Rumah Terduga Teroris di Tambun Bekasi Digeledah, Polisi Temukan Buku Jihad, Khilafah dan Buku ISIS


 

Sejumlah anggota polisi geledah rumah terduga teroris di Tambun, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (13/10/2019).

Diduga kuat, polisi geledah rumah di Tambun Bekasi milik terduga teroris yang masih terkait kasus penusukan Wiranto.

Ketika dilakukan penggeledahan, polisi temukan buku jihad dan khilafah di rumah terduga teroris di Tambun.

Selain itu, polisi temukan buku lambang bendera hitam tulisan tauhid dan buku ISIS di rumah terduga teroris di Tambun.

 

Saat ini, penggeledahan rumah terduga teroris di Tambun Bekasi, masih dilakukan pihak kepolisian setempat.

Diketahui, proses penggeledahan rumah terduga teroris di Tambun tersebut berlangsung mulai sekitar pukul 14.30 WIB.

Saat awal penggeledahan di rumah kontrakan di RT 02 RW 04, Nomor 88, Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, aparat kepolisian mengetuk pintu rumah kontrakan berwarna biru tersebut.

Akan tetapi tak kunjung dibuka.

Hingga akhirnya dilakukan pendobrakan pintu rumah kontrakan tersebut.

Di dalam kontrakan tidak ada orang siapapun.

Akan tetapi ditemukan sejumlah barang seperti buku bacaan terkait Jihad, Khilafah maupun buku bergambar lambang bendera hitam bertuliskan tauhid.

Ada juga barang seperti paku hingga kabel.

Saat sedang proses penggeledahan masih berlangsung.

Berdasarkan informasi yang didapatkan Wartakota, proses penggeledahan dilakukan usai diamankan salah seorang terduga teroris berinisial NAS (45).

Terduga teroris itu masuk dalam kelompok ABU ZEE dan ABU RARA pelaku penusukan Wiranto di Bekasi.

Kemudian terduga teroris juga telah berbai’at kepada Abu Bakar Al-Bagdadi (ISIS). (MAZ)

Polisi geledah rumah terduga teroris di Tambun, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (13/10/2019). Polisi temukan buku jihad, khilafah dan ISIS.
Polisi geledah rumah terduga teroris di Tambun, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (13/10/2019). Polisi temukan buku jihad, khilafah dan ISIS. (Warta Kota/ Muhammad Azzam)

Sarang Teroris

Saat ini, wilayah Kota Bekasi disebut sarang teroris, sebab belum lama ini polisi gerebek dan tangkap teroris di Bekasi.

Mengenai penyebab Kota Bekasi sarang teroris, diungkap Kapolres Kota Bekasi, Kombes Candra Sukma Kumara, Minggu (13/10/2019).

Kali ini, Candra Suka Kumara nilai Kota Bekasi banyak teroris lantaran Kota Bekasi jadi daerah transit yang ideal, dan Kota Bekasi dekat dengan Kota Jakarta.

Diketahui pemberitaan sebelumnya, jika pelaku penusukan Wiranto dari JAD Bekasi.

“Karena memang kan Bekasi ini daerah transit yang ideal apalagi jumlah pendudukan sangat padat”

“Kayak Tambun kita lihat begitu padatnya, kos-kosan murah-murah,” kata Candra saat dihubungi Wartakota, Minggu (13/10/2019).

Kemudian masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar membuat pergerakan teroris sangat leluasa.

“Maka RT/RW harus aktifkan lagi 1×24 jam wajib lapor. Jangan sampai cuek dengan lingkungan sekitar,” ujar Candra.

Kemudian terkait paham radikalisme, kata Candra, penyebarannya cukup masif.

Oleh karena itu ia meminta para orangtua, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk bantu ingatkan mengenai bahaya paham radikalisme itu bagi bangsa dan negara.

“Aksi radikal itu jadi ancaman nyata. Jadi kita sama-sama, mencegah dan memberantas paham radikalisme dan terorisme itu. Jangan lagi cuek dan anggap remeh,” jelas Candra.

Terkait kejadian yang menimpa Wiranto, Candra mengaku akan meningkatkan kewaspadaannya ketika ada pejabat negara hadir di wilayah Bekasi.

Senjata tajam yang digunakan untuk menusuk Menko Polhukam, Wiranto disebut sebagai kunai, yang dikenal sebagai senjata tajam, dalam serial animasi, Naruto.
Senjata tajam yang digunakan untuk menusuk Menko Polhukam, Wiranto disebut sebagai kunai, yang dikenal sebagai senjata tajam, dalam serial animasi, Naruto. (Kompas.com/Antara)

“Tentunya kewaspadaan kita tingkatkan, kita engga boleh underestimate dengan situasi apapun. Kejadian itu bisa terjadi dimana saja,” paparnya. (MAZ)

Penusuk Wiranto dari JAD Bekasi

SA alias Abu Rara, pelaku penusukan Menko Polhukam Wiranto, diketahui sebagai anggota JAD Bekasi.

Atas hal tersebut, Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto mengajak bersama-sama mencegah faham radikalisme, konflik sosial serta menjaga kearifan lokal.

Saat Wiranto ditusuk secara membabi buta oleh pelaku.
Saat Wiranto ditusuk secara membabi buta oleh pelaku. (Instagram)

Ia berpesan kepada masyarakat Kota Bekasi untuk berperan serta dalam menjaga kondusifitas kota, terlebih penduduk Kota Bekasi dikenal memiliki latar belakang masyarakat yang majemuk.

“Masyarakat diharapkan mampu mendeteksi dini dan segera melapor ke aparat keamanan apabila mengetahui gerakan radikalisme dan terorisme, ini ancaman terbesar setelah narkoba,” ujar pria yang akrab disapa Mas Tri, Minggu (13/10/2019).

Lebih lanjut, Mas Tri mengatakan bahwa penghargaan kota toleran yang di raih Kota Bekasi merupakan capaian yang harus di pertahankan oleh masyarakat.

Sehingga harmonisasi lintas ras, suku dan agama terus berlangsung, dan generasi muda di Kota Bekasi punya andil untuk mempertahankan suasana harmoni tersebut.

Diharapkannya masyarakat khususnya generasi milenial harus bisa membedakan dan menghindari paham-paham tersebut.

Sehingga tidak mudah terpengaruh paham radikalisme yang menjurus pada tindakan terorisme.

“Ini penting maka harus sering dilakukab sosialisasi agar masyarakat dapat membedakan mana ajaran yang benar, mana yang tidak benar dan mana yang harus mereka tolak,” kata dia.

Terlebih di era digitalisasi ini, lanjut Tri, paham-paham tersebut bisa tersebar dengan mudahnya melalui segala bentuk tanpa jelas siapa yang bertanggung jawab.

“Semua harus berperan, apalagi Bekasi ini disebut sebagai sarang teroris ada seringkali penangkapan teroris terjadi di Bekasi,” jelas dia.

Untuk antisipasi pergerakan teroris di Bekasi, Tri meminta para RT/RW, Kelurahan hingga Kecamatan rutin menggelar pendataan penduduk.

“Jika ada penghuni baru harus segera diminta indentitasnya, masyarakat juga jangan acuh segera laporkan jika memang ada warga baru yang mencurigakan,” paparnya. (MAZ)

Bripda NOS Siap Jadi Pengantin JAD

Proses penangkapan polwan Polda Maluku Utara yang diduga terpapar paham radikal oleh Polda Jatim di Bandara Juanda.
Proses penangkapan polwan Polda Maluku Utara yang diduga terpapar paham radikal oleh Polda Jatim di Bandara Juanda. (Tribun Jatim)

Simak cerita lengkap Bripda NOS mantan anggota Polwan Polda Maluku Utara yang disiapkan jadi pengantin bom bunuh dan hubungannya dengan JAD.

Namanya berinisial NOS, usia 23 tahun.

NOS sebelumnya merupakan anggota Polwan Polda Maluku Utara terpapar terorisme.

Dalam catatan kepolisian, NOS telah dua kali berurusan dengan Tim Densus 88 Antiteror.

Pertama, ia diamankan oleh Polda Jawa Timur di Bandara Juanda, Jawa Timur, pada Mei 2019.

Terakhir, ia diamankan penyidik Densus 88 di Yogyakarta pada akhir September 2019.

Dikutip dari ANTARA, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan Bripda NOS telah dipecat dari institusi Polri.

NOS terdeteksi terpengaruh kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah ( JAD).

“Dia sudah dipecat,” kata Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Dedi Prasetyo mengatakan Polri tidak pandang bulu dalam menangani kasus terorisme.

“Kami tegas, siapa pun, baik masyarakat atau polisi yang masuk jaringan teroris, kalau terbukti akan dihukum,” katanya.

Dari hasil pemeriksaan Densus 88 Antiteror, NOS diduga terpengaruh paham radikal cukup dalam, meski awalnya NOS mempelajari paham radikal secara otodidak melalui media sosial.

Polisi menyebut NOS terkait dengan kelompok JAD Bekasi dengan pimpinan selnya, Fazri Pahlawan, yang ditangkap Densus di Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat pada 23 September 2019.

Bahkan kelompok JAD disebut-sebut tengah mempersiapkan NOS untuk menjadi ‘pengantin’ atau pelaku bom bunuh diri.

“Dia (NOS) dipersiapkan sebagai suicide bomber,” Dedi Prasetyo.

Terpapar lewat media sosial

Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra mengatakan, dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Densus 88, NOS diduga terpengaruh cukup dalam terkait kelompok ini.

“Terpapar mendalam,” katanya.

NOS diketahui awalnya mempelajari paham radikalisme secara otodidak melalui media sosial.

“Hasil pemeriksaannya, sudah terpapar (radikalisme), begitu juga dilihat dalam media sosialnya. Yang bersangkutan aktif terafiliasi dengan JAD,” ujar Asep saat ditemui Kompas.com di Bareskrim Polri, Rabu (9/10/2019).

Asep mengatakan, hal tersebut juga memperjelas bahwa NOS ada kaitannya dengan jaringan teroris yang diamankan kepolisian dua minggu lalu di Bekasi, yakni Abu Zee.

NOS juga dipastikan telah tersambung dengan jaringan JAD yang dituding merupakan dalang dari beberapa aksi terorisme di Indonesia.

Salah satunya aksi JAD adalah teror bom di Surabaya pada 2018.

Saat ini, kata Asep, polisi juga tengah mendalami apakah NOS pernah membocorkan informasi dari kepolisian kepada jaringan teroris tersebut.

“Masih kami dalami (apakah memberi informasi polisi atau tidak), yang jelas yang bersangkutan ini aktif membangun hubungan dengan JAD,” kata dia. ( WK / IM )

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *