Berdasarkan daya saing, logistik, dan produktivitas tenaga kerja selama tahun 2012 – 2013, posisi Indonesia dibanding negara ASEAN lainnya mulai mengkhawatirkan. Pasalnya, posisi Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
Hal itu dikatakan Kepala Badan Pengkajian, Iklim dan Mutu Industri, Kementerian Perindustrian, Arryanto Sagala, dalam acara Workshop Pendalaman Kebijakan Industri untuk Wartawan di Kuta, Bali, Jumat (14/3).
Dikatakan, pasar ASEAN sangat besar dan akan terus berkembang dalam beberapa tahun ke depan, sehingga akan menjadi suatu peluang pasar yang seharusnya bisa dimanfaatkan industri dalam negeri.
Ia menegaskan, secara umum Indonesia masih belum menguasai pasar ASEAN. Strategi hilirisasi industri dan peningkatan ketahanan dan daya saing industri menuntut kerjasama dan koordinasi yang lebih optimal dari berbagai stakeholder industri.
Dilihat dari kinerja logistik di Indonesia, Indonesia berada di urutan keenam di antara negara-negara ASEAN yakni berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam dan keenam, Indonesia.
Sementara dilihat dari tarif pajak yang berlaku pajak Indonesia cukup mahal, kalau diurutkan dari pajak termurah posisi Indonesia berada di posisi kedelapan dibanding negara-negara ASEAN lainnya, yakni pajak paling murah Singapura, disusul Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Burma, Indonesia, Vietnam dan Filipina.
Sementara produktivitas tenaga kerja, tenaga kerja Indonesia kurang berkualitas, hal ini bisa dilihat dari PDB per kapita, dimana Indonesia berada di urutan keenam. Di mana posisi pertama diraih oleh Brunai Darussalam dengan PDB per kapita sebesar US$ 92,3 ribu, Singapura dengan PDB per kapita sebesar US$ 92,0 ribu, Malaysia dengan PDB per kapita sebesar US$ 33,3 ribu, Thailand dengan PDB per kapita sebesar 15,4 ribu, Indonesia dengan PDB per kapita sebesar US$ 9,5 ribu, Filipina dengan PDB per kapita sebesar US$ 9,2 ribu, Vietnam dengan PDB per kapita sebesar US$ 5,5 ribu, Laos dengan PDB per kapita sebesar US$ 5,0 ribu, Kamboja dengan PDB per kapita sebesar US$ 3,6 ribu, dan Burma dengan PDB per kapitas sebesar US$ 3,4 ribu.
Dalam hal tarif tenaga listrik, kata Arryanto, Indonesia berada pada posisi kedua tarif listrik termurah. Posisi paling murah ditempati Vietnam yakni US$ 0.06 per kWh, Indonesia posisi kedua dengan harga US$ 0.07 per kWh, dan paling mahal tarif listriknya yakni Singapura seharga US$ 0.21 per kWh.
ini membuktikan Bahwa Indonesia masih terbelakang dibanding dengan Negara Asean Lainnya maupun Asia Pasifik, memang dalam Kenyataan nya begitu maka wajarlah bila Indonesia masih diaanggap enteng oleh negara tetangganya, maka sebaknya janganlah selalu menyombongkan diri tetapi sebaliknya Mulailah Bebenah Diri agar Negara semakin maju, terutama basmi dulu itu Korupsi Koruptor
Terbelakang dalam bidang apa dulu ? Soal taraf hidup hampir sama.
Taraf Hidup mungkin mendekati, tapi secara umum Ekonomi dan Produksi dan Lain-lainnya masih ketinggalan jauh, itu Bukti, maka banyak sekali Produk Indonesia masuk ke pasaran Negara Barat dengan Label dari Negara Tetangga, kalau Tidak ya Tidak Diterima Masuk Beredar, ini sudah berjalan Puluhan Tahun, jadi kata kasarnya Barang Berlabel Indonesia itu Kurang/Tidak di Percaya Kualitasnya, contoh lain seperti Sepatu Nike Made in Indonesia, dimana letak labelnya ?? di dalam sol sepatunya jika robek baru terlihat, kasian deh produk Indonesia