Kemping ke Barat Amrik # 6


Rabu, 29 Mei 2013

Jam tubuhku masih eror, jam 4 sudah melek sehingga ketika hari mulai
terang di jam 5, saya keluar dari tenda, bosen berduaan doang di
dalam “kamar” seceplikan :-). Bule-bule yang kemping di Grand Canyon
beda dengan bule kempingers di Ontario yang bangunnya bangsa jam 9.
Mereka pagi-pagi jam 6 sudah bangun, konon untuk mengejar jam hiking.
Di kamar kecil yang cuma ada wastafelnya ketemu dua Indihe lagi
mandi pasfoto :-). Tiada larangan memang sebab mandi beneran kudu
bayar pakai coin tetapi coin shower ini jauh dari campground kami.
Jadi saya karena engga berBB merasa tak perlu shower maupun pasfoto
engga usah dah. Kalau Anda pernah memirsa mengikuti serial Kemping ke
Alaska kami rombongan yang sama, seminggu kami tidak mandi dari mulai
terakhir di Cheena Hotspring lalu kemping ke Denali dan Kluane NP.
Baru di kota Tuk, Alaska, kami bisa “mandi pasfoto” di tourist
visitor center-nya. Jadi 2-3 hari mah masih ecel :-).

Karena masak pasta untuk makan siang selain bongkar tenda maka baru
jam 8:30 kami bisa berangkat, 2 jam-an dari saat semua bangun. Makan
pagi bervariasi banget, roti dengan turkey bacon, wrap sisa kemarin
dan buah papaya tuk cuci mulutnya. Chef kami tiada duanya di dunia :-).
Kami tidak langsung menuju Bryce Canyon NP tapi mampir dulu di satu
perhentian Grand Canyon bernama Watch Tower. Lumayan bagusnya dan
Colorado River jelas terlihat di bawah sehingga ketika Cecile ngeker
terlihat 6 canoeist sedang mengarungi daerah jeram disitu. Ber-canoe
di arung jeram class 4 class 5 demikian, kalau engga pengalaman dan
kecebur kau bisa ketemu Santo Petrus duluan tuk yang Kristen, untuk
yang Islam tanya si Vita warga milis ServiamTO.

Dari situ baru kami berangkat atau men-set GPS ke Bryce Canyon dengan
route sampingan ke kota kecil bernama Page. Sebab disitu ada supermarket
Safeway langganan kami kalau belanja grocery di USA. Sebetulnya kami
atau Janti punya kartu Safeway ex kemping yang lalu tetapi ketinggalan,
maklum bawaannya juga pasti seratusan barang. Belanja dan apply kartu
anggota lagi sehingga dapet cem-macem diskon, minimum 10%. Memang ibuk-
ibuk kami oke punya untuk urusan penghematan :-). Modal untuk camping
trip berikutnya … ke Eropa, ihik ihik :-). Beginilah kami dua keluarga
sintingers, sambil menjalankan atau pergi camping, kami selalu mencita-
citakan trip berikutnya sehingga hidup tak pernah membosankan :-).

Trayek ke Bryce Canyon sebetulnya tidak jauh, 300an miles, 500an km.
Apa daya di suatu intersection kami berhadapan dengan petunjuk ‘Hw 89
Detour’ termasuk kota Page-nya. Tidak bisa lewat Hw 89 langsung ke
Page dan menurut spion Benso yang sudah membaca pengumuman di Grand
Canyon, ada kelongsoran jalan. Tadinya kami mau mencoba menjalaninya
tetapi mengingat tidak akan ada pom bensin bolak-balik sampai Page,
maka kami nurut. Saat itu bensin di tangki tinggal setengah dan jarak
ke Page 100an miles. Kalau kami harus balik, nangis bombay banget, kudu
dorong mobil di tengah padang gurun :-). Detour itu jadi memperpanjang
perjalanan tambah 100 mile, 90 menit extra. Mestinya jam 4 sudah sampai,
baru jam 5:30 kami tiba di campsite kami. Seratus kali saya dan Cecile
sudah pernah kemping, di beberapa benua, baru sekali ini di post atau
tiang di muka campsite kami, sudah tertera nama Benny yang melakukan
pemesanan, nomor site dan untuk berapa malam. Utah rupanya negara bagian
Amrik yang camper’s friendly.

Tadi kami makan siang di pelataran parkir Safeway di kota Page sambil
memanfaatkan saluran nirkabelnya. YuTan warga serviamTO miss fuji alias
tukang potret en jalan-jalan, iri berats, ngiler katanya memirsa kedua
postinganku dari situ. Rupanya ia tahu, camping bersama kedua chef kami
makanan terjamin mutunya, selain penuh gizi, pas tuk lidah Melayu.
Sebab menu malam ini adalah laksa a la Bryce Canyon. Rasanya, tak usah
disebut sebab terakhir Cecile bikin laksa di acara Akademi Bridge
ServiamTO, ludas tandas sampai anak-anak engga kebagian, becanda :-).
Seusai makan malam Cecile memasak nasi untuk menemani sisa laksa menu
makan pagi besok, sekalian chef JHO dan ST (Somali Travel) membuat nasi
goreng untuk bekal hiking di Bryce Canyon. Pertama kali barangkali ada
yang hike bawa omprengan nasi goreng sepanjang sejarah Bryce Canyon.
Juga hampir pasti tak ada campers disini yang pernah makan laksa dan
Soto Betawi, menu esok malam. Soalnya rek, kami satu-satunya Asian di
seluruh campground. Ini masih negeri bule, tidak seperti di kota Toronto
yang terkadang membingungkan kalau kita keluar rumah, apa tinggal di
negeri bernama Kanada atau ada di RRT/India :-). Sejak kami mulai
berjalan dari Phoenix Airport sampai dengan saat ini, terasa kami ada
di Amerika Serikat, bukan di Scarborough yang mirip Chinatown atau di
Brampton yang bak ada di Bombay, keduanya daerah Greater Toronto Area.
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *