Produsen Antisipasi Peredaran Pupuk Palsu untuk Peremajaan Sawit Kubu Raya 


Produsen Antisipasi Peredaran Pupuk Palsu untuk Peremajaan Sawit Kubu Raya 

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 25 Juni 2021/Indonesia Media – Consulting Engineer pada Produsen Nutrisi Hidroponik Fiora, Aan Kamil melihat perdebatan dengan oknum pemalsu pupuk di pasaran sangat membuang waktu, dan berharap aparat kepolisian segera menindak pelaku pengedar di pasaran. “Niatnya (oknum pengedar pupuk palsu) penipuan. Tapi dia beralasan (pupuk palsu) sebagai pembenah tanah (untuk memperbaiki struktur tanah). Harusnya dia bikin brand sendiri kalau mau mengedarkan (pupuk) di pasaran,” Aan Kamil mengatakan kepada Redaksi.

Petani juga sering tidak teliti untuk membedakan pupuk asli dengan yang palsu. Sementara kebutuhan pupuk kimia di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sebagai salah satu input utama produksi maka keberadaan pupuk kimia seakan tak bisa dipisahkan dari petani. Pupuk NPK Phonska (Nitrogen Phospate Kalium) digunakan sebagai penyeimbang unsur hara makro dan mikro pada tanah. “(Pemalsuan) terjadi, banyak sekali kasus di bawah. Petani berharap beli pupuk majemuk NPK, tapi yang terbeli pupuk palsu. Isinya bukan NPK, tapi kapur. (tanah dan tanaman) bukannya menjadi subur, hijau, hanya Ph nya yang bagus. Petani harus teliti sebelum membeli, tapi cara (penipuan) sangat mengelabui. Desain karung, termasuk bentuk dan warna hampir sama,” kata aktivis pada Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Jawa Tengah

Hal ini juga dikhawatirkan berpengaruh terhadap rencana kegiatan peremajaan sawit rakyat di kab. Kubu Raya, prov. Kalimantan Barat. Luas lahan perkebunan sawit mencapai sekitar 1500 (seribu, lima ratus) hektar dan ada kebutuhan pupuk NPK dari supplier. Produsen berusaha menghindari kesalahan pengadaan pupuk yang tidak berkualitas. Karena selama ini, peredaran pupuk palsu semakin masif. “Oknum tersebut mengaku ada izin peredaran (pupuk palsu). Tapi kemasannya tidak sesuai, mengimitasi produk yang sudah ada di pasaran. Terutama pupuk dari PT Petrokimia Gresik (BUMN). Kami kan bekerjasama melalui Pupuk Indonesia (PI) Holding Company. Kami perlu mengawal proyek ini (di Kubu Raya) sesuai dengan harapan petani,” tegas Aan Kamil.

Peredaran pupuk palsu dengan ‘plesetan’ tulisan merek yang hampir sama yakni PHONSKA dan PHOSKA. Kemasan sekilas mirip, termasuk tulisan serta font nya juga sama. Banyak petani tergiur dengan harga yang sangat murah, sehingga mengambil pupuk palsu. Isinya hanya Ca dan Mg, yakni kapur dan bukan NPK; Nitrogen (N), Phosphat (P) dan Kalium (K). kalau peredaran pupuk palsu terus berlanjut, dampaknya bisa terjadi kelangkaan pupuk asli di berbagai daerah. “Mereka yang punya merek pupuk palsu, tapi claim bahwa mereka punya izin. Lalu mengapa ada oknum yang menerbitkan perizinan. Setahu saya, ketika pendaftaran produk, kalau ada produk yang mirip beredar di pasaran, (merek) disuruh ganti. Karena ada proses pendataan saat mendaftarkan merek. Kasus PHONSKA dan PHOSKA sangat merugikan petani, produsen pupuk asli dan semua yang berusaha di sektor pertanian,” kata Aan Kamil.

Sementara itu, Owner and Director di Outreach International Bioenergy Elias Tana Moning (ETM) akan mengedarkan pupuk organik dan sangat tidak menyarankan petani untuk tidak menggunakan pestisida (salah satu jenis bahan cair yang diberikan pada tanaman). “Pendekatannya, sistem immune atau kebal terhadap penyakit (pada tanaman). Penyakit yang bukan serangga, melainkan virus yang sangat mematikan,” ETM mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telepon.

 

Tanaman padi dalam kurun waktu tiga hari, daunnya menjadi coklat. Virus dibawa walang sangit wereng selama tujuh hari. Lalu tanaman padi berubah, hijau menjadi kuning, lalu menjadi coklat dan akhirnya mati dalam waktu tujuh hari. Selama ini petani juga salah kaprah. Mereka tidak mengetahui bahwa yang mematikan adalah virus. Kalau serangga aktif pada malam hari, sehingga disebut nocturnal. Petani menyemprot sawahnya untuk tanggulangi hama pada siang hari sementara hamanya aktif malam hari. “Kalau kita semprot, serangganya kena semprot, itu efektif. Itu tier (tingkat) satu, yang kedua, virus yang dibawa serangga. Serangganya nggak kena disemprot racun. Kedua, yang menyebabkan matinya tanaman bukan serangga, tapi virus yang dibawa serangga,” kata alumni Urusan Community development, University of Massachusetts Amherst. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *