Dampak Banjir


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah mengidentifikasi daerah-daerah yang tambak-tambak ikan, udangnya terkena dampak banjir. Di empat provinsi yaitu Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng) dan Banten, para pembudidaya alami musibah banjir. “Bantuan yang utama yaitu benih dan rehabilitasi saluran tersier. Selain, ada juga bantuan perbaikan tanggul,” Dirjen Perikanan Budidaya (DJPB) Slamet Soebjakto mengatakan kepada pers beberapa waktu yang lalu.
Bantuan untuk memulihkan kembali kegiatan budidaya, tetapi bukan seperti “ganti rugi.” Sebaliknya pemerintah pusat juga berharap pemerintah provinsi (Pemprov) dan pemerintah kabupaten/kota (Pemkab) berada di garis depan. Provinsi dan kabupaten tidak bisa mengandalkan 100 persen bantuan dari pemerintah pusat. “Dana bantuan untuk benih ikan, udang mencapai sekitar Rp 4 milyar. Kami masih identifikasi bantuan untuk rehabilitasi saluran, pakan dan lain sebagainya. Total dana keseluruhan sekitar Rp 17 milyar.”
KKP mengaku, antisipasi banjir sudah maksimal. Terutama di Pantura (Pantai Utara Jawa), beberapa sentra kegiatan budidaya termasuk udang, bandeng dan lain sebagainya sempat tergenang air beberapa hari. KKP sudah antisipatif bencana banjir sejak Nopember, Desember tahun 2013 yang lalu. Sehingga banjir di Pantura awal Pebruari yang lalu tidak berdampak signifikan. “Kami sudah sosialisasikan sejak Nopember, Desember. Kita harapkan, petani tidak tebar benur, benih. Terbukti, Januari hujan besar dan sempat melumpuhkan Pantura. Kerugian (petani/pembudidaya) relative rendah dibanding tahun lalu.”
Teknik budidaya juga sudah menjadi “makanan” sehari-hari petani. Sehingga, bencana banjir di Pantura, ada sisi rugi dan untungnya. Misalkan bandeng, cenderung lari ke tempat lain yang lebih tinggi. Bandeng selalu menerobos tempat yang kosong, ketika sirkulasi air deras dan naik. “Bandeng hanya pindah tempat, jadi tidak mati.”
Tetapi pola udang berbeda dengan bandeng. Udang tidak mati karena limpahan dan sirkulasi air yang meningkat. Udang cenderung menenggelam di bawah permukaan air. Udang tetap hidup mencari kadar garam yang tinggi. “Yang mati, benihnya. Tetapi induknya hanya tenggelam di bawah. Suhu air langsung turun ketika air deras, tapi (benih mati) tidak besar-besaran.”
Pemerintah tidak berencana ganti rugi akibat banjir, tetapi mengatur, mengolah ketersediaan benur dengan musim tebar. KKP juga akan meminta pengusaha lebih waspada dengan musim tebar. Kendatipun pasokan benih relative cukup, tetapi kapasitas produksi harus terus ditingkatkan. Pembudidaya di Pantura masih minim teknologinya, sehingga masih sangat mengandalkan kapasitas seadanya. “Kalau musim hujan, fluktuasi air meningkat. Suhu naik, sinar matahari tidak ada. Plankton tidak tumbuh, mempengaruhi biang larvanya. Semuanya harus diatur manual, karena teknologinya masih rendah.”
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sharif C. Sutardjo mengakui dampak banjir terhadap nelayan, dan pembudidaya di beberapa tempat di pulau Jawa. Sehingga inisiatifnya, MKP berusaha mengetuk hati para pengusaha nasional. “Saya melihat sendiri, banyak nelayan dan pembudidaya yang alami musibah akibat banjir. Ada yang baru mendapat dana dari perbankan, tetapi ketika baru tanam pertama, hancur (kena banjir),” MKP Sharif C. Sutardjo mengatakan kepada pers.
Bantuan dari KKP belum mencukupi. Sehingga salah satu cara, MKP membahas hal tersebut dengan pengusaha, dan pendiri Tahir Foundation, yaitu Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir, MBA. “Kita perlu bantuan di luar instansi resmi. Saya datangi pak Tahir. Saya jelaskan, kemiskinan di daerah bisa dikurangi, terutama saat musibah datang. Sehingga pak Tahir mau memberi bantuan dana. Kami sudah proyeksikan bantuan untuk kabupaten Indramayu, Subang, Cirebon dan daerah lainnya.”
Tahir Foundation menyalurkan bantuan kepada nelayan dan petambak sebesar Rp 100 miliar.  Untuk itu telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara pihak KKP dengan pihak Tahir Foundation. Bantuan juga adalah bagian dari Kemitraan yang prinsipnya kesetiakawanan sosial atau rasa solidaritas sosial nasional. “Kami melihat perhatian dari pak Tahir untuk petani, pembudidaya dan nelayan, terlepas berapa besar jumlah bantuannya.”
Di tempat yang sama, Tahir mengatakan bahwa nelayan, petani, pembudidaya adalah elemen dari struktur Bangsa Indonesia. Tahir Foundation sudah terlebih dahulu mendapat data dan pemetaan kelompok yang layak mendapat bantuan. “Kami akan koordinasi langsung dengan yang memerlukan. Lami tidak basa basi, sehingga menyerahkan langsung. Karena KKP sudah memberikan data sebelumnya,” Tahir mengatakan kepada pers.
Kalau program bantuan berjalan lancar, jumlah bantuan mencapai sekitar Rp 100 milyar untuk lima tahun. Sehingga setiap tahun, bantuan yang dikucurkan mencapai Rp 20 milyar. “Kami mau menyalurkan langsung kepada petambak, sambil berharap (dana) bisa meringankan sedikit saudara-saudara kita, terutama yang kerjanya budidaya ikan.” 
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Dampak Banjir

  1. James
    March 1, 2014 at 9:51 pm

    Dampak Banjir itu Besar dan Tidak Akan Berhenti dengan sendirinya, harus juga dibarengi dengan Kesadaran Warga Masyarakatnya yang pada Bandel semua itu

Leave a Reply to James Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *