernilai, terutama Patung Empat Wajah (Sie Mien Fo). Patung tersebut impor dari Thailand sekitar tahun 2010 untuk ditempatkan di Sapta Ronggo. “Saya akan terus jaga, jangan sampai patung Empat Wajah dijual,” kata Umat tersebut. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *