Management Hasil Kerja Petani untuk Ketahanan Pangan
dilaporkan: Setiawan Liu
Bogor, 6 April 2021/Indonesia Media – Proses menuju hasil pertanian tidak lepas dari management sehingga hasil kerja petani bisa maksimal, mengingat luas lahan mencukupi terutama untuk budidaya sorgum, porang, talas dalam konteks ketahanan pangan. “Daerah-daerah masih punya banyak lahan usaha pertanian, budidaya yang luas. Kalau management bagus, dalam satu tanaman menghasilkan katak yang banyak porangnya. Sehingga bibitnya tidak mahal lagi,” kata peneliti dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) Endang Gati Lestari.
Selain porang, pembudidaya sorgum juga perlu diwadahi pemerintah. Misalkan kelompok tani A, B, C dan seterusnya tanam sorgum, perlu management bagaimana mengkoordinasikan semuanya. Pola tanam juga bisa lebih dimaksimalkan, tidak hanya setengah hektar, tapi ribuan. “Kami sebagai peneliti, penyuluh, pelaku usaha juga bisa mengajak, mendorong petani untuk tanam. Khususnya untuk sorgum, ada kebutuhan (biji dan hijauannya) untuk pakan ternak. Pasokan yang ada masih belum bisa memenuhi kebutuhan untuk peternak sapi potong, sapi perah,” kata Endang Gati Lestari.
Dalam sistem pemasaran, masih banyak petani ragu dengan penyerapan hasil panen sorgum. Hal ini berbeda untuk komoditas singkong dan jagung yang sudah lebih massive. Selain, investor untuk komoditas jagung dan singkong lebih established ketimbang sorgum. Sementara, berbagai produk olahan sorgum seperti kue-kue, produk jajanan ringan di berbagai retailers dijual dengan harga mahal. “Harga bisa sampai Rp 100 ribu, (impor) dari luar negeri. Bahan bakunya dari sorgum, dibeli oleh konsumen kelas ekonomi middle up. Kesadaran untuk kesehatan, mengonsumsi makanan sehat semakin terbangun, sorgum solusinya,” kata peraih gelar Doktor dari Fakultas Biologi Institut Pertanian Bogor. (sl/IM)