Fragmen Cerita Keturunan Tionghoa pada Perang Kemerdekaan Indonesia
dilaporkan: Setiawan Liu
Palopo, 6 April 2021/Indonesia Media – Beberapa masyarakat Tionghoa antusias memperlihatkan kepada masyarakat luas bahwa suku Tionghoa termasuk sejarah dan budayanya, terintegrasi dalam sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Dari antusiasme, ada upaya seperti pengayaan, melengkapi khazanah berbagai museum. Sebagaimana beberapa museum seperti Museum Hakka di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Museum Peranakan Tionghoa di BSD Tangerang Selatan, Banten juga dikunjungi juga oleh masyarakat non-Tionghoa.
Terkait dengan peran orang Tionghoa dalam Kemerdekaan RI, ada beberapa anak cucu pejuang kemerdekaan keturunan Tionghoa yang mau berbagi cerita. Salah satunya, Luis Chandra (Zhang Ru Wei) yang merupakan anak dari Pejuang Kemerdekaan Zhang Lie-seng (1913 – 2003) di Makassar, Sulawesi Selatan.
“Cerita perjuang kemerdekaan Zhang Lie-seng (1913 – 2003) di Makassar, Sulawesi Selatan, yang notabene adalah Bapak saya, (yakni) saat kondisi kritis tentara Jepang terkepung. Tentara Jepang menyerah tanpa syarat kepada pasukan Sekutu (Inggris, Perancis, Uni Soviet, Tiongkok, dan Amerika Serikat) pada tanggal 14 Agustus 1945. Dalam keadaan vacuum of power (kekosongan kekuasaan), seorang Peranakan Tionghoa, Lie Seng berinisiatif dengan lantang mengajak tentang Jepang di Makasar menyerahkan senjata kepada rakyat, terutama pemuda-pemuda yang berada di belakang Lie Seng,” kata Luis Chandra
Luis mengingat-ingat cerita peperangan Lie Seng. Bapaknya mengalami langsung peperangan terutama detik-detik berakhirnya penjajahan Jepang di Indonesia. Ia belum lahir sewaktu almarhum aktif berperang dengan Jepang dan Belanda. “Tapi ketika saya masih kecil, Bapak saya (Zhang Lie Seng) sempat cerita kepada anak-anaknya mengenai peperangan zaman pendudukan Belanda dan Jepang,” kata pemilik satu-satunya mall di Palopo.
Fragmen kisah peperangan, yakni ketika Jepang berkuasa di Indonesia (1942 – 1945), Lie Seng sempat bekerja memasok makanan tauco (bumbu makanan yang terbuat dari biji kedelai yang telah direbus) untuk tentang Jepang. Tauco dibuat oleh orang Tionghoa di Makassar. Dia kirimi tauco ke asrama tentara Jepang. Waktu itu, tentara Jepang suka karena tauconya lebih sedap. Pada 6 Agustus 1945, dua bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. “Jepang kan mau mundur karena sudah kalah, tapi tidak rela untuk hengkang dari Indonesia,” kata Luis Chandra
Pada 22 Agustus 1945, Jepang mengumumkan mereka menyerah di depan umum di Jakarta. Jepang melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan Heiho. Banyak anggota kelompok ini yang belum mendengar tentang kemerdekaan.
Senjata (tentang Jepang) disita PBB. Sehingga tentara Jepang mendesak Lie Seng yang dikenal banyak pemuda di daerah. Semua pejuang daerah ditanya sampai sejauh mana mengenalnya. Para pemuda tidak ragu dengan Lie Seng dan bertekad menyerbu asrama tentara Jepang
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Sumbangan tenaga Lie Seng secara aktif atas dasar sukarela memperjuangkan, membela dan mempertahankan kemerdekaan, terutama pada kondisi kritis terutama pasca kekalahan Jepang dan saat Belanda ingin kembali masuk ke Indonesia. memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia setelah Jepang pergi.