Pan China International (PCI), investor pertambangan asal China, menyiapkan dana antara US$200 juta dan US$300 juta (sekitar Rp2,5 triliun) untuk membangun pabrik feronikel terbesar di Indonesia di Blok Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
“Insya Allah konstruksi pabrik sudah mulai tahun depan. Tahun ini kita akan memulai kegiatan dengan membangun pembangkit listrik,” kata Omri Samosir, salah seorang pimpinan PCI Indonesia saat dihubungi di Palu, hari ini.
Menurut dia, pabrik feronikel ini berkapasitas 50.000 ton dalam feronikel, jauh lebih besar dari kilang yang dimiliki PT Aneka Tambang di Pomala’a, Sulawesi Tenggara sekitar 15.000 ton.
Investasi ini akan dilaksanakan bekerja sama dengan PT Vale-Inco dari Brasil, pemilik saham mayoritas PT Inco, Tbk. Vale Inco memiliki konsesi di Blok Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulteng, puluhan ribu hektare yang sampai saat ini belum dimanfaatkan.
“Kami akan memanfaatkan konsesi itu untuk mengambil ‘ore’ [tanah yang mengandung nikel] sebagai bahan baku pabrik,” ujar Omri yang mantan Vice President PT Inco Indonesia, Tbk itu.
Dia menegaskan bahwa pabrik feronikel ini sudah memiliki desain, karena PCI telah memiliki pabrik yang sama di China sehingga desainnya hanya ‘dicopy-paste’ sehingga fisik pabriknya nanti tinggal disesuaikan dengan kondisi di Bahodopi.
PCI, kata Omri, memilih membangun pabrik feronikel karena pasarnya yang sangat prospektif. “Pasar feronikel di Asia Pasifik dan China selama ini tumbuh rata-rata 20 persen per tahun,” ujarnya.
Dia berharap bahwa pabrik ini akan berproduksi 2014 di mana pada saat itu, pemerintah Indonesia telah melarang perdagangan ore (bahan baku nikel) dan harus dalam bentuk olahan atau barang jadi sesuai amanat UU Minerba yang baru.
Pembangunan pabrik tersebut akan diawali dengan pendirian pembangkit listrik yang menggunakan batu bara (kokas) berkapasitas 20 mega watt.
“Pembangunan pembangkit listrik ini akan dimulai tahun ini juga,” ujarnya.
Dia menambahkan dalam waktu dekat akan menyelesaikan seluruh kewajiban perusahaan kepada warga setempat, terutama terkait ganti rugi dan kompensasi atas bangunan dan tanaman warga yang saat ini berdiri di atas konsesi Vale-Inco di Bahodopi.
“Kami akan berada di sini untuk waktu yang sangat panjang, jadi kami tidak mau ada masalah dengan warga setempat,” ujarnya