Pare ca na vijānanti, Mayamettha yamāmase
Ye ca tattha vijānanti, Tato sammanti medhagā
(Dhammapada 6)
Hari Trisuci Waisak memperingati tiga peristiwa agung yang terjadi pada bulan Waisak,
yaitu peristiwa kelahiran Bodhisatta Siddhattha yang kelak menjadi Buddha Gotama, saat
pencapaian Penerangan Sempurna Kebuddhaan, dan saat mangkat Buddha Gotama. Tiga
peristiwa agung itu menjadi objek penghormatan bagi umat Buddha dalam Pujabakti Waisak.
Tahun ini tepat pada tanggal 15 Mei 2014 kita memperingati Trisuci Waisak. Umat Buddha
melakukan Pujabakti Waisak di candi, vihara ataupun cetiya dimana mereka berada.
Saṅgha Theravāda Indonesia menyampaikan Pesan Waisak 2558/2014 kepada seluruh
umat Buddha dengan mengangkat tema: Kerukunan Dasar Keutuhan.
Kerukunan itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya, dan indah pula pada
akhirnya. Prinsip kerukunan sendiri mencakup tiga hal: sikap batin rukun, pencegahan konflik,
dan persaudaraan. Awalnya berupa sikap batin rukun, pertengahannya berbentuk pencegahan
konflik, dan akhirnya terjadilah persaudaraan atau keutuhan. Sikap batin rukun adalah
pengendalian nafsu-nafsu keinginan egois. Nafsu-nafsu keinginan egois menjauhkan manusia
dari sifat kemanusiaannya, sehingga menimbulkan konflik dan ketegangan dalam masyarakat.
Pencegahan konflik adalah mencegah segala cara kelakuan yang bisa mengganggu keselarasan
dan ketenangan masyarakat. Persaudaraan atau keutuhan akan menjadikan keselarasan hidup
masyarakat bersama. Konflik sosial merupakan ancaman bagi masyarakat yang dapat
menghancurkan berbagai pihak yang terlibat. Guru Agung Buddha mengatakan bahwa sebagian
besar orang tidak mengetahui bahwa dalam pertengkaran mereka dapat saling binasa, tetapi
mereka yang menyadari kebenaran itu, akan segera mengakhiri pertengkaran. (Dhammapada 6)
Konflik perlu disadari bermuara dari tiga sebab utama, yaitu munculnya nafsu-nafsu
ketamakan, kebencian, dan keakuan. Ketamakan akan menimbulkan pengambilan milik ataupun
perampasan hak milik orang lain. Karena itu ketamakan dapat menimbulkan konflik antara orang
yang diuntungkan dan dirugikan. Hasrat serakah akan menimbulkan kesengsaraan bagi orang
lain, dan disitulah benih konflik timbul, seperti halnya pada saat orang melakukan penipuan
ataupun korupsi tanpa menghiraukan terjadinya kesengsaraan hidup orang lain. Selain
ketamakan, penyebab konflik yang lain adalah kebencian, ketidaksukaan mendalam yang
terdapat dalam pikiran kita akan menimbulkan nafsu keinginan egois untuk menyusahkan
ataupun membinasakan orang yang tidak disukai. Kebencian dapat disebabkan oleh berbagai
bentuk perbedaan atau pandangan yang tidak dapat diterima dengan lapang dada, sehingga
kebencian ini sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Konflik yang ditimbulkan dari
kebencian dapat berlangsung lama karena masing-masing yang bertikai akan berusaha untuk
saling menghancurkan. Pada saat sekarang ini rakyat Indonesia sedang melaksanakan pesta
demokrasi Pemilihan Umum, tentu rakyat akan memilih sesuai dengan keinginannya, ada yang
terpilih dan ada pula yang tidak terpilih, ada yang memperoleh suara banyak dan ada yang
memperoleh suara sedikit, karena itu perlu dicegah terjadinya konflik karena penolakan hasil
pemilihan tersebut. Adapun apabila terjadi berbagai keganjilan dalam proses pemilihan
hendaknya dapat diselesaikan secara adil dan benar sesuai hukum yang berlaku.
Penyebab lain dari konflik adalah keakuan atau arogansi. Arogansi kekuasaan, kekayaan,
kepandaian akan menimbulkan konflik, karena nafsu kesewenang-wenangan yang ditimbulkan
dari arogansi itu akan menyusahkan hidup orang lain. Salah satu bentuk keakuan itu adalah sikap
keras kepala bahkan anti toleransi akan memicu konflik bagi kehidupan sosial. Keras kepala
karena kekuasaan, kekayaan, kepandaian selalu membuka pertikaian dengan orang lain. Karena
itu kehidupan bersama dalam perbedaan ataupun kemajemukan agama dan budaya menjadi sulit
terwujud ditengah-tengah sentimen keagamaan dan kebudayaan yang berkembang.
Menyadari konflik yang bisa saling menghancurkan dan membinasakan sangatlah
penting, karena kehidupan yang diwarnai konflik akan menimbulkan suasana hati yang selalu
penuh kecurigaan, ketidakpercayaan, ketakutan, kemarahan, dan berbagai bentuk pikiran negatif
lainnya. Suasana hati seperti itu akan membuat hidup kita terpecah belah, saling terpisah dalam
pertentangan. Padahal kehidupan kita, baik dalam keluarga, maupun bersama tetangga, bahkan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sangatlah perlu dibangun dalam kerukunan untuk
menjaga keutuhan. Keutuhan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi
sarana bagi tercapainya kehidupan sejahtera dan bahagia.
Guru Agung Buddha mengatakan terdapat empat hal yang dapat menimbulkan
suasana kerukunan hidup: berderma, berbicara santun, melakukan hal yang bermanfaat,
dan tahu menempatkan diri. Berderma atau menolong orang yang memerlukan bantuan
akan menimbulkan suasana persahabatan, karena pada hakikatnya hidup yang saling tolong
menolong akan dapat meringankan bahkan mengatasi kesusahan hidup. Berbicara santun akan
menyenangkan orang lain, menimbulkan sikap saling menghormati satu sama lain. Penghargaan
bagi setiap keberadaan manusia akan memanusiakan hidup masing-masing manusia. Melakukan
hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain, sama halnya dengan saling melayani keperluan orang
lain, permusuhan menjadi sirna, karena yang ada hanya kemanfaatan dan kebaikan bersama.
Tahu menempatkan diri berarti menjaga diri agar tidak melakukan hal-hal yang buruk bagi
sesama. Tolong menolong, saling menghargai, saling melayani, saling tahu menempatkan
diri, akan membuat relasi antar manusia saling berdekatan, mendekatkan jarak sikap hati antar
manusia. Itulah hal-hal yang dapat menimbulkan persaudaraan antar sesama manusia.
Kepada siapapun yang berhasil memperoleh kesuksesan, terutama pada saat Pemilihan
Umum saat ini, Guru Agung Buddha menyatakan pelajarilah cara-cara untuk mendapatkan
persatuan yang amat dipuji oleh beliau. (Jataka) Marilah menciptakan hidup rukun dengan tidak
segan-segan memiliki kepedulian, berbicara dengan kerendahan hati, melakukan hal-hal yang
bermanfaat, dan tahu menjaga diri dalam kebaikan kepada mereka yang mengalami kegagalan,
agar supaya mereka tetap merasa diperlukan dan berguna untuk membangun bangsa dan negara.
Karena kemajuan bangsa dan negara tentu melibatkan seluruh masyarakat bangsa Indonesia
tanpa kecuali siapapun juga warga bangsa kita.
Semoga kerukunan hidup masyarakat kita menjadi dasar bagi keutuhan bangsa dan
negara demi menyongsong masa depan yang lebih baik dan lebih bahagia. Guru Agung Buddha
mengatakan berbahagialah mereka yang dapat hidup rukun, berbahagialah mereka yang dapat
mempertahankan keutuhan. (Dhammapada 194)
Selamat Hari Raya Trisuci Waisak 2558/2014 bagi seluruh umat Buddha Indonesia.
Semoga berkah Waisak melimpah pada kehidupan kita, hidup bahagia lahir maupun batin dalam
Dhamma ajaran Guru Agung Buddha.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi kita.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia
Kota Mungkid, 15 Mei 2014
SAṄGHA THERAVĀDA INDONESIA
Bhikkhu Jotidhammo, Mahāthera
Ketua Umum / Saṅghanāyaka