Swasta nasional berharap potensi perikanan budidaya Kepri bangkit kembali
dilaporkan: Setiawan Liu
Batam, 20 November 2021/Indonesia Media – Pengusaha nasional swasta, Hengky Suryawan memberi perhatian khusus pada potensi pengembangan budidaya ikan di provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terutama pasca pergantian jabatan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti sejak dua tahun yang lalu, sektor tersebut sempat hancur lebur. Potensi kelautan dan perikanan Indonesia mencapai sekitar 1,3 triliun US Dolar dan subsektor perikanan budidaya menjadi salah satu sumbernya. “Prospek budidaya bagus, sejak 15 tahun yang lalu saya sempat bisnis agen kapal perikanan. Ikan laut terutama dari berbagai pulau di Kepri diekspor. Zaman Susi (MKP Susi Pudjiastuti, 2014 – 2019), berbagai peraturan diterbitkan untuk bikin rakyat terutama nelayan, pembudidaya sengsara,” Hengky Suryawan mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telpon.
Sektor kelautan dan perikanan, ibarat raksasa yang sedang tertidur (the sleeping giant) yang crucial untuk dibangun secara sinergis antara semua stakeholders. Kepri mempunyai potensi budidaya ikan laut luar biasa untuk terus dikembangkan, termasuk bawal bintang, kerapu, napoleon, tuna, kakap dan lain sebagainya. Komoditas ikan laut prospektif untuk pasar dalam maupun luar negeri. “Ibu Susi gebyah-uyah, menyamaratakan kapal besar dan kapal kecil. Sehingga zaman keemasan Kepri terutama sektor perikanan sempat kosong, hilang karena berbagai peraturan yang tidak berdasar. Pulau Batam, Anambas, Tarempa, Bintan, setiap harinya (nelayan) ekspor ikan. Lalu, ibu Susi menjabat, usaha nelayan-nelayan kecil mati. Saya berharap, potensi yang ada bisa bangkit kembali,” kata pemilik usaha pelayaran nasional, PT Bahtera Bestari Shipping (BBS) di Batam dan Tanjung Pinang.
Tanda-tanda kebangkitan, dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini, ekspor ikan dari Natuna kembali menggeliat. Kilas balik, berbagai kegiatan usaha perikanan budidaya sempat booming terutama harga di pasar luar negeri. Era tahun 1980 – 1990 an, banyak pembudidaya dan nelayan menyewa kapal PT BBS. Kapal tersebut, walaupun menggunakan teknologi luar negeri tetapi sangat membantu kegiatan ekspor. Desain kapal dengan pori-pori untuk tetap menjaga sirkulasi air efektif. Ikan-ikan yang dibawa dari Kepri sampai ke luar negeri, termasuk Eropah, Amerika bisa bertahan 1 – 2 minggu. “Desain kapal Hongkong, dengan sirkulasi air berjalan. Ikannya tidak mati, sebaliknya tetap fresh. Saya sebagai agen kapal juga diuntungkan pada saat booming,” kata wakil ketua tim ekonomi kantor Gubernur Kepri (2004 – sekarang), anggota LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia).
Pelaku usaha, nelayan dan bupati sempat berkolaborasi membangun pelabuhan terbuka untuk kegiatan ekspor ikan. Sebelum ada pelabuhan terbuka, semua kapal-kapal harus menuju ke check point di PPN (pelabuhan perikanan nusantara) di Tanjung Pinang dan Batam. Hal ini dianggap tidak efisien, dimana nelayan harus mengeluarkan biaya ekstra. “Terakhir, (setelah kolaborasi) tidak perlu lagi. (kapal perikanan) bisa langsung ke Hongkong. Bupati pada saat itu minta pelabuhan terbuka ke perdagangan ke luar negeri pada tahun 1980 an. Waktu itu, (provinsi Riau) belum pemekaran. (Kepri) masih berupa kecamatan. Saya tangani bisnis agent kapal ikan sampai masa reformasi, sekitar tahun 2001. Seyogyanya, pemerintah memberi (fasilitas) pembiayaan sehingga kegiatan budidaya kembali booming, terutama bantuan benih, keramba jaring apung. Dulu zaman almarhum Soeripto (gubernur Riau selama dua periode; 1988 – 1998) sangat intens bantu nelayan, memberi keramba, benih. itu yang penting,” kata kata peraih gelar dato’ Wira Dr. HC/Honoris Causa. (sl/IM)