Di zaman pendudukan Jepang, semua surat kabar yang ada di Bandung dan Jawa Barat ditutup. Semuanya disatukan menjadi satu penerbitan yaitu surat kabar Tjahaja di bawah pengawasan Sendenbu (Departemen Propaganda).
Hal itu merupakan bagian dari usaha Jepang untuk mengawasi penerbitan surat kabar secara ketat. PimpinanTjahaja pada waktu itu ditunjuk Oto Iskandar Di Nata dan Bratanata.
Dengan pengawasan yang ketat dari pemerintahan Jepang, tentu saja kebanyakan isi Koran Tjahaja berbau propaganda yang memuji-muji kebesaran dan kebaikan Negara Jepang sebagai “saudara tua” bangsa kita.
Selain itu banyak kata diubah ke bahasa Jepang, seperti nama bulan dan tahun yang mengikuti penanggalan Jepang.
Namun ada satu kolom kecil yang menarik dan selalu ada di tiap penerbitan Koran Tjahaja. Kolom itu berjudul:Pertolongan Pertama, yang berisi pengetahuan tentang cara-cara yang harus dilakukan untuk menangani korban kecelakaan, keracunan, dan lainnya, sesegera mungkin di tempat kejadian sebelum tenaga medis mengambil alih penanganan. Untuk memperjelas dan memudahkannya, terkadang artikel itu diberi gambar yang sangat membantu para pembaca.
Topik Pertolongan Pertama tiap harinya selalu berganti. Misalnya saja tentang cara menolong orang tenggelam, cara membalut luka dan membidai orang yang terkena luka dalam/patah tulang, cara menangani orang yang keracunan dan lain-lain.
Dengan maraknya kasus keracunan makanan belakangan ini, tampaknya kolom yang berisi cara menangani orang yang keracunan masih relevan jika dikutip di masa kini.
Menurut isi kolom itu, untuk menolong orang yang terkena racun terlebih dulu harus mengenali jenis racun yang masuk ke tubuh. Selanjutnya baru diberi penanganan yang sesuai. Misalnya:
– Keracunan makanan; diberi air minum atau susu sebanyak setengah liter atau sampai korban muntah.
– Racun yang masam; diberi minuman air kapur sirih.
– Racun debu (abu); diberi minuman jeruk.
– Racun karbol; diberi norit atau 3 sendok makan tepung arang kayu yang dicampur dengan setengah liter air.
– Racun digigit lebah; tetesi kulit bekas sengatan dengan air salmiak.
– Racun karena digigit ular berbisa, yang harus dilakukan; Cepat-cepat diikat kencang-kencang pada sebelah atas gigitan (mengikat urat terusan antara luka dan jantung) lalu luka di hisap, lalu di olesi atau digosok keras dengan zoutzuur atau saltpeter atau dibakar dengan besi panas/pisau.
Pemberian air minum, air susu, minuman jeruk atau minuman lainnya harus sebanyak setengah liter atau sampai si korban muntah. Tujuannya adalah untuk segera mengeluarkan racun yang masuk dengan memuntahkannya, selain itu minuman-minuman itu juga dapat melemahkan racun yang masuk ke dalam tubuh (Tjahaja, 21 Hachigatsu 2605/Cahaya, 21 Agustus 1945).
Diharapkan pada para pembacanya supaya dapat mempraktekan pengetahuan itu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Tampaknya selain menduduki Negara kita, ada juga maksud baik Jepang walaupun hanya sedikit. Semoga saja kutipan yang sedikit dari koran lama ini dapat bermanfaat bagi kita semua.