Usaha Pertanian Berkelanjutan dengan Ecosystem, Model Bisnis Hulu – Hilir


Usaha Pertanian Berkelanjutan dengan Ecosystem, Model Bisnis Hulu – Hilir
dilaporkan: Setiawan Liu

akarta, 26 Mei 2021/Indonesia Media – Usaha pertanian yang berkelanjutan atau sustainable agriculture hanya bisa dibangun dengan ecosystem seperti model bisnis berbagai perusahaan yang mengakuisisi aset hulu – hilir, menyatukan kelembagaan pangan yakni petani, pemilik lahan, pekerja, aggregator, offtaker logistik dan lain sebagainya. “Pertanian modern tidak ada yang hanya tangani sektor hulu saja. Ecosystem harus dibentuk hulu – hilir untuk bisa sustainable (berkelanjutan), itu wajib,” kata konsultan agribisnis di Jakarta

Usaha pertanian saat ini menjadi salah satu jenis bisnis yang cukup diminati banyak orang mengingat tidak membutuhkan modal besar untuk memulainya. Tidak hanya di pedesaan saja, kini petani modern sudah banyak ditemukan di kota-kota besar. Untuk mencapai pertanian modern, Kemendes juga harus mengidentifikasi tahapan pekerjaan, luas lahan dan sebagainya. “Ibaratnya, connecting the dots atau upaya kita membangun satu kesatuan dalam ecosystem yang tidak terpisahkan. Mulai dari petani sampai aggregator yakni BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) atau Pemerintah Daerah. Kalau tanpa pembangunan ecosystem, (agribusiness) sulit berhasil,” kata konsultan tersebut melalui sambungan telepon.

Kekalahan indonesia, terutama kalau dibandingkan dengan usaha pertanian Tiongkok yakni luasan lahannya idealnya puluhan bahkan ratusan hektar. Pasar juga sudah disiapkan sehingga pemerintah dalam hal ini, Kemendes ataupun Kementerian Pertanian bisa mengidentifikasi kebutuhan dan fasilitasinya. Perusahaan penyedia lahan pisang cavendish, misalkan bisa saja bekerjasama dengan Sewu Segar Nusantara (Sunpride) Tangerang. “Selain, peluang kerjasama dengan pasar di Singapura, Kuala Lumpur kan terbuka. Dengan demikian, penguasaan pelabuhan Kuala Tanjung (Medan), Belawan, Batam juga terbuka. Tugas pemerintah sebagai aggregator,” katanya.

Contoh lain, fakta bahwa industri di Indonesia yang bergerak dibidang industri makanan ringan atau snack, PT Indofood Fritolay yang masih membutuhkan kentang untuk bahan baku snack foods. Kentang asal Berastagi, Karo di Sumatera Utara juga tidak kalah dengan Garut (Jawa Barat) dan Wonosobo (Jawa Tengah). Tetapi petani di Karo bisa menyiapkan lahan, setelah itu baru bisa membuka pasar dengan Indofood.  Penyiapan lahan, misalkan sampai lahan 100 hektar, harus ada kepastian dengan offtaker. Misalkan Indofood bisa menyerap kentang petani Karo  dengan harga sekian yang layak untuk petani. “Ini juga bagian dari ecosystem dimana PT Pandawa yang melakukan kontrak dengan petani, Indofood sebagai offtaker. Tidak mungkin petani, pemilik lahan yang kontrak dengan Indofood, Petani kan hanya budidaya, pemasaran juga bukan tugas mereka. Opsi lain, menggandeng BUMDes, sehingga ada penerusan ke offtaker, Indofood. ini yang dimaksud dengan connect the dots,” katanya.

Di tempat berbeda, pelaku usaha pertanian di kab. Karo Sumatera Utara Yendi Sembiring mengatakan bahwa kunjungan anggota Komisi 3 DPR RI Hinca Panjaitan ke lahan pertanian dan lahan binaan PT Pandawa Agro sudah direncanakan sebulan sebelumnya. Management PT Pandawa dan Hinca Panjaitan sempat membahas mengenai potensi dan prospek budidaya talas, pisang. Pertemuan dengan petani talas berlangsung sekitar tiga jam termasuk diskusi mengenai ketahanan pangan di masa pandemi yang masih mendera Indonesia. “Beliau tertarik dengan usaha pertanian, mengembangkan talas beneng, pisang. Harapannya, semoga pelaku usaha pertanian bisa terus meningkatkan dan menjaga ketahan pangan, minimal di Sumatera Utara. Karena tidak ada yang bisa memprediksi, kapan pandemic covid bisa selesai,” kata Yendi Sembiring. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *