Cabe Jamu Terbatas, Industri Obat Memanfaatkan Maksimal


Cabe Jamu Terbatas, Industri Obat Memanfaatkan Maksimal

dilaporkan: Setiawan Liu

Semarang, 8 Juni 2021/Indonesia Media – Sumber dari komoditi cabe jamu diyakini masih sangat terbatas, dan hanya bisa ditemukan di beberapa negara terutama Indonesia serta dimanfaatkan sebagai ekstrak herbal obat-obatan tradisional. Di benua Asia pun, tidak semua negara menghasilkan cabe jamu. “Sangat terbatas. Madagaskar sudah mulai (penanaman), tapi kita sebagai pelaku langsung (industry obat tradisional),” penggiat budidaya rempah di Kediri, Joko Susanto mengatakan kepada Redaksi,

Cabe jamu (Piper retrofractum Vahl) termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae dan masih berkerabat dengan lada serta kemukus. Nama lainnya adalah cabe jawa, cabe sulah, cabe alas atau cabai saja. Walaupun namanya sama dengan rempah cabe yang sering kita konsumsi, namun kegunaannya berbeda. Jika cabe bergenus yang identik dengan rasa pedas cenderung digunakan sebagai bumbu masakan, maka cabe jamu ini banyak digunakan sebagai ramuan obat. “Penguasa pasar jamu anti masuk angin, mulai dari Sido Muncul (Semarang), Kalbe Farma, BEM (Nyonya Meneer) memanfaatkan cabe jamu secara maksimal. Tapi keterangan komposisi (pada kemasan obat), tidak tertera cabe jamu. Hanya ada gambarnya selain daun cengkeh, kayu ules, daun mint, jahe, dan madu. Produk jamu kemasan Indonesia sudah masuk pasar Amerika. Trend ekspor meningkat,” kata direktur CV. Dian Pratama (perusahaan komoditas rempah dan hasil bumi) Semarang.

Kendatipun, industry pengolahan rempah skala UKM di Indonesia belum melihat prospek pasar ekspornya, terutama Amerika. Ada ketidak-seimbangan antara industry skala besar seperti Kalbe Farma, Sido Muncul dengan penggiat budidaya rempah. “Peluang usahanya sangat besar. Satu kali tanam (cabe jamu) bisa berusia panjang, 50 – 100 tahun. Kami menganalisa, bahwa cabe jamu layak sampai ada success story untuk kami,” kata alumni Fakultas Teknik Sipil Universitas Merdeka Malang.

Ada banyak varian cabe jamu, sementara pengaruh pengembangan tidak sesuai. Akibatnya, (hasil panen) bisa menurunkan kemurnian tanaman tersebut. CV Dian Pratama mempertahankan kemurnian terutama penentuan jumlah (quantity) curah per biji. Jumlahnya bisa lebih berat karena struktur lebih besar. Untuk komposisi di dalam, terdapat kandungan rasa pedas. Kalau sistem budidayanya berkembang sesuai SOP (standard operating procedure), bisa mengurangi biji. Kalau mau menghasilkan ramuan takaran 10 gelas untuk obat anti masuk angin, dibutuhkan 10 biji. Untuk grade A, dibutuhkan 20 biji (cabe jamu) untuk 10 gelas. Sehingga buyer dan importir di luar negeri bisa mencari bibit yang terbaik. Ada nilai ekonomi, buyer mencari yang terbaik. “Kami mempertahankan grade A melalui petani. Penanaman cabe jamu di bawah naungan. Dan harus organik, pengolahan pasca panen melewati berbagai tahapan. Dengan organik, kualitas, terutama untuk pasar luar negeri, kualitas terjaga. Untuk pengiriman dengan berbagai moda transportasi, perjalanan jauh, dalam waktu sekain lama, kualitas tidak berubah. Selama pengiriman, kualitas jangan sampai rusak karena jamuran,” kata Joko. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *