Reaksi Pertentangan Legalitas Asosiasi, Agrowisata Saung Beneng Didirikan


Reaksi Pertentangan Legalitas Asosiasi, Agrowisata Saung Beneng Didirikan

dilaporkan: Setiawan Liu

Serang, 24 Januari 2021/Indonesia Media – Ketimbang terbawa dalam suasana pertentangan mengenai legalitas kepengurusan kembar asosiasi/perkumpulan pelaku usaha talas beneng, penyuluh pertanian Dinas Pertanian (Distan) kab. Serang, Prov. Banten Kang Arif memilih mengembangkan usaha agrowisata mini plus, terutama kekhasan saung beneng. Usaha agrowisatanya berlokasi di desa Talaga Warna, kecamatan Pabuaran, Ciomas Serang dengan luas lahan sekitar 5000 meter persegi. “Saung beneng nantinya sebagai sarana tempat belajar, usaha budidaya masyarakat dan petani. Agrowisata mini ini ibaratnya cabang dari CV Putra Petani Gunung Karang yang sudah berdiri sekitar 10 tahun budidaya talas,” kata Kang Arif.

Psikologis pertentangan dan konfrontasi antara CV Putra Petani dengan Dinas Pertanian Pandeglang, Banten ada sisi positifnya. Karena kecewa dengan tindakan ‘sabotage’ oknum tertentu, ia terdorong membangun saung beneng sebagai sarana kegiatan usaha budidaya talas. “Sambil menikmati suasana pedesaan, udaranya masih bersih, masyarakat dari luar Serang, termasuk dari Jakarta bisa bertemu dengan petani. Mereka bisa belajar hands-on experience langsung menanam talas. Karena tanaman talas kan juga zero waste (nirlimbah). Daunnya diolah menjadi tembakau non-nicotine,” kata alumni Universitas Respati Indonesia.

Dinas pertanian (Distan) Pandeglang mencabut surat kepengurusan (SK) Asputaben (asosiasi pelaku usaha talas beneng) kab. Pandeglang.  Dengan dicabutnya SK tersebut, maka Asputaben dengan sendirinya dinyatakan bubar. CV Putra Petani Gunung Karang didirikan sekitar tahun 2010, menjadi besar dan produktif terutama tanaman pangan talasnya. Melalui tangan Ardi, pasar talas terbuka sampai ekspansi penanaman di luar pulau seperti Sumatera Utara, Riau, Pontianak. Pasar ekspor termasuk Belanda, Australia juga sempat melirik dan berencana kerjasama untuk perdagangan. Perjalanan Ardi sebagai inisiator tanaman talas di kaki lereng Gunung Karang meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. “Tiba-tiba ada orang-orang yang ibaratnya sempat ‘satu rumah’ mengganggu Asputaben. SK Distan diterbitkan, dan Asputaben berganti menjadi Pertabenindo (perkumpulan talas beneng Indonesia). Talas beneng itu dulunya tumbuhan liar, dan tidak ada yang berminat. Ardi yang berinisiatif budidaya sampai booming seperti sekarang ini,” tegas Kang Arif.

Atraksi agrowisata biasanya dilengkapi fasilitas seperti akomodasi, resto dan lain sebagainya. Tetapi karena saung beneng berskala mini sehingga fasilitasnya juga terbatas. Terutama kondisi pandemi covid yang masih berlangsung, kegiatan kumpul-kumpul banyak orang juga dilarang. “Petani dan pelaku usaha tidak jauh-jauh menjual hasil panennya berupa umbi, daun. Agrowisata ini sebagai tempat budidaya usaha talas, mengedukasi masyarakat ataupun petani, pelaku usaha agribisnis pemula. Ke depannya, sarana produksi, gudang untuk produk turunan talas akan dibangun,” kata alumni SMK Negeri Pertanian Serang. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *