Jalan-jalan di CN, goresan kenangan indah murid SAA


Jalan-jalan di CN, goresan kenangan indah murid SAA

dilaporkan: Setiawan Liu

 

Jakarta, 4 April 2022/Indonesia Media – Ibu Marlene (84), alumni Sekolah Asisten Apoteker (SAA) Chandra Naya (CN) bernostalgia dengan masa lalu, ketika masih mengenakan seragam sekolah dan menuntut ilmu khususnya terkait dengan pelayanan kesehatan, farmasi. Ia masih mengenang beberapa bagian gedung sekolahnya yang sebagian sudah berubah menjadi gedung bertingkat tinggi, hotel dan perkantoran. Tetapi gedung utama Chandra Naya masih terpatri di dalam ingatannya, terutama ketika mengikuti ujian SAA. “Saya sekolah disini sekitar tahun 1957, sekitar tiga tahun lamanya. Saya sempat mengulang karena ‘jatuh’ pada ujian lisan, bukan tulisan. Kalau ujian, semua siswa berkumpul di gedung utama (CN) karena menampung lebih banyak,” Marlene mengatakan kepada Redaksi.

 

 

Sehingga ketika reuni sekolah beberapa tahun yang lalu, ia pun bercerita kenangan masa sekolah dengan teman-temannya. Setelah Covid semakin melandai, masyarakat bisa lebih leluasa jalan-jalan rekreasi, Marlene dan keluarganya menyempatkan waktu balik ke CN. Beberapa bagian interior dan eksterior gedung CN masih diingat, termasuk pagar besi pada gedung utama. “Kalau sedang istirahat sekolah, saya dan teman-teman ngumpul berdiri dekat pagar. Pagarnya ternyata sampai sekarang masih ada,” kata perempuan kelahiran Jakarta, tahun 1938.

 

 

Ruang-ruang kelas berada di bagian belakang komplek CN. Di samping gedung, dulunya ada seperti sungai kecil. Sementara bangunan-bangunan penunjang di bagian samping sekarang berfungsi sebagai resto. Dulunya, bangunan-bangunan di samping juga dimanfaatkan untuk kegiatan berbagai club olahraga, fotografi, dan lain sebagainya. Sementara di halaman depan yang dulunya untuk parkir kendaraan roda empat, juga ada poliklinik CN. “Ada juga aquarium di halaman depan. Klinik CN dulu sangat terkenal. Kolam dan taman air juga dulu sudah ada, tapi saya nggak tahu ikannya apa. Yang pasti ada pohon-pohon mengitar kolam ikan. Sampai sekarang, suasananya sejuk dan teduh. Dulu, murid-murid SAA juga memanfaatkan air di kolam untuk cuci mortir (lumpang penumbuk/pengadukan obat),” kata Marlene yang dulu tinggal di Jl. Mangga Besar V

 

 

Bagian belakang komplek CN tertutup sehingga murid-murid tidak bisa keluar masuk melalui Petak Mayor. Dulu juga ada warga yang menempati ‘cluster’ Petak Mayor. Sejarahnya belum jelas, apakah karena CN merupakan bekas kediaman Mayor Khouw Kim An, sehingga bagian belakang CN dinamakan ‘Petak Mayor’. Yang pasti, Khouw Kim An adalah Mayor Tionghoa yang terakhir di Batavia, pada pemerintahan tahun 1910 – 1918. Ia juga diangkat kembali pada thaun 1927 – 1942. Tidak ada catatan pasti yang menandakan tahun pendirian dan hal ihwal mengenai Petak Mayor. “Saya tidak pernah jalan sampai ke Petak Mayor, karena memang tidak ada pintu belakang (komplek CN). Mungkin ada juga teman-teman yang pernah jalan-jalan atau tinggal di Petak Mayor. Saya hanya datang ke sekolah, bersepeda dan pulang ke rumah di Jl. Mangga Besar V,” kata Marlene yang sekarang menetap di bilangan Meruya Jakarta Barat. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *