>
Faktor lingkungan tambak pengaruhi tingkat stress udang
dilaporkan: Setiawan Liu
Jakarta, 21 September 2021/Indonesia Media – Dua pembicara pada Aquabinar seri ke 14 (Majalah Trobos Aqua) yang dipandu Vergina Andini, menilai penyebab stress yang dialami manusia bertautan dengan lingkungan, dimana kondisinya hampir sama dengan udang. Tetapi lingkungan manusia/orang berbeda dengan lingkungan udang yakni tambak dengan berbagai metode, penerapan budidaya dan lain sebagainya. Misalkan fungsi plankton atau organisme air pada tambak, untuk memproduksi oksigen terlarut. “Kalau plankton berlebihan, seperti orang gendut atau obesitas. Orang tersebut lebih mudah terserang penyakit dibanding (orang) kurus, walaupun kurang gizi. Sama seperti petakan (tambak udang), plankton berlebihan sampai musim hujan, ini bahaya. Teknisi harus ukur kecerahan (sinar matahari) setiap hari. Busa, buih yang hitam, bau amis, itu ciri-ciri plankton tidak baik, sehingga harus diperhatikan,” kata, petambak udang SCI (shrimp club Indonesia) Medan, Ricky Li.
Pembicara lain, yakni Kukuh Nirmala juga meyakini bahwa kondisi lingkungan tambak sangat penting. Faktor lingkungan perlu diperhatikan dalam kegiatan pengembangan budidaya udang termasuk dampak limbah industry, management kualitas air. “biasanya limbah detergen yang umumnya berasal dari kegiatan rumah tangga, tambak dengan perumahan penduduk, (limbah) terbawa ke laut. Selain deterjen juga (limbah) dari pertanian, perkebunan berdampak pada kualitas lingkungan tambak,” kata Kukuh Nirmala, ahli kualitas air budidaya perikanan fakultas perikanan dan ilmu kelautan IPB University.
Lebih lanjut, Kukuh mengungkapkan, kondisi lingkungan tambak berpengaruh pada tingkat stres udang. Saat udang stres imunitasnya menurun dan mudah diserang penyakit. Lebih lanjut kukuh mengungkapkan, salah satu upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan dengan desinfeksi sumber air dan menggunakan benur bebas penyakit. “Selain itu terkait kualitas air, petambak perlu menjaga keseimbangan plankton dan bakteri, antara yang baik dan jahat. Jadi ada plankton atau bakteri yang beriman (baik) dan plankton preman (jahat),” kata Kukuh. (sl/IM)