Pengacara Bingung Kasus Nazaruddin Banyak Sekali + Usai Diperiksa KPK Nazaruddin Tertunduk Lesu + Kenapa Nazaruddin Mendadak Lupa?


M Nazaruddin ikut disebut dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar dan proyek pembangunan RS Dharmasraya di Sumatera Barat (Sumbar). Kuasa Hukum Nazaruddin, Afrian Bondjol pun mengaku bingung.

“Nazar belum cerita banyak tentang masalah pembangunan bandara. Dan ini ada lagi kasus pembangunan rumah sakit daerah di Kabupaten Dhamasraya di Sumbar. Saya belum tahu juga kok bisa berkembang sampai seperti ini,” ujar Afrian di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kamis (25/8/2011).

Nama Nazaruddin muncul dalam proyek Bandara Sultan Hassanudin ketika diungkapkan Direktur Operasi PT Duta Graha Indah (DGI) Denny Basria saat bersaksi bagi Mohammad El Idris di Pengadilan Tipikor sebagai saksi meringankan.

Nazaruddin diduga telah meminjam bendera PT Guna Karya Nusantara untuk mengerjakan proyek yang dibiayai PT Angkasa Pura I itu. Proyek kemudian disubkontrak kepada beberapa perusahaan lain termasuk PT DGI.

Sedangkan dalam proyek RS Dhamasraya di Sumatera Barat senilai Rp19 miliar, salah satu anak perusahaan Permai Group yaitu PT Anak Negeri ikut bermain. Perusahaan itu diduga memenangkan proyek tanpa tender dan melakukan penggelembungan harga. Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat yang menangani kasus ini telah menetapkan Bupati Dharmasraya Marlon Martua sebagai tersangka.

Selain kasus suap proyek wisma atlet dimana Nazaruddin menjadi tersangka, KPK saat ini juga sedang menelusuri keterlibatan Nazaruddin dalam puluhan kasus dugaan korupsi lainnya.

Dua di antaranya yaitu senilai Rp2,7 triliun telah masuk ke penyelidikan. Sedangkan 31 kasus di lima kementerian dalam tahap pengumpulan bahan keterangan atau pulbaket.

 

Usai Diperiksa KPK Nazaruddin Tertunduk Lesu

Tersangka kasus suap wisma atlet SEA Games, M Nazaruddin bungkam suasai pemeriksaan tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari pagi sekitar pukul 10.45 WIB.

Nazaruddin keluar dari pemeriksaan KPK sekitar pukul 15.30 WIB. Seperti biasa, bekas Bendahara Partai Demokrat itu hanya tertunduk ketika keluar dari gedung KPK. Walaupun beragam pertanyaan diberondong kepadanya, Nazaruddin tak bergeming melontarkan pernyataan soal kondisinya dan hasil pemeriksaan. Ekspresi Nazar tetap dengan wajah tampak muram dan lesu ketika keluar dari Gedung KPK. Dengan kawalan anggota Brimob, Nazaruddin meninggalkan gedung KP

 

 

Kenapa Nazaruddin Mendadak Lupa?

Banyak orang dibuat terperanjat dan menggeleng-gelengkan kepala. Bagaimana bisa Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, yang berstatus sebagai tersangka kasus korupsi wisma atlet SEA Games, mendadak jadi pelupa? Selama dalam persembunyiannya, Nazaruddin terlihat begitu percaya diri menjalin kontak dengan sejumlah redaksi media massa.

Nazaruddin membeberkan sejumlah nama politikus, terutama dari Partai Demokrat, yang dianggapnya juga terlibat dalam skandal korupsi yang menghebohkan negeri ini.

Namun, itulah kenyataan yang terjadi. Nazaruddin mengatakan tidak ingat apa pun tentang semua hal yang dikatakannya selama menjadi buronan. Setelah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Nazaruddin hanya berkata: “Anak-istri saya jangan diganggu. Saya lupa semuanya. Saya mengaku bersalah. Bila perlu tidak perlu disidik, langsung divonis saja.”

Pernyataan lupa yang dikemukakan Nazaruddin justru menimbulkan banyak pertanyaan. Mengaku lupa, tapi memohon supaya istri dan anak-anaknya tidak diganggu. Menyatakan tidak ingat, tapi meminta dihukum saja. Lupa yang dialami Nazaruddin sekadar taktik menyembunyikan kepentingan politik. Jadi, untuk itulah harus dibongkar jenis lupa apa yang sedang dialaminya.

Memerlukan Waktu

Lupa (forget) dan melupakan (forgetting) adalah dua hal yang berlainan. Lupa merupakan tindakan tidak disengaja. Melupakan adalah aksi yang penuh kesengajaan karena menghilangkan informasi dari ingatan (memory). Namun, lupa dan melupakan, baik terhadap sebuah tindakan dalam masa silam ataupun nama-nama pihak tertentu, pasti memerlukan waktu.

Sifat gampang lupa biasanya terjadi pada seseorang yang telah lanjut usia. Lazimnya, orang semacam itu disebut pikun. Namun, apakah dalam waktu yang sedemikian singkat untuk ukuran orang semuda Nazaruddin, kepikunan itu sudah menimpa?

Namun, baiklah, tanpa memiliki prasangka buruk terhadap Nazaruddin yang kini mendadak jadi pelupa, psikologi memiliki penjelasan tersendiri terhadap problematika lupa. Dalam kajian psikologi, lupa dan melupakan dijadikan satu terma (entry). Lupa, seperti dikemukakan oleh Graham Richards (Psychology: The Key Concepts, 2009), mempunyai tiga penjelasan.

Pertama, lupa sebagai keadaan yang asli, permanen, dan normal saja terjadi. Materi-materi yang terlupakan masih terdapat dalam simpanan ingatan, tetapi mekanisme untuk menjangkaunya gagal dijalankan.

Kedua, lupa atau melupakan adalah proses yang bersifat aktif. Dalam domain psikoanalisis, hal ini dikaitkan dengan konsep represi (penekanan). Lupa atau sengaja melupakan benar-benar memiliki motivasi tertentu.

Ketiga, lupa dan juga melupakan bukanlah sesuatu yang harus dipandang buruk. Mengingat sesuatu secara menyeluruh, misalnya, bisa jadi terasa begitu menindas. Ketika memori campur tangan dalam situasi-situasi baru tertentu, ternyata, hanya beberapa ingatan yang bisa diraih.

Dalam kasus Nazaruddin, kira-kira jenis lupa (atau melupakan) mana yang sedang dialaminya? Merujuk pada ucapannya, Nazaruddin berada dalam jenis lupa yang pertama. Tapi, hal itu tidak masuk akal. Hal ini disebabkan peristiwa dan segala omongannya baru saja terjadi.

Pada jenis lupa yang ketiga pun, Nazaruddin tidak bisa dikategorikan. Sebab, Nazaruddin mengaku telah “lupa semuanya”. Jadi, tidak ada secuil pun ingatan yang masih tersisa. Mungkin saja, lupa yang dialami Nazaruddin berada dalam jenis kedua. Lupa itu sengaja dilakukan karena Nazaruddin mengalami tekanan yang luar biasa. Bagaimana hal itu dijelaskan?

Represi, sebagaimana dijelaskan Sharon Heller (Freud A to Z, 2005), adalah sebuah bentuk mekanisme pertahanan. Ketika ada realitas yang tidak menyenangkan bagi kita, strategi-strategi tidak sadar ego mendistorsikan realitas tersebut dan mengurangi kecemasan.

Realitas yang tidak menyenangkan itu, misalnya saja, adalah dorongan, gagasan, maupun ingatan. Sebagai contoh, hasrat seksual seorang anak terhadap ibu ataupun bapaknya direpresi menjadi ketidaksadaran. Hasil represi itu kemudian mencuat dalam mimpi atau keseleo lidah (slip of tongue).

Kebohongan Belaka

Penjelasan lupa jenis kedua (psikoanalisis) pun, agaknya, tidak bisa memberi jawaban yang mencukupi terhadap lupa yang dialami Nazaruddin. Persoalannya pada rentang waktu yang sangat singkat.

Sekalipun penjelasan lupa dari psikoanalisis bisa diperluas, misalnya Nazaruddin lupa karena sengaja mengabaikan kasus korupsi dan sejumlah nama yang terlibat di dalamnya, agaknya juga tidak masuk akal. Lupa yang berdasar pada motivasi ini hanya bisa terjadi ketika seseorang sengaja mengabaikan, misalnya, nama seseorang yang dianggapnya tidak penting.

Dalam kasus lupa yang terjadi pada Nazaruddin, bukankah peristiwa korupsi dan sosok-sosok yang terlibat di dalamnya justru menjadi sangat penting baginya? Setidaknya, nama-nama populer seperti Anas Urbaningrum, Edi Baskoro Yudhoyono (Ibas), Andi Alfian Mallarangeng, atau juga Angelina Sondakh pasti memiliki nilai politik yang amat signifikan bagi Nazaruddin.

Mereka yang dituding terlibat dalam kasus korupsi yang telah menjadikan Nazaruddin sebagai sorotan publik, setidaknya mampu mengurangi kecemasan Nazaruddin yang berada sendiri dalam tahanan.

Penjelasan lain yang lebih rasional terhadap Nazaruddin yang jadi pelupa adalah apa yang dijalankan Nazaruddin tidak lebih kebohongan belaka. Berbohong, kata George K Simon, Jr. (In Sheep’s Clothing: Understanding and Dealing with Manipulative People, 2000), adalah strategi untuk melakukan pengelabuan.

Kalangan manipulator sering kali berbohong dengan menolak menyajikan kebenaran di hadapan kita atau sengaja mendistorsi kebenaran. Mereka lihai berkelit untuk memberikan jawaban secara langsung. Inilah pengelabuan dengan teknik melepaskan tanggung jawab.

Lupa yang dialami Nazaruddin bukanlah gejala yang sama sekali baru. Nunun Nurbaeti, tersangka kasus korupsi yang kini tak jelas keberadaannya, juga dinyatakan mengalami amnesia (lupa ingatan). Lupa ataupun melupakan tidak lagi berada dalam ruang lingkup psikologis, melainkan juga memiliki kepentingan politis.

Nazaruddin, tentu saja, akan mengelak jika lupa yang diidapnya dipandang sebagai kepura-puraan. Namun, apa boleh buat, lupa yang bersifat bohong atau manipulatif itulah yang lebih rasional untuk menjelaskan kenapa Nazaruddin mendadak jadi pelupa.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *