Salon melegenda di Bogor, pelanggannya ibu-ibu pejabat tinggi


Salon melegenda di Bogor, pelanggannya ibu-ibu pejabat tinggi

dilaporkan: Setiawan Liu

Bogor, 16 Oktober 2022/Indonesia Media – Salon dan penata rias rambut Susanna di Jl. Sawojajar Bogor dengan deretan pelanggan, dikenal mulai dari kalangan ibu-ibu pejabat tinggi sampai wanita muda berusia 25 – 35 tahun, berstatus ekonomi sosial menengah ke atas, dengan pendidikan minimal S1. Usaha tata rias Susanna melegenda di Bogor dan sekitarnya karena sudah berlangsung sejak tahun 1965. “Tahun 1963, saya lulus SMA Regina Pacis Bogor, saya lanjut kursus (tata rambut) di Coiffure, dengan orang Belanda. Tahun 1964, saya sempat sibuk kuliah di fakultas hukum UKI (Universitas Kristen Indonesia) Jakarta, tapi tidak dilanjut karena saya lebih tertarik dengan kegiatan hair stylist and beautician,” kata Susanna.

Tahun 1965-1966, ia berusaha upgrading (kegiatan tata rias) dengan membuka salon di Bogor Permai (toko roti). Ia mulai dengan satu kaca dan terus bertambah. Sejak ikut kursus di Coiffure tahun 1964, secara basic nya saja, terus berlanjut sampai tahun 1965. “sambil terus meningkatkan skill (tata rias, kecantikan), saya sudah buka salon. ibu Hartini Soekarno (istri keempat Presiden RI Soekarno; September 1924 – Maret 2002), para istri bupati sampai sekarang masih datang ke salon saya,” kata Susanna.

Coiffure berlokasi dekat Ragusa (kedai es krim)  Jl. Veteran I dan tidak jauh dari gedung Sekretariat Negara (Setneg). Ia berkenalan dengan orang-orang The Goodyear Tire & Rubber Company, pabrik ban mobil yang dekat dengan Bogor Permai. Di Coiffure, orang Belanda mengajar gunting rambut, dan ia mengambil materi yang sangat dasar. Coiffure tidak menggunakan konsep untuk penataan, sebaliknya hanya mengajarkan bagaimana cara gunting rambut, keriting, hairstyling. Setelah mengikuti kursus selama enam bulan, ia optimis membuka salon. “Langganan-langganan pertama, pemilik gedung Doea Tjangkir (yang sekarang menjadi café resto). Saya sempat belajar style (tata rambut) ala Jepang, kita hanya boleh mengerjakan satu part. Kalau gulung (rambut), gulung terus. kalau tidak rapih, tidak boleh lanjut,” kata Susanna.

Tempat awal salonnya, awalnya keluarganya terutama kedua orang tuanya membeli gedung di Jl. Sawojajar, Bogor. Pembelian gedung tidak sekaligus, melainkan bertahap atau cicil. Karena kedua orang tuanya berprinsip, bahwa untuk kehidupan yang lebih layak dengan memiliki rumah. “Saya pindah ke situ, dan buka salon. Awalnya saya kan sempat bantu (usaha orang tua) di Bogor Permai, terutama untuk minimarket. Karena almarhum ibu saya pindah, rumah dibikin menjadi salon,” kata perempuan kelahiran tahun 1945.

Perjalanan panjang menjadi seorang legenda penata rambut adalah rentetan kegiatan usaha yang saling berkaitan, termasuk tata rambut. Ia sempat buka usaha fashion dan garmen. Ia sempat sekolah di Pivot Point, Vidal Sassoon, Martha tilaar kosmetika. Selain kerja keras dan ketekunan, kedua orang tuanya juga terus mendorong. Apalagi ia seorang anak perempuan, yang diharapkan tidak bekerja di luar rumah terlalu lama. “Saya buka sekolahan Pivot Point Academy beauty school tahun 1989 – 1992, pusatnya di Jakarta. Sejak itu saya semakin tahu dan mengenal berbagai konsep (tata rambut, kecantikan). Saya mengerjakan sesuatu bukan tanpa dasar, tapi dengan konsep,” kata Susanna. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *