Jenjang pendidikan keluarga Tionghoa minimal S1, dengan kekhususan bahasa mandarin
dilaporkan: Setiawan Liu
Makassar, 12 April 2022/Indonesia Media – Ketua umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Wilianto Tanta optimis dengan beberapa poin hasil musyawarah nasional (Munas) beberapa hari yang lalu di Makassar, Sulawesi Tengah, termasuk bidang pendidikan secara umum dan secara khusus, yakni kemampuan berbahasa mandarin. Peranan pendidikan dalam pengentasan kemiskinan terbukti efektif, sehingga setiap anak-anak keluarga Tionghoa Indonesia minimal lulus S1 (strata satu). “Jenjang pendidikan (keluarga Tionghoa Indonesia) secara umum, misalkan bidang ekonomi, kedokteran, teknik, computer, hukum dan lain sebagainya. Tapi (target) penguasaan bahasa mandarin. Pendidikan umum dan mandarin harus parallel, agar tradisi leluhur tidak dilupakan,” Wilianto Tanta mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telpon.
Pada Munas di Makassar (20 – 22 Maret), ia duduk sebagai ketua panitia Munas dengan tema ‘Bersatu Hati Menjadikan PSMTI Mandiri dan Tangguh’. Munas berlangsung lancar walaupun tetap ada pembatasan jumlah peserta karena ketentuan protocol kesehatan covid. “Kami masih mendata, berapa banyak keluarga Tionghoa Indonesia yang tingkat pendidikan anak-anaknya, sebatas lulus SMA/SMK dan yang bergelar S1. Seiring dengan pendidikan umum serta mandarin, kami juga mendorong keluarga Tionghoa bisa berkiprah dalam pemerintahan, apakah lembaga eksekutif, legislative, yudikatif atau TNI Polri. Ini juga penting,” kata pengusaha perhotelan di Makassar.
Pasca Munas, kepengurusan yang baru (2022 – 2026) juga akan terus menjaga momentum persatuan, memperkokoh PSMTI yang tangguh mandiri. Kebersamaan para pengurus dan anggota PSMTI sejak berdiri tahun 1998, mulai dari ketua umumnya Brigjen TNI (pur) Tedy Jusuf, Rachmat MS, David Herman Jaya tetap terjaga. “Seiring dengan kasus covid yang semakin melandai dan teratasi, orang Tionghoa di Indonesia harus semakin bersatu. Kita ini kan minoritas, harus saling menghargai, menghormati, jaga persatuan. Sudah ada PSMTI, Perhimpunan INTI (Indonesia Tionghoa), tidak perlu lagi ada ormas (organisasi massa) sejenis. Beda pendapat, sah-sah saja, tapi harus tetap bersatu,” kata Bapak dari anggota DPRD Sulsel, Andre Prasetyo Tanta. (sl/IM)