PESAN WAISAK 2558/2014


Pare ca na vijānanti, Mayamettha yamāmase

Ye ca tattha vijānanti, Tato sammanti medhagā

(Dhammapada 6)

 

Hari Trisuci Waisak memperingati tiga peristiwa agung yang terjadi pada bulan Waisak,

yaitu  peristiwa  kelahiran  Bodhisatta  Siddhattha  yang  kelak  menjadi  Buddha  Gotama,  saat

pencapaian  Penerangan  Sempurna  Kebuddhaan,  dan  saat  mangkat  Buddha  Gotama.  Tiga

peristiwa  agung  itu  menjadi  objek  penghormatan  bagi  umat  Buddha  dalam  Pujabakti Waisak.

Tahun  ini  tepat  pada  tanggal  15  Mei  2014  kita  memperingati  Trisuci  Waisak.  Umat  Buddha

melakukan Pujabakti Waisak di candi, vihara ataupun cetiya dimana mereka berada.

Saṅgha  Theravāda  Indonesia  menyampaikan  Pesan Waisak  2558/2014  kepada  seluruh

umat Buddha dengan mengangkat tema: Kerukunan Dasar Keutuhan.

Kerukunan  itu  indah  pada  awalnya,  indah  pada  pertengahannya,  dan  indah  pula  pada

akhirnya. Prinsip kerukunan sendiri mencakup tiga hal: sikap batin  rukun, pencegahan konflik,

dan  persaudaraan.  Awalnya  berupa  sikap  batin  rukun,  pertengahannya  berbentuk  pencegahan

konflik,  dan  akhirnya  terjadilah  persaudaraan  atau  keutuhan.  Sikap  batin  rukun  adalah

pengendalian  nafsu-nafsu  keinginan  egois.  Nafsu-nafsu  keinginan  egois  menjauhkan  manusia

dari  sifat  kemanusiaannya,  sehingga  menimbulkan  konflik  dan  ketegangan  dalam  masyarakat.

Pencegahan  konflik adalah mencegah  segala cara  kelakuan  yang  bisa mengganggu  keselarasan

dan  ketenangan  masyarakat.  Persaudaraan  atau  keutuhan  akan  menjadikan  keselarasan  hidup

masyarakat  bersama.  Konflik  sosial  merupakan  ancaman  bagi  masyarakat  yang  dapat

menghancurkan berbagai pihak yang terlibat. Guru Agung Buddha mengatakan bahwa sebagian

besar  orang  tidak  mengetahui  bahwa  dalam  pertengkaran  mereka  dapat  saling  binasa,  tetapi

mereka yang menyadari kebenaran itu, akan segera mengakhiri pertengkaran. (Dhammapada 6)

Konflik  perlu  disadari  bermuara  dari  tiga  sebab  utama,  yaitu  munculnya  nafsu-nafsu

ketamakan, kebencian, dan keakuan. Ketamakan akan menimbulkan pengambilan milik ataupun

perampasan hak milik orang lain. Karena itu ketamakan dapat menimbulkan konflik antara orang

yang  diuntungkan  dan  dirugikan.  Hasrat  serakah  akan  menimbulkan  kesengsaraan  bagi  orang

lain,  dan  disitulah  benih  konflik  timbul,  seperti  halnya  pada  saat  orang  melakukan  penipuan

ataupun  korupsi  tanpa  menghiraukan  terjadinya  kesengsaraan  hidup  orang  lain.  Selain

ketamakan,  penyebab  konflik  yang  lain  adalah  kebencian,  ketidaksukaan  mendalam  yang

terdapat  dalam  pikiran  kita  akan  menimbulkan  nafsu  keinginan  egois  untuk  menyusahkan

ataupun  membinasakan  orang  yang  tidak  disukai.  Kebencian  dapat  disebabkan  oleh  berbagai

bentuk  perbedaan  atau  pandangan  yang  tidak  dapat  diterima  dengan  lapang  dada,  sehingga

kebencian  ini  sangat  berbahaya  bagi  kehidupan  bersama.  Konflik  yang  ditimbulkan  dari

kebencian  dapat  berlangsung  lama  karena  masing-masing  yang  bertikai  akan  berusaha  untuk

saling  menghancurkan.  Pada  saat  sekarang  ini  rakyat  Indonesia  sedang  melaksanakan  pesta

demokrasi Pemilihan Umum, tentu  rakyat akan memilih sesuai dengan keinginannya, ada yang

terpilih  dan  ada  pula  yang  tidak  terpilih,  ada  yang  memperoleh  suara  banyak  dan  ada  yang

memperoleh  suara  sedikit,  karena  itu  perlu  dicegah  terjadinya  konflik  karena  penolakan  hasil

pemilihan  tersebut.  Adapun  apabila  terjadi  berbagai  keganjilan  dalam  proses  pemilihan

hendaknya dapat diselesaikan secara adil dan benar sesuai hukum yang berlaku.

Penyebab lain dari konflik adalah keakuan atau arogansi. Arogansi kekuasaan, kekayaan,

kepandaian  akan  menimbulkan  konflik,  karena  nafsu  kesewenang-wenangan  yang  ditimbulkan

dari arogansi itu akan menyusahkan hidup orang lain. Salah satu bentuk keakuan itu adalah sikap

keras  kepala  bahkan  anti  toleransi  akan  memicu  konflik  bagi  kehidupan  sosial.  Keras  kepala

karena kekuasaan, kekayaan, kepandaian selalu membuka pertikaian dengan orang lain. Karena

itu kehidupan bersama dalam perbedaan ataupun kemajemukan agama dan budaya menjadi sulit

terwujud ditengah-tengah sentimen keagamaan dan kebudayaan yang berkembang.

Menyadari  konflik  yang  bisa  saling  menghancurkan  dan  membinasakan  sangatlah

penting,  karena  kehidupan  yang  diwarnai  konflik  akan  menimbulkan  suasana  hati  yang  selalu

penuh kecurigaan, ketidakpercayaan, ketakutan, kemarahan, dan berbagai bentuk pikiran negatif

lainnya. Suasana hati seperti itu akan membuat hidup kita terpecah belah, saling terpisah dalam

pertentangan. Padahal  kehidupan  kita,  baik  dalam  keluarga, maupun  bersama tetangga,  bahkan

bermasyarakat,  berbangsa,  dan  bernegara  sangatlah  perlu  dibangun  dalam  kerukunan  untuk

menjaga  keutuhan.  Keutuhan  berkeluarga,  bermasyarakat,  berbangsa,  dan  bernegara  menjadi

sarana bagi tercapainya kehidupan sejahtera dan bahagia.

Guru  Agung  Buddha  mengatakan  terdapat  empat  hal  yang  dapat  menimbulkan

suasana  kerukunan  hidup:  berderma,  berbicara  santun,  melakukan  hal  yang  bermanfaat,

dan  tahu  menempatkan  diri.  Berderma  atau  menolong  orang  yang  memerlukan  bantuan

akan  menimbulkan  suasana  persahabatan,  karena  pada  hakikatnya  hidup  yang  saling  tolong

menolong  akan  dapat meringankan  bahkan mengatasi  kesusahan  hidup. Berbicara  santun  akan

menyenangkan orang lain, menimbulkan sikap saling menghormati satu sama lain. Penghargaan

bagi setiap keberadaan manusia akan memanusiakan hidup masing-masing manusia. Melakukan

hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain, sama halnya dengan saling melayani keperluan orang

lain,  permusuhan  menjadi  sirna,  karena  yang  ada  hanya  kemanfaatan  dan  kebaikan  bersama.

Tahu  menempatkan  diri  berarti  menjaga  diri  agar  tidak  melakukan  hal-hal  yang  buruk  bagi

sesama.  Tolong  menolong,  saling  menghargai,  saling  melayani,  saling  tahu  menempatkan

diri, akan membuat  relasi antar manusia  saling  berdekatan, mendekatkan jarak  sikap  hati antar

manusia. Itulah hal-hal yang dapat menimbulkan persaudaraan antar sesama manusia.

Kepada  siapapun  yang  berhasil  memperoleh  kesuksesan,  terutama  pada  saat  Pemilihan

Umum  saat  ini,  Guru  Agung  Buddha  menyatakan  pelajarilah  cara-cara  untuk  mendapatkan

persatuan yang amat dipuji oleh beliau. (Jataka) Marilah menciptakan hidup rukun dengan tidak

segan-segan  memiliki  kepedulian,  berbicara  dengan  kerendahan  hati,  melakukan  hal-hal  yang

bermanfaat, dan tahu menjaga diri dalam kebaikan kepada mereka yang mengalami kegagalan,

agar supaya mereka tetap merasa diperlukan dan berguna untuk membangun bangsa dan negara.

Karena  kemajuan  bangsa  dan  negara  tentu  melibatkan  seluruh  masyarakat  bangsa  Indonesia

tanpa kecuali siapapun juga warga bangsa kita.

Semoga  kerukunan  hidup  masyarakat  kita  menjadi  dasar  bagi  keutuhan  bangsa  dan

negara demi menyongsong masa depan yang lebih baik dan lebih bahagia. Guru Agung Buddha

mengatakan  berbahagialah  mereka  yang  dapat  hidup  rukun,  berbahagialah  mereka  yang  dapat

mempertahankan keutuhan. (Dhammapada 194)

Selamat  Hari  Raya  Trisuci  Waisak  2558/2014  bagi  seluruh  umat  Buddha  Indonesia.

Semoga berkah Waisak melimpah pada kehidupan kita, hidup bahagia lahir maupun batin dalam

Dhamma ajaran Guru Agung Buddha.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi kita.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia

Kota Mungkid, 15 Mei 2014

SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA

Bhikkhu Jotidhammo, Mahāthera

Ketua Umum / Saṅghanāyaka

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *