tatus Quo asset perpustakaan Sun Yat Sen, setelah pendirinya meninggal


Status Quo asset perpustakaan Sun Yat Sen, setelah pendirinya meninggal
Dilaporkan: Setiawan Liu
Jakarta, 17 April 2022/Indonesia Media – Asset tanah dan bangunan perpustakaan Sun Yat Sen di Jl.
Pekojan, kec. Tambora Jakarta Barat dengan berbagai koleksi bukunya sempat menjadi rebutan,
terutama setelah pendirinya, Jacob Irawan (Yu Gecang) meninggal dunia tahun lalu. Seorang
pengusaha dan tokoh pers Tionghoa menilai asset perpustakaan tersebut ‘status quo’ sehingga perlu
duduk bersama para pengurus Yayasan dan pihak lain. “tapi saya nggak yakin, kalau asset almarhum
(Jacob Irawan) di Pekojan diserahkan kepada ibu Linty Sastrodihardjo. Karena semua orang tahu,
perpustakaan tersebut bukan milik ibu Linty, dan tidak punya kontribusi apa-apa,” tokoh tersebut
mengatakan kepada Redaksi.
Ada beberapa pendiri perpustakaan, termasuk pengusaha sebuah restoran di Jl. Toko Tiga Kel. Roa
Malaka Kec Tambora). Secara keseluruhan ada 3-4 orang yang berkontribusi mendirikan perpustakaan
tersebut. Tetapi ibu Linty memang sempat bahas mengenai kelangsungan operasional perpustakaan
dengan istri almarhum, yang lama menetap di Seattle Amerika Serikat (AS). “Waktu almarhum sudah
sakit-sakitan, istrinya balik ke Indonesia. Tetapi setelah meninggal, dia balik lagi ke Seattle. Pak Jacob
semasa masih hidup juga tidak pernah berpikir untuk menyerahkan asset perpustakaan untuk ibu Linty,”
kata tokoh tersebut.
Di tempat berbeda, ibu Linty mengaku tertarik untuk membuka Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) bersama
beberapa guru/dosen bahasa mandarin, dengan memanfaatkan bangunan perpustakaan Sun Yat Sen.
Selama ini beberapa LPK berjalan sukses, termasuk yang di Cirebon. Dinas pendidikan pemerintah
provinsi juga membantu pendanaan. “Saya sempat tanya dengan pengurus LPK Cirebon mengenai
prosedurnya, (yaitu) izin dari RT, RW, kelurahan. Tapi anak almarhum pak Jacob sempat ragu dengan
keseriusan saya, dan bisa mengalihkan semua koleksi buku kepada orang lain. Dia bangga dengan
koleksi buku perpustakaan yang terlengkap di Indonesia, untuk kategori bahasa mandarin,” kata ibu
Linty.
Hal ini merupakan upaya pelestarian perpustakaan tsb, dan siap menanggung biaya bersama rekannya.
Keluarga almarhum sempat minta ketegasan apakah berniat dan mampu meneruskan pengelolaan
perpustakaan. “Saya jawab, bahwa saya mau dan mampu,” kata ibu Linty. ia sedang mengurus status
para pengurus yayasan perpustakaan tersebut. Prosesnya memang tidak mudah, harus melalui kantor
pengacara. “Ada orang Taiwan (pemilik klinik pengobatan Cahaya Mandiri, Ketapang Indah Jl. Kyai Haji
Zainul Arifin, Krukut Kec. Taman Sari Jakarta Barat) yang juga pengurus yayasan. Untuk mengalihkan
bangunan perpustakaan tersebut, kami harus menonaktifkan pengurus lama. Seorang konsultan hukum
menjelaskan kepada saya, bahwa semua pengurus lama harus dipanggil melalui media massa. Kalau
mereka tidak datang, bisa dieksekusi,” kata ibu Linty. (sl/IM)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *