Cruise Asia Kedua Special Edition # 7


Cruise Asia Kedua Special Edition # 7

Senin, 10 Pebruari 2020, hari ke 6 dikarantina di Diamond Princess

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Entah apa punya ‘case number’ di Kedubes Kanada atau tahu sahaya anak
Betawi dengan gubernur hebat bisa bikin sekota banjir, oom kapten jadi
ketakutan, mulai pagi kemarin kami dapat sarapan special. Ditulis di
baki antarannya, ‘lactose free meal’. Dapatnya engga kira-kira, 3 tray
makanan berisi telur, sayur-mayur, buah-buahan, sedemikian sehingga
kalau di kamp pengungsian kami bisa jualan telor en buah-buahan :-).
Ya Anda yang senang baca tahu bahwa di kamp seperti Auschwitz pun ada
pasar gelap. Asal punya emas atau benda berharga lainnya, bisa syoping
barang langka, selundupan dari siapa lagi kalau bukan sipir buian.
Hanya engga tahu apa awak kapal ini berani bertransaksi dengan kami
yang mereka perlakukan sebagai hantu. Sebetulnya kalau cuma virus flu
biasa, sudah 6 hari sekarang kami sudah bebas dari ketularan. Tapiii
kemarin oom kapten mengumumkan ada lagi 6 penumpang yang diungsikan
terkena coronavirus, d.p.l. masa inkubasi 2019-nCoV ini abnormal.
Selain sarapan istimewa, si Pornchai ketuk pintu, kursi extra warna
merah warna kesayangan Cecile tiba, Jan Swartz memang hebat servisnya,
selamatlah pernikahan kami yang hampir 45 tahun, ihik ihik :-).

Anak-anak CC USA-Canada khas anak skul cowok, pikirannya ngelantur
kesitu doang, apalagi. Mereka kasih saya ‘link’ ke video teknik-teknik
kamasutra :-). Boys, if you are at my age, engga usah 101 macam teknik
dah, masih bisa aja udah keren, apalagi bisa puluhan menit bercinta.
Itu sebabnya isteriku sayang banget ke hamba, wekwekwek, keep that
testosterone production ongoing boys, never stop exercising day and
night. Hanya saja dikarantina di kamar sekecil ini, engga terlalu
banyak ‘privacy’ dalam arti kalau tidak dari jam ke jam ada yang ketuk
pintu, oom kapten pidato di speaker kamar sekencang apa tahu. Ada yang
kasih handuk, ada yang anterin CocaCola hadiah DepKes Jepang :-), ada
supply air minum sehari 2 x 2 liter, laundry bags (iya udah dapat
cucian gratis, kemarin semua CD kami udah dikirim buat dicuci :-)).
Pokoknya susah bercinta tanpa terganggu kecuali ente udah di level
“peltu”, nempel-metu, wekwekwek :-). Salahkan anak CC kalau dongengan
ini jadi melenceng syering ke topik 21 tahun ke atas.

Anda yang sudah makan asam-garam kehidupan mestilah tahu, sekali kita
eh ente kena lotere, bukan saja temanmu akan bertambah segunung, juga
orang-orang asing yang sebelumnya tak kau kenal, mendadak jadi (ngaku)
saudaramu :-). Nah, pengalaman dikarantina ini istimewa. Saya juga
jadi kebanjiran temans. Dari sejibunan yang mendoakan kami semua, para
penumpang dan awak kapal terutama 6 Melayu dimana yang 2 terkapar kena
coronavirus, sampai yang mau mewawancarai Bang Jeha. Temans yang
tadinya ngumpet kedinginan kalau di Canada, kepanasan di Indo, pada
kirim email WA tanya kabar kami. Beberapa menganjurkan saya menulis
buku. Kebayang si JH jadi setenar JK (Rowling), duitnya kencring-
kencring di celananya, duit logam emas, special edition :-). Mana mau
lagi saya negor ente-ente, iya engga. Jadi jangan menganjurkan saya
menulis buku, biarin mendongeng sahaja tanpa dipatent begini ini.

Shirley sahabat kami di cabin lain meneleponku dan bertanya apa mau
minta ‘counselling service’ setelah kemarin kami dapat selebaran oom
kapten, bisa telepon 77 1 872 201 5236 bila mengalami ‘mental stress’.
Saya bilang ke Shirley, kalau itu nomor teleponnya Jennifer Lopez dan
dia yang jadi counsellor-nya, baru aku mau :-). Ngapain ngomong ama
‘shrink’, psikolog, iya engga? Ketika kolegaku di IBM Lab tahu saya
skul lagi di Queen’s U ambil matakuliah BA Psychology, mereka pada
jutek bertanya, “Jusni why do you want to be a shrink?” “Because I got
free tuition and textbook from IBM Canada,” begitu jawaban saya. Siapa
yang tidak mau disekolahin gratis? Teman-temanku anak CC Menteng Raya
64 manggut, sekolahan kita tak pernah berhenti, right bro, bukan cuma
belajar teknik kamasutra, wekwekwek :-)?

Kemarin sore karena ‘stuck’ 14 hari di kapal, kami dapat “bonus”
pemandangan istimewa, matahari terbenam di sebelah Mt Fuji di dermaga
Daikoku, Tokyo Yokohama. Cantik sekali. Memang gunung itu cantik
terlihat sebagai kerucut sempurna,apalagi sudah 2 hari engga menghirup
udara segar, apalagi ada matahari yang akan terbenam. Sebenarnya kami
mau kembali lagi ke Jepang ke daerah danau Kawaguchiko selain Mt Fuji
yang sudah saya survai pelajari sedikit. “Basecamp” akan di Hakone,
bagaimana kesanananya dari Tokyo dan ada pemandangan alam apa saja
selain danau-danau di sekitar Mt Fuji, sudah tahu sedikit. Kalau dari
Yokohama, Hakone cuma 60an km, sejauh Tokyo ke Narita. Hakone, wa
watashitachi o matteimasu: tunggu ya Hakone :-).

“Pak, anak Indo?,” kutegor seorang bapak dengan wajah Asia saat kami
keluar ke deck 15 kemarin. Ia sedang mengamplas suatu daerah di deck
tersebut, tidak terbuka ke kami yang sedang diperbolehkan keluar.
“Iya,” jawabnya sedikit heran. “Anak Bali pak?,” tanyaku lagi. “Bukan,
saya tinggal di Pemulang II,” jawabnya. “Mau diwawancara oleh koran
Indo di Jepang engga?,” tanyaku langsung nodong. “Engga boleh pak,
engga berani, Internet saja dibatasi,” kata Pak Lumoindo yang sudah
bekerja di Princess selama 29 tahun atau tahu aturan. “Oh oke, engga
apa-apa Pak,” dan saya ngobrol dikit a la kadarnya. Wawancara itu
bukan ide atau keperluanku tapi titipan anak CC di Tokyo yang berminat
mengetahui nasib awak kapal di dalam masa karantina ini. Saya sedikit
‘overestimate’ psiko anak Indo. Yang normal yah seperti itu, ogah tak
akan berani (kalau tahu mau) di-interview.Sebetulnya saya bisa menjadi
interviewer-nya, mewakili majalah Indonesia Media Los Angeles dimana
bang jeha resmi jadi staf koresponden majalah tsb :-).

Kemarin malam, dapat surat dari headhoncho Princess yang menjanjikan
semua ongkos cruise kami ini akan dikembalikan, termasuk ongkos kapal-
terbang dan hotel, pre-post cruise. Selain itu ongkos cruise itu bisa
dipakai sebagai ‘future cruise credit’ untuk booking sebelum 28 Peb
2021, d.p.l. dapat cruise yad gratis. Bukan main. Seperti saya sering
katakan, kumpeni cruise tidak bisa membuat penumpangnya kapok sebab
bisnis mereka mendasarkan kesetiaan penumpang. Jadi dengan segala
kesengsaraan yang sedang kami alami, Jan Swartz dan jajaran Princess
sudah melakukan perilaku terpuji yang menyaingi slogan IBM jaman
dahulu kala: IBM Means Service -> Princess Means Service.( Jusni H / IM )
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *