Jejak Latihan Teroris di Vila Oranye


 Vila berkelir oranye itu tampak tidak terawat. Sekitar halaman rumput tumbuh begitu lebat. Aroma tak sedap juga tercium dari depan. Melangkahkan kaki masuk ke dalam, bentuk suram bangunan makin jelas. Terbengkalai. Banyak sisi yang sudah Rusak dan sangat kotor.

Memang vila berukuran sekitar 20×30 meter persegi ini lama tidak dihuni. Sang pemilik pun seakan sudah tak peduli. Hingga polisi pun mendatangi lokasi setelah mendapat kepastian lokasi itu pernah dipakai tempat latihan kelompok jaringan teroris Jamaah Islamiah (JI). Warga sekitar pun geger.

Lokasi tersebut berada di Kompleks Vila Taman Raya, Dusun Gintungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Atau sekitar 1,3 Km dari Pasar Bandungan. Terdapat delapan vila beragam model dan ukuran disewakan di area tersebut. Suasana di sana memang menenangkan. Sangat sejuk dan jauh dari keramaian lantaran berada di lereng kaki Gunung Ungaran.

Siyarto, pengantar katering vila, menceritakan vila berkelir oranye pada 24 Desember lalu, Mabes Polri datang untuk memeriksa. Dia lantas diminta polisi untuk membersihkan vila dua lantai itu. Dari penjelasan yang dia dapat, diketahui banyak ruang di lokasi dijadikan area latihan.

Seperti pada ruang tengah. Diduga area itu dipakai untuk latihan fisik. Kemudian lahan lapangan di sekitar bangunan digunakan latihan perang dan ketangkasan fisik.

“Saya suruh bersihkan lokasi satu bangunan vila yang informasinya digunakan latihan teroris itu. Polisi hanya datang dan mengecek lokasi bangunan saja,” kata Siyarto saat ditemui di lokasi pada Senin, 28 Desember 2020.

Vila oranye di Kompleks Vila Taman Raya merupakan satu dari 12 lokasi yang diduga dijadikan tempat latihan teroris. Biasanya kelompok teroris JI menyewa vila untuk melatih para anggota muda. Mereka dibekali bela diri, menggunakan senjata tajam hingga simulasi penyerangan pasukan VVIP.

Para anggota dilatih dengan gaya militer. Keterangan itu diketahui setelah Densus 88 Anti Teror membekuk Joko Priyono alias Karso, salah seorang pelatih dari kelompok JI. Karso ditangkap pada 2019 lalu. Dia mengaku ditunjuk Amir atau Pimpinan JI, Para Wijayanto. Kini Karso berstatus narapidana dengan masa hukuman 5 tahun. Sedangkan Para Wijayanto dihukum 3 tahun 8 bulan penjara.

Luas vila tempat latihan teroris JI memang bisa menampung puluhan orang. Harga per malam kala itu sekitar Rp800 ribu. Biasanya lokasi disewa para mahasiswa untuk ajang malam keakraban maupun pelatihan kepemimpinan.

Menurut Siyarto, sudah hampir setahun ini tidak ada orang menyewa. Terkahir tahun 2018 disewa untuk kegiatan bakti sosial kelompok anak remaja. Itu pun sudah mendapat izin warga sekitar. Biasanya vila ramai disewa ketika memasuki akhir pekan.

Ketua RW 05 Gintungan, Rukiman, mengaku tidak mengetahui bahwa kelompok teroris JI pernah menyewa vila di area tersebut. Namun, dari kabar yang didapat kelompok itu menyewa vila selama dua hari. “Tapi memang tidak ada yang tahu termasuk penjaga,” kata Rukiman.

Bungker Tersembunyi

Hasil penelusuran kepolisian diketahui bahwa kelompok teroris pernah melakukan pelatihan sekitaran tahun 2011-2016 silam. Kapolsek Bandungan, Iptu Edi Purwanto, menyatakan di vila tersebut beberapa hari lalu sempat dilakukan olah tempat kejadian perkara oleh tim Densus 88 Polri.

“Ada seorang tersangka yang memberikan pengakuan kalau pernah memberi pelatihan di Gitungan,” ungkap Edi.

Dari pengembangan tidak ditemukan jejak apapun terkait sisa latihan teroris di Vila berkelir oranye itu. Adapun pemilik vila hanya diminta wajib melaporkan ke Polsek jika ada kegiatan di properti miliknya.

Sementara itu, Mabes Polri menyebut Kelompok teroris JI menyiapkan dana sebesar Rp65 juta per bulan untuk kegiatan pelatihan. Biasanya kurun waktu masa pelatihan yang ditentukan adalah selama enam bulan. Bahkan mereka menyediakan anggaran Rp300 juta untuk keberangkatan ke Suriah.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menjelaskan, pengakuan adanya dana tersebut dari pelaku teroris Karso. Dana tersebut diperoleh dari anggota JI yang berjumlah 6.000 orang di seluruh Indonesia.

Densus 88 juga berhasil melakukan penangkapan terhadap 23 tersangka teroris di 4 propinsi. Di antaranya, Lampung, Jambi, Riau dan Palembang. Khusus Lampung, penangkapan terjadi di Lampung Selatan, Lampung Tengah, Bandar Lampung, Pringsewu dan Metro. Dari penangkapan itu kepolisian mengamankan dua petinggi kelompok teroris bernama Upik Lawangga alia Taufik Bulaga dan Zulkarnain alias Arif Sunarso.

Upik merupakan dalang kasus bom Tentena, bom GOR Poso, bom Pasar Sentral dan lain sebagainya, dari tahun 2004 sampai dengan 2006. “Bahkan dijuluki ‘Doktor’ karena salah satu murid dari Bomber DR. Azhari,” kata Rusdi.

Sedangkan Zulkarnain alias Arif Sunarso merupakan Panglima Askari JI. Sosok ini juga masuk dalam daftar pencarian orang kasus bom bali I tahun 2001. Kemampuannya dikenal bisa membuat bom high explosive, serta keterampilan senpi dan militer.

Di rumah Upik Lawangga, polisi menemukan beberapa pucuk senjata rakitan. Pelaku juga dikenal andal membuat senjata. Total sebanyak 8 pucuk baik laras panjang maupun pendek telah dibuat. Kemudian juga ditemukan juga bunker berukuran 3x2x2 meter. Area itu diduga digunakan sebagai tempat bersembunyi dan menyimpan senjata api yang sudah selesai dirakit.

“Bungker itu juga dijadikan lokasi mengetes senpi rakitannya agar tidak terdengar tetangga. Alias sebagai kamuflase,” ujar dia mengungkapkan ( Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Jejak Latihan Teroris di Vila Oranye

  1. Perselingkuhan+Intelek
    January 2, 2021 at 9:29 pm

    wah kagak terlaak kegiatan Teroris JI ini, halo intelijen apa kabar?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *