Penyamaan persepsi berbagai pihak diperlukan untuk tingkatkan kualitas udang


Penyamaan persepsi berbagai pihak diperlukan untuk tingkatkan kualitas udang

dilaporkan: Setiawan Liu

Medan, 24 September 2021/Indonesia Media – Shrimp Club Indonesia (SCI) Medan, Sumatera Utara menilai perlunya menyamakan persepsi antara praktisi, akademisi, profesional (salesman) untuk memajukan sector perikanan khususnya budidaya udang, sehingga bisa meminimalisir resiko yang muncul saat usaha berlangsung. Salah satunya mengenai probiotik yang bisa mendukung produksi tambak udang dengan beragam jenis. “Selama ini, kurang penjelasan mengenai cara bermain (memanfaatkan) probiotik pada tambak udang kepada petambak. Probiotik juga bukan obat ‘dewa’. Artinya, probiotik tidak selalu bisa menjaga lingkungan pada petakan tambak. tapi (probiotik) hanya bagian upaya dari proses budidaya, menjaga kualitas lingkungan,” Ricky Liduan Kho dari SCI Medan mengatakan kepada Redaksi.

Probiotik adalah bakteri menguntungkan yang saling berasosiasi dengan tujuan menjaga kesehatan usus udang dan memperbaiki kualitas lingkungan dengan menguraikan sampah organik di kolam yang berasal dari sisa pakan, sisa molting, dan sampah organik lainnya yang dapat menyebabkan blooming fitoplankton. Para salesman (tenaga penjualan) sering meyakini para petambak udang mengenai manfaat probiotik yang segala-galanya. Probiotik yang ditawarkan salesman, sementara kondisinya, udang tidak dapat hidup di air (petakan tambak udang) bersalinitas atau tingkat keasinan/kadar garam terlarut dalam air. “Budidaya kan memanfaatkan air bersalinitas (asin). Tidak semua, tapi sebagian besar tidak tahan hidup di air bersalinitas. Udang tidak bisa hidup pada kadar ph 7,5. Sedangkan air petakan di atas 7,5 (kadar ph nya),” kata Ricky Liduan.

Selain itu, plankton yang baik diharapkan sampai 80 persen, misalkan Chlorella (salah satu jenis fitoplankton). Hal tersebut perlu diatur, karena beberapa petambak SCI memiliki list yang isinya ketentuan prosentase plankton pada petakan. Yang diutamakan, bahan organic paling banyak jasa plankton melakukan regenerasi selulosa. Bahan organik tertinggi dalam petakan bukan kotoran udang atau feces. Bahan organic tertinggi juga bukan sisa pakan yang tidak termakan, bukan dari molting atau proses pergantian cangkang pada udang. “Tapi fakta di lapangan, jasad plankton atau kandungan selulosa merupakan bahan organic penyumbang terbesar. Ada ketentuan total organic matter (TOM). Shg diperlukan produk yang bisa mengelola selulosa,” kata Ricky Liduan. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *