Model desain tambak udang menentukan produktivitas


Model desain tambak udang menentukan produktivitas

 dilaporkan: Setiawan Liu

Parimo, 22 Juli 2021/Indonesia Media – Terkait dengan upaya peningkatan produktivitas budidaya, perusahaan pengelola tambak udang di kab. Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tengah (Sulteng), PT Parigi Aquakultura Prima (PAP) melihat perlunya perencanaan model desain kolam. Selama ini ada beberapa bentuk desain kolam tambak, yakni tradisional, semi intensif, intensif, supra-intensif dan lain sebagainya. “Lahan melimpah di Indonesia. Tapi untuk lahan budidaya harus disesuaikan dengan tujuan dan target (perusahaan). Kami tidak sekedar membangun kolam tambak karena budidaya udang butuh penanganan yang sangat ketat,” Direktur PT PAP Rudy Hartanto Wibowo mengatakan kepada Redaksi.

Hasil produksi budidaya perikanan termasuk udang ditunjang oleh beberapa faktor antara lain benih, kondisi topografi alam, kondisi hidrologis dan desain kawasan. Model perencanaan desain kolam dan manajemen air untuk produksi udang juga menentukan produktivitas. “Kita lihat bagaimana pengambilan air, dan lain sebagainya. Tambak-tambak kami didesain dengan pola berkelanjutan, ada tandon karantina, tandon treatment, termasuk IPAL (instalasi pengolahan air limbah),” kata Rudy Hartanto Wibowo.

Dengan IPAL, air limbah dapat dikelola dengan baik. Sehingga sebelum limbah dibuang ke luar, ada standar baku mutu air yang dikehendaki. Di dalam IPAL, ada proses pengendapan sedimen, pemberian bakteri pengurai. Selain, pemberian ikan bandeng, nila hitam atau mujair berfungsi sebagai filter biologis. “Ikan yang hidup di IPAL ini menandakan air limbah sudah cukup baik di dalam pengolahannya,” kata Rudy Hartanto Wibowo.

Di sisi lain, PAP menerapkan pola produksi udang berkelanjutan serta paralel dengan pemberdayaan usaha masyarakat kecil di lokasi sekitar tambak. Sehingga dalam waktu dekat, ada rencana pembangunan pabrik es untuk pasca panen. Selama ini es dibawa dari kota Makassar yang jaraknya sangat jauh. Akibatnya, es sudah mencair ketika sampai di lokasi. “Hal ini (penyusutan es) mempengaruhi kecepatan proses panen, karena harus menunggu datangnya es. Pabrik es juga membantu masyarakat setempat yang mata pencaharian sebagai nelayan, petambak tradisional,” kata Rudy Hartanto Wibowo.

PAP berharap ada peran pemerintah daerah untuk pembangunan pabrik es. PAP bersama pemerintah daerah, pemerintah pusat mengurai permasalahan di lapangan, termasuk kebutuhan listrik yang sangat penting. Solusi untuk kelistrikan bisa dengan penggunaan green energy, (yakni) tenaga surya. “Tapi di daerah pegunungan, seperti yang saya pernah lihat di Nepal, pembangkit listrik dengan tenaga air terutama dam, air terjun,” kata Rudy Hartanto Wibowo. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *