Vihara Satrya Dharma, Tempat Ibadah Komplet


Kota Jakarta memiliki cukup banyak vihara, salah satunya yaitu Vihara Satrya Dharma yang boleh jadi merupakan vihara terbesar di kota metropolitan ini.

Vihara yang terletak di tepi Jalan Teluk Gong Raya No1, Penjaringan, Jakarta Utara ini dibangun di atas tanah seluas kira-kira 6.000 meter. Di dalam kompleks vihara terdapat kelenteng Kwee Goan Say (Kwee Goan Say Bio), yang dibangun pada 1960-an. Kelenteng ini merupakan bangunan tertua di kompleks tersebut.

“Seorang marga Kwee (Kho) mendapat wahyu untuk membangun sebuah kelenteng di tengah sawah. Berkat bantuan donatur, ia berhasil membangun vihara ini dengan susah payah. Pada 70-an, Kwee Nen Kun membeli tanah di sekitar kelenteng. Lalu, ia membangun vihara,” kata Lefie Kowara, Ketua Vihara Satrya Dharma, didampingi rekannya Gunawan Liu. .

Vihara Satrya Dharma berada tepat di sebelah Kwee Goan Say Bio. Pada masa Orde Baru terdapat larangan penggunaan istilah China. Oleh karena itu, istilah kelenteng dan toapekong dijadikan satu dengan nama vihara.

Padahal, ada perbedaan mendasar antara kelenteng dengan vihara. Kelenteng merupakan tempat peribadatan umat Konghucu atau Tao, sedangkan vihara merupakan tempat ibadah umat Buddha.

Vihara Satrya Dharma yang diawasi Ketua Dewan Pembina Ami Iswanto Winata dan Ketua Dewan Pengawas Kho Suk Chui ini memiliki “saudara” yang bernama Masjid Nurul Falah.

Pembangunan masjid yang terletak di sebelah utara vihara ini hanya dibatasi tembok, dibantu oleh vihara pada 1990-an. Ketika Masjid Nurul Falah mengalami kebakaran tahun lalu, biaya perbaikan sepenuhnya ditanggung pihak vihara. Mungkin, bantuan ini merupakan bentuk balas budi vihara terhadap pengurus dan jemaah masjid.

“Ketika meletus kerusuhan Mei 1998, para pengurus dan jamaah mesjid berjaga di depan vihara. Kami beramai-ramai mengusir massa yang hendak merusak vihara. Masak kita diam saja melihat saudara kita diganggu? Namanya juga saudara,” kata Giman, Ketua RT 001 RW 09, kelurahan Pejagalan, tempat mesjid Nurul Falah berada.

Aspek Sosial

Di samping Vihara Satrya Dharma terdapat gedung serbaguna. “Gedung serbaguna ini boleh digunakan oleh umat secara cuma-cuma asal untuk tujuan peribadatan, bukan untuk tujuan komersial,” kata Lefie, yang juga mantan anggota Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI).

Di samping gedung pertemuan terdapat bangunan memanjang menyerupai barak yang terpetak-petak. Salah satu petaknya digunakan Atiaw atas izin dari Lefie untuk praktik pijat tradisional China sejak empat tahun lalu. Praktik Atiaw cukup ramai.

“Dalam sehari, yang berobat ke sini antara 30 sampai 40 pasien. Ada seorang pasien nenek-nenek yang menangis kesakitan dan minta ampun ketika saya pijat. Anehnya, besoknya, dia malah datang lagi,” kata Atiaw.

Atas perintah Lefie, Atiaw tidak memungut bayaran dari para pasien, tetapi ia diperbolehkan menyediakan kotak sedekah sukarela, yang boleh diisi atau tidak diisi oleh si pasien.

“Saya pernah dapat amplop kosong di dalam kotak. Yah, sudahlah, mungkin itu sudah rezeki saya,” kata pemijat berambut gondrong itu sambil tertawa.

Di depan rumah pijat terdapat tonggak-tonggak besi. Tonggak ini merupakan tempat latihan barongsai yang dikelola vihara. “Kami mendatangkan pelatih barongsai dari Malaysia, yang mantan juara dunia. Kini, pelatih itu telah mencetak penari barongsai lokal yang meraih peringkat kedua dalam kejuaraan barongsai se-Jabodetabek,” kata Lefie.

Vihara juga menyelenggarakan sekolah minggu untuk anak-anak, remaja, dan manula yang ingin belajar agama Buddha atau Konghucu.

Vihara juga sering membagikan sembako untuk warga yang kurang mapan paling sedikit setahun dua kali. Pada bulan puasa, pengurus vihara mengajak warga sekitar untuk buka puasa bersama.

“Kami juga menyelenggarakan donor darah secara rutin. Kami juga membantu umat yang kurang mapan dengan menyelenggarakan pemakaman anggota keluarga mereka yang meninggal dunia. Semua ini berkat sumbangan para donatur, bukan berkat saya. Saya hanya menyalurkan saja. Pokoknya, kalau kita punya niat baik, ada saja jalannya,” kata Lefie yang secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa Vihara Satrya Dharma merupakan vihara paling komplet di Jakarta, mungkin juga di Indonesia.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Vihara Satrya Dharma, Tempat Ibadah Komplet

  1. sugianto
    June 17, 2016 at 4:32 pm

    No 73 tu dr sembahyang mksd nya apa ya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *