Inovasi usaha perikanan di Muara Baru dari tahun ke tahun


Inovasi usaha perikanan di Muara Baru dari tahun ke tahun

Dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 14 Pebruari 2022/Indonesia Media – Menyusuri kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru Jakarta Utara, mulai dari pintu masuk sampai dermaga, terlihat berbagai bangunan unit pengolahan ikan (UPI) berfungsi sebagai cold storage berdiri kokoh. Sampai dermaga barat, kapal-kapal ikan merapat untuk bongkar muat. Beberapa pekerja Pelabuhan sibuk menurunkan ikan hasil tangkapan dari palka ke halaman dermaga. Ada juga pekerja yang memilah-milah ikan untuk diangkut ke atas mobil/truk pickup. Ikan-ikan tersebut sudah lebih dulu ditempatkan di wadah keranjang ikan. Sejak Pelabuhan Muara Baru dibuka sekitar tahun 1985, para pelaku usaha terus berinovasi. Mulai dari system pengawetan ikan untuk tetap fresh, yakni menggunakan es balok sampai teknologi freezers atau cold chain logistics. Selain itu, system penempatan ikan sebelum masuk cold storage juga terus berkembang dari tahun ke tahun. “(wadah keranjang ikan) fiber, awalnya dibawa oleh para pengusaha ikan asal Medan. Ada juga pedagang ikan di pelelangan menggunakan loak yang terbuat dari anyaman bambu. Semua wadah pasti diisi es untuk menjaga kesegaran ikan,” salah seorang pekerja PPS Muara Baru, Slamet mengatakan kepada Redaksi.

Para pemasok ikan di PPS bukan hanya dari hasil tangkapan di laut, tapi ada juga hasil budidaya. Hasil tangkapan dari luar kota seperti Sulawesi, Papua, Jawa Timur dengan menggunakan cold chain logistics. Ikan-ikan hasil tangkapan yang kualitasnya bagus diekspor. sementara ikan yang reject atau ditolak biasanya untuk pasar local. “Ikan-ikan reject juga dibawa pelele (para ibu-ibu makelar ikan di Muara Baru) ke pasar-pasar becek (tradisional) di Bogor, Depok dan sekitarnya. Ada juga pedagang ikan dari Serang, langsung beli dari gudang. Ikan-ikannya dibuat pindang, dan pindang tanpa bumbu. Ikannya hanya digarami,” kata laki-laki yang sudah bekerja di PPS Muara Baru sejak tahun 1985.

Di sisi lain, kegiatan pelelangan ikan tuna, tongkol, cakalang sempat marak. Sehingga Pemerintah, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membangun sarana gedung pelelangan ikan di dermaga barat. Gedung tersebut dilengkapi dengan layar monitor sehingga pelaku usaha bisa memantau harga ikan yang up to date. Kondisi pasar pada tahun 1990-an dan sekarang jelas berbeda. “Dulu, cari (penangkapan) ikan gampang, sekarang susah. Sekarang, (penangkapan) jauh-jauh sampai India, Bangladesh, lautan bebas. Para ABK (anak buah kapal) bisa sampai 10 bulan baru balik (ke Muara Baru). Kalau kapal cumi, 4 bulan atau 100 hari, lebih cepat dibanding kapal tuna. Kapal collecting, mengumpulkan (hasil tangkapan) dari Merauke, Papua, lalu balik ke Muara Baru. kapal collecting seperti cargo yang mengangkut hasil tangkapan dari kapal-kapal di tengah laut,” pedagang ikan di PIM (Pasar Ikan Modern) Jumanto mengatakan kepada Redaksi.

Era tahun 1980-an, nelayan asal Muara Baru juga masih menggunakan alat tangkap bubu. System penangkapan dengan bahan baku daun-daun berukuran besar yang diikat dengan alat pemberat berupa beton cor. Kapten kapal menggunakan system navigasi laut untuk menentukan koordinat lintang dan bujur. “Setelah (lintang, bujur) ditentukan, bubu dibuang ke dasar laut, sehingga menjadi seperti perangkap ikan. Tapi banyak juga jenis lain untuk penangkapan. Hal ini sangat tergantung kondisi geografisnya, karena ada juga daerah (laut) karang dan lain sebagainya,” kata Jumanto. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *