“Jadi Bang Jeha, mau pergi lagi engga ke Bora Bora?,” tanya Anda para
pemirsa. Sekali cukup prens. Keindahan lagoon-nya, dengan latar
belakang Gunung Otemanu, memang indah mencekam. Jernihnya luar biasa
dan variasi hijau-birunya cemerlang banget, cocok untuk membawa isteri
atau suami barumu kalau kau menikah lagi, ihik ihik :-). Ya, ada
beberapa pasutri honimunan di cruise kami ini, tapi kelihatan mereka
sudah bukan di usia muda lantaran ongkos kawin jaman sekarang besar
sekali sehingga kemungkinan tidak cukup untuk dipakai numpak cruise.
Tujuan honimun ke Hawaii dan Tahiti memang berbau romantis. Satu kesan
singkat mengenai anak kepulauan ini, mereka engga ngotot jualannya
seperti di kampung kita. Mau beli silahkan, engga juga engga pa pa.
Oya, ternyata ada tour local untuk snorkeling, biayanya cuma $ 75
alias sekitar setengah ongkos kapal (mereka pergi ke 4 dive site).
Tahu begitu kami akan lebih mauan support anak pulau ini meskipun
Bora Bora sering didatangi turis dan banyak shooting film disini.
Dibandingkan dengan satu pasutri yang kemarin malam hadir di acara
jamuan minum kapten kapal, yang sudah 1500-an hari ikut Princess
Cruise, kami belum sampai 100-an hari total. Tidak kebayang tempat
atau pelabuhan apa saja yang sudah mereka kunjungi. Mungkin mereka
punya tempat atau cruise favorit. Sejauh ini, cruise favorit kami
berdua adalah yang keliling Mediterranean yang dimulai di Venice dan
berakhir di Barcelona. Kedua kota itu, mau kami kunjungi berkali-kali
karena selain indah lain dari yang lain, juga kaya culture budayanya.
Saya tahu apa cruise idaman isteriku, Mediterranean bersama kapal MSC
menjelang Paskah 🙂 sekalian mendarat di Israel.
Kemarin kami naik ke atas deck paling tinggi dimana sebagian lampu
disitu dimatikan sehingga cukup gelap. Langit lumayan terbuka alias
penuh bintang gemintang. Pemandu stargazing kami tak lain tak bukan si
Douglas Pearson wong sinting. Gimana tidak sinting. Untuk meresapkan
seberapa banyaknya jumlah bintang, 300 bilyun katanya di Andromeda
Galaxy, galaksi terdekat dengan galaksi kita atau pun Bumi, ia pergi
ke warung encek :-). Seriusan, katanya semua toko grocery atau
kelontong di Tahiti ini dimiliki oleh encek-encek, Chinese. Ia beli
sekilo beras dan ia hitung berapa banyak butirannya, satu persatu.
Butuh waktu 19 jam katanya dan hitungannya ia sebutkan angka persisnya
tapi tidak saya catat apalin, emangnye :-). Sekitar 600 ribu butir.
Nah, untuk merepresentasikan 300 bilyun bintang di Andromeda,
dibutuhkan beras sebanyak 5000 ton. Angka ini juga ia rincikan sampai
ke angka kilonya. Seperti Anda mungkin tahu, galaksi kita, Milky Way
diperkirakan cuma terdiri dari 200-an bilyun bintang dan Spitzer
telescope menemukan lebih banyak lagi bintang di Andromeda, sehingga
perkiraan terkini, 1 trilyun bintang disana. Seluruh beras warung
encek di Kepulauan Hawaii dan Tahiti tidak cukup untuk
merepresentasikan jumlah bintang di galaksi Andromeda :-).
Sekitar jam 6 pagi kapal sudah masuk lagoon Raiatea. Saya naik ke atas
melihat matahari terbit dan keindahan pemandangan paginya. Jelas kalah
dari Bora Bora tapi tetap manis menawan, serba hijau di kejauhan, biru
air di lautnya. Jam 7, ikut stretching dan abs exercise selama 1 jam.
Lumayan banget, makan gila-gilaan dibandingkan sehari-hari selama 10
hari terakhir ini, appetizer, main course dan dessert selalu kami
pesan, terkadang double dua jenis masakan yang berbeda, en toh saya
cuma naik 1 lbs dan si Empok 1.5 lbs. Selesai makan pagi yang memang
mulai membosankan, oatmeal, omelette, toast atau bagel, sausage atau
bacon, diakhiri dengan yoghurt dan buah. Itu-itu melulu, tak ada nasi
goreng atau bubur ayam :-). Untung cruise cuma 12 hari, kalau sebulan
lagi seperti sebagian penumpang, bahasa Indo saya bisa terlupakan :-).
Selesai makan pagi, kami jalan-jalan seputar downtown Uturoa, kota
pelabuhan tempat kapal bersandar. Jalan beberapa block dan masuk ke
satu dua toko, untuk lihat-lihat doang, termasuk ke warung encek :-).
Ketemu beberapa kios tour yang jualan berbagai trip termasuk sesuatu
yang menarik untuk kami berdua. Jelas bulan snorkeling rek 🙂 tapi
kayaking sepanjang Faaroa River, satu-satunya sungai yang bisa
dijelajahi di seluruh Kepulauan Tahiti. Ongkosnya masuk di akal,
50 $ per orang cuma waktunya jam 1:30 alias kami perlu balik lagi.
Weladalah, ketika sehabis makan siang kami samperin kios itu sambil
bawa celana dan baju ekstra selain handuk, just in case kalau sampai
kecebur di kali Tahiti :-), si entong penjaga kios sudah menghilang.
Saya tanya ke petugas di kios-kios lainnya, mereka tak tahu engga
jelas si entong kemana, barangkali sudah pulang, tutup kata mereka.
Apa mau dikata, begitulah gaya wong Tahiti dalam mencari sesuap ubi,
serba santai :-). Sekian kisah hari ini, sampai jumpa dari Moorea.