Penetapan Kuliner Unggulan Indonesia sebagai Daya Tarik Pariwisata


IMG-20170815-WA0017Jakarta Agustus, 8, 2017/Indonesia Media – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan El John Pageants akan all out memopulerkan warisan budaya kuliner sampai bisa setara dengan Tom yum (Thailand), Sushi Tei (Jepang), Pizza (Italia) serta menarik wisatawan mancanegara (wisman). Kemenpar sudah menetapkan lima kuliner unggulan Indonesia yakni soto, rendang, nasi goreng, sate dan gado-gado. Putri Pariwisata El John Pageants dilibatkan untuk meningkatkan daya tarik pariwisata. “Sampai saat ini kita belum punyanational food seperti mereka (Thailand, Jepang, Italia). Kemenpar mau melakukan hal ini bertemakan ‘Enjoying Indonesia’s Wonderful Culinary’. Kita punya nasi lemak khas Indonesia, tapi sudah di claim Malaysia,” Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan kepada Redaksi.

Upaya merumuskan, menetapkan Indonesian National food melalui proses panjang. Bahkan sempat terjadi perdebatan antara Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar dengan MarkPlus Consulting. Perdebatan panjang tersebut hanya untuk memutuskan (kuliner unggulan) nomor satu, soto atau rendang. “Tapi akhirnya saya memutuskan soto. Pilihan ini tidak terlalu meleset. Karena  salah satu badan dunia yang mengurusi kegiatan promosi pariwisata juga menomor-satukan rendang,”

Kemenpar mengacu pada strategi pengembangan wisata secara universal, termasuksuccess story Tom yum (Thailand). Ada dua strategi yang menjadi acuan untuk memopulerkan wisata kuliner khas Indonesia. Strategi pertama sebagai acuan promosi pariwisata kuliner yakni kekuatan apa yang ada di dalam negeri Indonesia. strategi kedua yakni promosi kuliner berdasarkan tingkat kelarisan di pasaran. “Kalau dari keunikan, kuliner rendang tidak terkalahkan. Rendang unik, khas Indonesia. Tapi soto dari sisimarket lebih diterima, dan potensial mewakili Indonesia.”

Soto ibaratnya mewabah di hampir berbagai daerah di Indonesia. Ada soto Lamongan (Jawa Timur), soto Bandung (Jawa Barat), soto Kudus (Jawa Tengah) dan daerah-daerah di pulau Sumatera. Pada perkembangannya, Kemenpar mengikuti rumusan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf). Perumusan untuk national food atau kuliner khas Indonesia sudah tidak boleh ditunda-tunda lagi. Mengingat Presiden Joko Widodo berharap adanya pencapaian target kunjungan wisatawan, salah satunya melalui wisata kuliner khas Indonesia. “Bekraf memutuskan soto sebagai national food. Kami akan dukung. Soto pun nanti diharapkan identik dengan Indonesia. selain lima national foodunggulan (rendang, nasi goreng, sate, gado gado), ada juga minuman. Kami sepakat akan membawa kopi Indonesia di panggung dunia, dan daya tarik wisata.”

 

Kendatipun demikian, Arief belum bisa menjelaskan secara spesifik kopi yang menjadi unggulan. Sebagaimana diketahui, ada berbagai jenis kopi yakni robusta, arabica, liberica dan luwak. Bahkan luwak atau civet cat coffee semakin dicari-cari wisatawan asing selama berkunjung ke Indonesia. begitu populernya, luwak semakin sering ditemukan di pasaran tapi ‘kw’ (tidak asli). “Secara spesifik, penentuan jenis kopi unggulan menjadi ranah Bekraf. Sebelumnya, kopi menjadi tanggung jawab kami. Tetapi sekarang kan masa transisi dari Kemenpar, dan Bekraf sedang menginkubasi kopi. Nantinya kopi jenis tertentu, mungkin luwak atau liberica yang akan dikemas lebih komersil.”

Arief meyakini bahwa kuliner bisa menjadi ‘kartu truf’ wisata Indonesia bersaing dengan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Vietnam dan lain sebagainya. Sehingga Kemenpar akan mengombinasi diplomasi budaya dan ekonomi. Pendekatan budaya bernilai keekonomian terbukti meningkatkan devisa negara, membangun nation branding.Salah satu contoh yang paling kentara yakni upaya ‘penjajahan’ Tiongkok di berbagai negara termasuk Indonesia. “Cara ‘penjajahan’ Tiongkok sangat soft, sampai negara-negara lain termasuk Indonesia tidak merasakan. ‘Penjajahan’ melalui rembesan kuliner khas Tiongkok, atau yang dikenal dengan ‘Chinese food’ sangat berhasil. Bahkan cara ini sudah ditiru oleh industri kuliner Jepang.”

Success story kuliner Tiongkok, Jepang, Thailand dan lain sebagainya adalah pelajaran bagi Kemenpar. Semua hal dipelajari untuk terus mengangkat kuliner Indonesia di panggung dunia. “Kita dijajah Chinese Food, tapi tidak terasa. Tapi kita sudah mulai dijajah kuliner Thailand, mulai terasa sekarang.”

 

Sehingga beberapa strategi pengembangan wisata kuliner Thailand menjadi masukan bagi Kemenpar. Salah satunya yakni sistem insentif. Setiap pelaku usaha yang berencana buka rumah makan di luar Thailand, akan diberi insentif 100.000 US Dolar. Bahkan setiap maskapai penerbangan Thailand diwajibkan membawa bumbu khas kuliner Thailand dalam bentuk frozen. “Semua strategi tersebut mengatasnamakan Thailand Incorporated.Saya bisa buktikan kuliner Thailand bisa mengalahkan Jepang.”

Resto Jepang masug sangat tergantung chef (koki). Sementara resto Thailand berhasil mengombinasikan tiga hal yakni rasa, kecepatan pelayanan/penyajian dan teknik hidangan. “Setiap pengunjung, begitu masuk resto Thailand, (sajian makanan) langsung di unfrozen. Pengunjung tinggal sebut menu tertentu, lalu (makanan) terhidangkan di atas meja.”

Hal lain yang signifikan untuk mempromosikan wisata kuliner Indonesia yakni teknik rembesan. Artinya, Pemerintah berencana memberi insentif kepada pelaku usaha yang buka resto di luar negeri. Tetapi resto tersebut harus menyajikan salah satu kuliner unggulan Indonesia. Pengelola harus menjual national food yang sudah ditetapkan Kemenpar.”

Di tempat yang sama, executive director El John Pageants, Johnnie Sugiarto optimis dengan kemampuan Putri Pariwisata Indonesia mempromosikan masing-masing kuliner khas daerahnya. Pada penyelenggaraan Putri Pariwisata Indonesia (PPI) ke-10 di Jakarta, ada 38 peserta dari 34 provinsi yang terlibat. Mereka sudah dibekali dengan berbagai hal terkait dengan pariwisata serta budaya bangsa termasuk kekuatan daya tarik kuliner masing-masing daerah. “Kami tanamkan kepada putra putri Pariwisata Indonesia, minimal mereka mencintai kuliner negeri sendiri. Setelah itu mereka bisa menyosialisasikan ke luar. Contoh Bandung yang kulinernya terutama di Jakarta ditemui di hampir setiap sudut jalan, seperti batagor. Selain itu, El John dan Pemerintah Indonesia termasuk Kemenpar akan merintis sistem standardisasi kuliner Indonesia. hal ini sangat penting, sehingga kuliner Indonesia bisa diterima di luar negeri,” Johnnie mengatakan kepada Redaksi.

 

Sementara itu, Putri Pariwisata asal Banten Savira Jasmine melihat potensi wisata kuliner sama bobotnya dengan wisata pantai, pesisir dan laut di Banten. Salah wilayah pesisir di daerah Banten yang cukup berpotensi dalam memanfaatkan kekayaan laut dan pesisir yaitu wilayah pesisir pantai barat Kabupaten Pandeglang. “KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Tanjung Lesung di Pandeglang menjadi magnet untuk pengembangan wisata Banten. Kuliner khas Banten akan masuk disitu, seperti sayur asem dan lain sebagainya,” Savira mengatakan kepada Redaksi.

Selain Tanjung Lesung, pulau Cangkir juga potensial menarik wisatawan dalam dan luar negeri. Tetapi pulau tersebut masih minim dengan fasilitas dan infrastrukturnya. Sehingga pengunjung yang berminat rekreasi ke pulau Cangkir akan berpikir dua kali. “Sementara yang saya bisa kerjakan, promosi Pulau Cangkir melalui social media. Gadget sudah semakin menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sehingga mereka bisa setiap saat buka facebook, twitter, instagram untuk melihat keindahan pantai, laut di Banten terutama Tanjung Lesung dan pulau Cangkir.” (Liu/IM)

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *