Pengambil-alihan TMII, Kegiatan Taman Budaya Tionghoa Tidak Terpengaruh


 Pengambil-alihan TMII, Kegiatan Taman Budaya Tionghoa Tidak Terpengaruh

dilaporkan: Setiawan Liu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jakarta, 9 April 2021/Indonesia Media – Usai pengambil-alihan pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah atau TMII oleh negara, beberapa pekerja dan staf di Taman Budaya Tionghoa TMII tetap beraktivitas seperti biasa, dan hampir tidak terpengaruh. Berbagai kegiatan, termasuk kunjungan segelintir orang masih nampak. Mengingat kondisi pandemi covid, pengelola memang membatasi pengunjung. “Shooting sinetron (oleh Production House) juga tetap ada, bahkan setiap hari. Shooting di lokasi ini (Taman Budaya Tionghoa) lebih luas, (pemain) lebih bebas. Sehingga, Taman ini selalu dimanfaatkan untuk kegiatan shooting,” petugas Taman Budaya TMII mengatakan kepada Redaksi.

TMII yang digagas alm. Tien Soeharto (Agustus 1923 – April 1996) sangat fenomenal, tapi kontroversial. Masyarakat terutama dari luar kota, anak-anak sekolah rutin kunjungi TMII pada era tahun 1980 – 1990 an. Tapi setelah banyak mall berdiri, pilihan masyarakat mulai beralih dari TMII. “(pasca pengambil-alihan) masih transisi selama tiga bulan. Sekarang, plang di beberapa pintu masuk termasuk gerbang utama, pintu belakang sudah dipasang pengumuman pengambil-alihan sejak tanggal 1 april,” katanya

Sementara Taman Budaya Tionghoa dibangun melalui Yayasan Harapan Kita dengan lahan seluas 4,5 hektar. Pembangunan kawasan taman ini didasari oleh keselarasan dan keseimbangan, filosofi paling tua yang dianut kalangan Tionghoa, dengan memadukan unsur yin (im) dan yang (kang), yakni unsur kekerasan (kasar) dan kelembutan (lembut), misalnya ada siang harus ada malam, ada daratan (dataran) harus ada lautan, ada air harus ada api, dan seterusnya. Itulah sebabnya taman ini berupa daratan dan danau buatan di bagian belakang. “Saya enjoy saja kerja di Taman Budaya Tionghoa. Walaupun, kalau ada shooting, saya nggak bisa istirahat. Karena shooting bisa selesai sampai jam 4 subuh,” katanya

Sebelumnya crew film untuk sinetron sudah pernah shooting di Keong Mas, TMII dan anjungan lain. tapi setelah itu, ada keluhan dari petugas. Karena kegiatan shooting kadang merusak. Misalkan, perlengkapan shooting kadang dengan generator, mesin diesel, perlengkapan lain. Sehingga crew harus memaku pada tembok. “Selain paku, kadang paving block Conblock dilepas dan tidak dipasang lagi,” katanya.

Sementara itu, Surikin dari Museum Hakka di Taman Budaya Tionghoa mengatakan bahwa museum membuka wawasan masyarakat luas. Terutama mengenai suku Tionghoa yang bersejarah dan berbudaya terintegrasi dalam sejarah dan budaya Bangsa Indonesia. Pembangunan taman ini juga memiliki maksud dan tujuan untuk memamerkan artefak, foto-foto, arsitektur, taman, dan lain-lain yang berkaitan dengan eksistensi suku Tionghoa di kepulauan Nusantara ini. “Saya sudah mulai (beraktivitas) tahun 2015 dari sini, mengawasi pembangunan gedung museum Hakka. Pondasi tiang pancang, bor dan semua konstruksi sudah cukup dalam. Desain gedung Museum juga dengan filosofi Tionghoa,” kata Surikin.

Suasana Taman budaya sangat asri. Selain ada beberapa elemen landscape seperti jembatan, gazebo, pavilion, danau dan lain sebagainya menciptakan suasana asri. Sehingga tidak heran kalau kegiatan shooting sinetron sering berlangsung di Taman Budaya. Bagian belakang komplek Taman Budaya berupa tanah kosong, rawa-rawa. Ada konstruksi jalan dengan urugan, tanahnya dari danau. “Ada tambahan tanah urugan dari luar, tanahnya merah. Pa Tirta, sebagai ketua pelaksana pembangunan Museum, pak Hendra (Boss Unilon) yang sekarang mengetuai, pak Hendra (Zhang) bekerja keras untuk membangun Museum,” kata Surikin. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *