Kemping ke Barat Amrik # 3


Seperti saya syer (fotonya doang) di tayangan yang lalu, kroket yang
disiapkan dengan tangan-tangan penuh kasih oleh isteriku, membuat
kami berdua menghemat sedikitnya 14$, buat modal cruise tahun depan ke
New Zealand atau naik kereta api dari Toronto ke Vancouver :-). Kan
ibu guru kita yang mengajarkan sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Airline jaman sekarang norak banget dah, sudah koper mesti bayar ongkos
angkutnya, makanan pun harus dibeli, paling murah 7$ sebijinya. Makan
di restoran Toronto, segitu dapat pho, bakmi Vietnam semangkok mentung.
Itu sebabnya isteri merangkap chef kami penghemat, menyiapkan makanan
untuk disantap di kabin. Kroket habis, masih ada buras yang disiapkan
Janti dan untuk Bang Jeha, spesial yang kaga pakai cabe :-).

Karena tidak ada kapal terbang yang langsung mendarat di Grand Canyon
National Park dari Toronto, maka di dalam perencanaan kami dua keluarga
kami memanfaatkan cinta-kasih sahabat kami guna menampung kami di dalam
tiap etappe, pindah dari satu tempat kemping ke yang lainnya. Etappe I
adalah menginap di rumah teman sekelas dari SMP SMA Benny di Medan.
Teman seperti itu sudah langka, satu dalam seribu 🙂 sehingga perlu
diterimai kasihnya. Setelah belanja perbekalan kemping di dua tempat,
di suatu supermarket Vietnam dan di WalMart, kami menuju rumah Antoni
dan Suwini, sahabat Benny. Apa yang dibeli adalah baru sebagian dari
70an daftar belanjaan kami di tab atau worksheet ya bernama Daftar
Belanja. Itulah salah satu yang membuat kemping bagus untuk otak
manula karena dilatih terus untuk merencanakan dan mempersiapkan.
Hanya orang sinting kemping dengan 140 items dan 70 items lagi yang
harus dibeli karena tidak bisa dibawa dari rumah.

Empat ribu tujuh ratus delapan puluh sembilan, dalam angka 4789 km
tertera di peta M&S S&T yang saya dan Benny pakai untuk memperkirakan
jarak tempuh dari satu tempat ke tempat kemping lainnya. Itu belum
termasuk kelilingan syoping perbekalan dari waktu ke waktu maupun
mengunjungi tempat-tempat menarik, point of interest yang sudah
direncanakan Benny secara rinci, dengan masukan dari Jeha Outfitter.
Contohnya hari ini kami kelilingan, total ada 50 km sedikitnya. Lima
ribu km dalam waktu 20an hari, not too bad, cuma rata-rata 250 km
per hari dibandingkan dengan ketika kami kemping ke Alaska, 500 km
per harinya. Sebetulnya kami terpikir (sebentar) untuk memulainya
naik mobil dari Toronto. Ada beberapa kemudahan atau advantage, tapi
kekurangannya jauh melebihi. Nomor satu adalah tiada akan cukupnya
hari cuti Benny yang masih nyangkul menafkahi keluarganya. Jarak dari
Toronto ke Los Angeles, sejalannya 4000an km sahaja dan begitu juga
jarak Portland ke Toronto. Delapan ribu km extra kalau kami bermobil,
akan butuh 20 hari nyetir santai, sedikitnya 10 hari nyetir ngotot.
Jadi kecuali Anda memang senang dan mau jalan-jalan ke Amrik serta
punya waktu 2 bulan penuh, mending “potong jalan” naik kapal terbang.

Seperti saya kemukakan di atas, kami baru akan berangkat menuju Grand
Canyon esok pagi, 450an km jauhnya dari kota Phoenix. Sudah sering saya
ke banyak kota Amrik tapi baru kali ini kesini. Interesting. Tanah di
daerah gurun ini, pohonnya kerdil-kerdil lantaran panas dan hanya ada
seceplikan disana-sini, en toh kota ini adalah yang terbesar jumlah
penduduknya di antara seluruh kota di USA yang menjadi ibukota negara
bagian. Saya jadi teringat memang Albany ibu kota New York State yang
relatif kota kecil dibandingkan dengan banyak kota lain di New York.
Seharian kelilingan Phoenix dan suburb-nya, not too bad untuk dihuni
apalagi kalau pekerjaan ‘dream job’ kita ada disini. Misalnya, tidak
rugi punya kolam renang di rumah seperti dibandingkan dengan di Toronto
yang hampir sepanjang tahun, airnya sedingin es alias perlu dipanasi.
Juga jalur sepedanya banyak banget termasuk di highway, ada bike lane.

Hari Minggu 26 Mei ini masih hari pemanasan. Di pagi hari setelah
sedikit melemaskan badan, renang 20an menit di kolam renang rumah
Antoni dan Suwini, kami menghadiri Misa Kudus di Holy Spirit Catholic
Church, 10an menit jaraknya karena terletak di Tempe juga (baca tempi).
Setelah itu kami ditraktir makan siang roti Vietnam oleh Antoni. Baru
sekali ini saya ketemu seorang teman yang memperlakukan sahabatnya
lebih dari saudara sendiri. Antoni khusus datang ke sang restoran
Lee’s Sandwich untuk makan bersama dan mentraktir kami. Indah sekali
melihat persabatan erat sedemikian antara Benny dan Antoni, sudah
jarang di jaman kini di Amerika Utara (atau barangkali di Indo masih
ada persahabatan bak sesama saudara). Sebagian perlengkapan kemping
kami sudah dibelikan oleh Antoni tanpa mau digantikan. Ia menset suatu
standard ideal untuk bagaimana menjadi yang namanya teman. Saya dan
Cecile ketiban mujur doang meskipun engga ngerti bahasa Hokkien :-).
Besok pagi-pagi kami akan berangkat ke Grand Canyon, kemgron pertama
yang akan kami singgahi. Sampai bertemu di seri mendatang.
… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *