Pilpres 2014; Survei, Dana dan Rating


Usai merilis hasil survei nasional, Direktur Eksekutif LSN (Lembaga Survei Nasional) Umar S. Bakry melayani wawancara doorstop para wartawan. Hasil survei, menurutnya merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Selain butuh biaya, survei terkait dengan tingkat keminatan publik terhadap capres (calon presiden) menguras tenaga. Ada wartawan yang mengajukan pertanyaan tentang netralitas hasil survei, Umar S. Bakry menjawab lugas. “Kalau tidak netral, buat apa kami mengadakan survei. Karena selain butuh biaya, survei baik langsung maupun melalui telepon bukan pekerjaan gampang,” Umar mengatakan kepada pers.
LSN bukan pertama kalinya merilis hasi survei. Tapi kasak-kusuk, para wartawan masih meragukan netralitas LSN terhadap hasil survei. Menurut sumber Harian Nusantara, biaya survei mencapai sekitar Rp 600 juta. Dua kali rilis hasil survei, hasilnya serupa tapi tak sama. LSN menyimpulkan bahwa minat publik untuk presiden terpilih berlatar-belakang dari TNI (Tentara Nasional Indonesia). Selain itu, LSN juga membeberkan hasil survei untuk kemenangan pasangan Prabowo Subianto/Hatta Rajasa. Tingkat elektabilitas Prabowo mencapai 46,6 persen, diatas Joko Widodo (Jokowi) yang hanya mencapai perolehan suara 39,9 persen. Sementara kelompokundecided voters (masih ragu) mencapai sekitar 13,5 persen.
Kesimpulan dari quick survey terbaru LSN yang dilaksanakan 23 s/d 26 Juni 2014, capres dari kalangan militer dianggap tegas. Sehingga tingkat minat masyarakat sangat tinggi dibanding capres yang selama ini terpersepsi merakyat dan sederhana. Survei dilakukan di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Populasi dari survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang sudah memiliki hak pilih dan tercantum dalam DPT. Jumlah sampel sebanyak 1070 responden yang diperoleh melalui teknik pengambilan sampel multistage random sampling. Simpangan kesalahan (margin of error) sebesar 3,0 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) 95 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancra dengan responden melalui telpon. Survei dilengkapi dengan analisis media dan in-depth interview dengan sejumlah nara sumber. Lalu ada lagi kasak-kusuk terkait dengan sistem survei. “Apakah survei di 34 provinsi merata, atau hanya di kantong (basis) massa di desa atau kabupaten tertentu saja. Jumlah populasi dengan minat capres tertentu di setiap desa atau kabupaten tidak merata, walaupun dalam satu provinsi.”
Acara rilis hasil survei oleh LSN dipadati oleh sekitar 100 wartawanLalu dari kasak kusuk tentang netralitas hasil survei, muncul pertanyaan seorang wartawan. “Dari mana sumber dana untuk melakukan survei?. Karena biaya diperkirakan mencapai sekitar Rp 600 juta. Petugas survei, minimal mengeluarkan biaya untuk pulsa, transportasi, dan berbagai biaya operasional lainnya.”
Acara konferensi pers dan penyampaian hasil survei LSN berlangsung di salah satu hotel di bilangan Senayan Jakarta Selatan. Selain Umar S. Bakry, ada juga beberapa eksekutif LSN dengan mengenakan seragam yang sama. Acara berlangsung di salah satu ruangan di lantai dasar. Ketika wartawan masuk ke ruangan tersebut, ada spanduk terbentang di belakang jajaran eksekutif LSN. Bunyi spanduknya “Publik Lebih Minati Capres Berlatar-belakang TNI. Elektabilitas Prabowo-Hatta di Atas Joko Widodo-Kalla.”
Pemaparan hasil survei hanya berlangsung sekitar setengah jam. Usai acara tersebut, awak media pun berbuka puasa bersama. Menu komplit, mulai dari makanan ringan khas bulan Suci Ramadhan, yaitu kurma sampai dengan menu daging sapi. Kurang dari setengah jam, makanan di meja terkuras habis. Satu-satu, eksekutif LSN meninggalkan ruangan. Beberapa wartawan spontanitas membentuk kelompok masing-masing. Ada kelompok yang masih bertahan di dalam ruangan konferensi pers. Mereka sibuk dengan ketak-ketik dan transcript hasil wawancara, menulis berita baik di online media ataupun cetak. Kelompok wartawan lain, berada di luar ruangan, tepatnya di lobby hotel. Ada sekitar enam sampai delapan wartawan. Mereka pun kasak-kusuk lagi, tetapi bukan yang terkait dengan hasil survei. Kasak-kusuk wartawan di lobby, mengenai uang transport atau istilah lainnya, ‘amplop’.
Praktik wartawan, terlepas benar atau tidak yang bersangkutan menjalankan profesi kewartawanan, memburu ‘amplop’ dari beberapa lembaga survei. Terlepas hasil survei menjadi sorotan publik, wartawan ‘amplop’ melihat setiap acara lembaga survei, kesempatan mendulang rezeki. Karena wartawan ‘amplop’ juga sudah tahu, bahwa dana untuk rekayasa hasil survei dan rating Capres adalah sumber pendapatan mereka juga.
Sementara itu, Fadli Zon, eorang intelektual, penulis, budayawan, businessman, dan politisi Partai Gerindra mengaku ada keterlibatan tiga lembaga survei. Tetapi ia tidak menjelaskan sampai sejah mana hasil survei lepas dari rekayasa. “Kami tidak main uang. Kami merebut hati dan pikiran rakyat untuk mendukung Prabowo dan Hatta,” Fadli mengatakan kepada pers pada acara Silaturahim Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) di hotel Sahid (30/6).
 
Fadli yang juga merupakan Tim Sukses Pemenangan Prabowo dan Hatta menegaskan, ada tiga lembaga survei yang menjadi pegangan. Tetapi Timses tidak memuplikasikan hasil survei. “Yang pasti kami tidak main uang atau money politics. Kalau terbukti (main uang), itu pidana pemilu.”
Di sisi lain, Fadli melihat dunia social media (sosmed) semakin menjadi-jadi dan kurang sehat. Ia mengibaratkan sosmed adalah robot, yang tidak bisa diajak berdiskusi. Fenomena ini hanya  ada dan dibuat di Indonesia. Akun dibuat dengan mudah, tanpa ada restriksi (pembatasan). “Seharusnya, semua kegiatan bisa tertib, dan orang yang bicara, bukan robot yang bicara. Akun-akun tidak jelas, kalau yang betul-betul, orang asli pasti sehat iklim komunikasi di sosmed.”
Fadli mengomentari Tim advokasi Komite Pemenangan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla yang melaporkan anggota tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Fahri Hamzah, ke Bawaslu. Politikus DPR itu dilaporkan atas dugaan pelanggaran pemilu melalui akun Twitter pribadinya, @fahrihamzah. “Pernyataan Fahri yang melecehkan dan merendahkan itu jelas melanggar Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden (Pilpres) Pasal 41 ayat 1 huruf C bahwa pelaksana, peserta, dan petugas kampanye dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan calon lain,” kata Ketua Komite Advokasi Pemenangan Jokowi-JK, Mixil Mina Munir, di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Senin (30/6/2014)
Di sisi lain, Panitia Acara Silaturahim Iluni mengakui bahwa rating Capres melonjak, seiring dengan semakin dekatnya hari-H Pilpres. Panitia mencatat, setiap hari minimal 10 acara buka puasa yang agendanya debat/silaturahim/tatap muka dengan Capres. Berbagai kelompok masyarakat dari berbagai strata menyelenggarakan acara dengan kehadiran calon presiden (Capres) dan wakil presiden (Cawapres). Tidak semua dari penyelenggaraan acara tersebut berhasil mendatangkan Capres/Cawapres, baik Prabowo Subianto/Hatta Rajasa maupun Joko Widodo (Jokowi)/Jusuf Kalla. Salah satunya, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni). Nama besar ‘Universitas Indonesia’ juga tidak menjamin keberhasilan penyelenggaraan acara dengan kehadiran Capres/Cawapres. “Kami sudah berusaha dengan berbagai cara, dan melalui berbagai channel (saluran), tetapi tidak bisa. Rating Capres sedang tinggi,” Chandra Motik Yusuf-Ketua Umum Ikatan Alumni UI mengatakan kepada pers.Rencananya, acara Buka Puasa Iluni UI bersama Capres berlangsung di salah satu hotel bintang lima di bilangan Jl. Jend. Sudirman. Acara yang dimulai sekitar pukul 17.00 sampai selesainya acara Buka Puasa, tidak ada tanda-tanda kehadiran capres/cawapres. Bahkan di hotel yang sama, dua acara diselenggarakan tanpa kehadiran capres/cawapres. “Kita bersebelahan (ruang pertemuan di hotel), menyelenggarakan acara yang sama. Tapi tidak ada satupun capres atau cawapres yang hadir.” (Liu)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *