Karena dangkalnya perairan di sekitar kepulauan Hawaii dan Tahiti, maka cuma kapal cruise yang relatif kecil yang dipakai melayarinya. Royal Princess yang kami naiki ini cuma 30 ribu ton dan maksimum penumpangnya 750-an. Akibatnya ketika kemarin ada latihan untuk kalau
kapal sampai kelebu, tenggelam bahasa Betawi, semuanya bisa dikumpulkan dalam satu ruangan. Belum ada pasutri Asia yang ikut cruise yang kami lihat, 99% adalah bule dan mayoritas manula alias lansia. Kalaupun ada wong Asianya, atau suaminya atau isterinya bule. Jelas warga budaya Timur engga demen nge-cruise, tak ada bakmi ayam, pho, pad Thai di kapal cruise. 🙂
Melihat mayoritas penumpang maupun dari obrolan di meja makan, kami termasuk salah satu pasutri termuda, ihik ihik. Setiap mendengarkan pembicaraan atau dialog para lansia ini, mereka syer berapa banyak sudah cucunya :-). Satu dua jadi kepengen pulang karena belum apa-apa sudah kangen ke si cucu. Kasian yah :-). Itulah sebabnya, sebelum Anda punya cucu yang tak bisa terlalu lama ditinggal, usahakan jalan-jalan. Tapi memang kendalanya cruise selain ongkosnya sering engga “pas”, juga lama waktu perjalanannya. Cruise kami ini selama 12 hari perlu ditambahkan waktu 2 harian extra untuk perjalanan dari/ke Toronto karena letaknya Hawaii dan Tahiti yang jauh di tengah Samudera Pasifik. Apalagi, kapal nanti akan melintasi katulistiwa dalam perjalanan ke\ Kepulauan Tahiti, artinya kami sudah akan melintasi lintang Indonesia.
Besarnya atau lebih tepat kecilnya kapal 30 ribu ton mulai terasa semalam
di perjalanan dari Oahu menuju Kauai. Baidewe Anda penggemar siaran Radio El Shinta sudah tahu yah cara mengucapkan Hawaii yang benar, yakni dipecah menjadi tiga suku kata, ha-wa-i dimana i-nya diucapkan secara muanteb seperti anak Betawi bilang Mat Ro’i. Demikian pula, cara mengucapkan Kauai seperti begitu juga, huruf a pertamanya dibuang, jadi ku-wa-i. Terserah sih kalau Anda ngeyel mau mengucapkan seperti si bule Ivan Jerman, kapten kapal kami ini, “Kawi”, katanya.
Juga karena kecilnya Royal Princess, maka acara pertunjukan malam hari bisa dijadikan satu, sekali main doang. Seperti kemarin pertunjukan tari hula para bocah cilik yang engga pakai batok kelapa seperti Zoes Merry Hoegeng :-), seluruh penumpang silahkan nonton. Bule-bule kagum banget anak-anak
pitik itu sudah mulai diajarkan tarian hula. Padahal kalau dibandingkan dengan anak-anak di Bali yang juga sudah belajar nari sejak bocah, anak-anak Hawaii engga ada apa-apanya alias sederhana gerakannya.Matanya engga melirik ke kiri ke kanan ke atas ke bawah, jari-jari tangannya engga ada yang pakai digoyangin. Pokoknya Tari Aloha untuk mengucapkan selamat datang ke penumpang, putus lawan Tari Pendet.
Acara makan enak alias ‘fine dining’ sudah dimulai juga. Bang Jeha dan si Empok Cecile yang mata gelap karena baru di awal cruise alias pesan semuanya, appetizer, soup, main course dan dessert, berusaha menebus “dosa” mereka dengan ikut fitness di pagi hari. Alamak rek. Saking kecilnya kapal ini barangkali, maupun pesertanya lansia manula semua, masa cuma kami berdua yang ikutan! Sudah gitu tempatnya seceplikan. Tapi siapa peduli, kaga mau rugi, kami ikut stretching exercise dipandu instruktur anak item dari Afrika Selatan, Malusi namanya. Lumayan bermodal bahasa Belanda, yang juga dikuasai sinyo negro itu, saya katakan “dank je wel, tot zien” sebab besok kami kan latihan lagi.
“Bang Jeha, apa yang patut dilihat dikunjungi di Kauai?,” tanya para prenku
yang katanya titip mata dan lidah. Kue donat Portugis bernama malasadas yang kata pren kami Ennya dan Aries paling enak sedunia :-). Jadi kesitulah tujuan kami pagi ini ke warung kue yang letaknya di depan K-Mart di tengah kota. Dasar nasib apes, ternyata si nyonya tukang jualan, jamnya kaya ‘banker’s hours’ di Hawaii, Sabtu perei. Akibatnya kami pergi ke daerah pertokoan lainnya dimana ada bakery yang jualan kue malasadas juga tapi masih enakan bolang-baling dah :-).
Seriusan, memang kami hanya mengunjungi shopping mall di Nawiliwili ini, kota pelabuhan kapal cruise kami di Kauai. Sebab ternyata, tidak seperti ketika cruise terakhir ke Amerika Selatan, tidak ada travel biro lokal yang menawarkan tour-tour kesana-sini. Entah apakah memang tidak ada warga Kauai yang suka bisnis-an ataukah relatif jarang turis yang datang sehingga ya kurang calon kustomer mereka atau pun turis lebih suka makan kue malasadas, ihik ihik :-). Semoga esok hari kami berkesempatan mengunjungi obyek wisata di Maui dan engga ke mal. Sampai jumpa di kisah berikutnya, bai bai lam lekom.(IM)