Harga Singkong Anjlok, Petani Lampung Utara Beralih ke Sorgum


Harga Singkong Anjlok, Petani Lampung Utara Beralih ke Sorgum

dilaporkan: Setiawan Liu

Lampung, 5 Januari 2021/Indonesia Media – Indonesia Cerdas Desa (ICD) Forum, Provinsi Lampung akan support rencana para petani beralih tanam dari singkong ke sorgum karena kondisi pasar dan anjloknya harga. Salah seorang petani mengaku sudah mengeluarkan biaya operasional sampai Rp 3 juta untuk satu masa tanam singkong. Tetapi penyerapan pabrik di Lampung Utara tidak bisa menutupi biaya operasional. “Harga singkong saat ini hanya Rp 850 per kilo. Petani harus mengeluarkan ongkos mobil, potongan dari pabrik yang begitu besar. Sehingga hanya Rp 400/kilo yang diterima petani. Mereka frustasi,” Sekretaris ICD Forum Provinsi Lampung Adi Candar mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telepon.

Di tengah rasa frustasi, petani sempat mendengar mengenai komoditas sorgum. Prospeknya diyakini berdampak pada kesejahteraan petani, dan perekonomian Lampung Utara. Sehingga, rencana beralih dari singkong ke sorgum diamini beberapa kelompok tani, khususnya dari Kecamatan Bunga Mayang, Lampung Utara. “Kondisi pandemic covid juga semakin menyengsarakan petani. Mereka baru tahu bahwa sorgum bisa ditanam sampai tiga kali, dalam rentang waktu relative singkat, (yakni) tiga bulan. Mereka berharap tanaman sorgum bisa complement dengan singkong, otomatis harga bisa lebih baik,” tegas Adi.

Tanam singkong sudah lebih lama dibanding sorgum. Bahkan tahun-tahun sebelumnya, Lampung Utara terkenal dengan komoditi kopi dan lada. Hampir 70 persen, secara perlahan perkebunan petani beralih fungsi (dari kopi, lada) menjadi kebon singkong. Kondisi sekarang, komoditas lada dan kopi hanya sekitar 5 persen dari keseluruhan lahan di Lampung Utara. “Pada waktu itu, mereka beralih karena singkong cepat dijual. Pada saat itu juga, banyak pabrik singkong di Lampung Utara. Untuk perawatan, (tanaman singkong) tidak sulit. Tapi akhir akhir ini, harga tidak naik, mereka sampai sampai tidak bisa buka lahan. Selain karena tengkulak, rentang waktu sembilan bulan sampai satu tahun, uang mereka (hasil bertani) tidak tersisa,” kata Adi. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *