Obsesi Budiprawira Kelola Pulau Kecil ala Maldives
dilaporkan: Setiawan Liu
Bandung Barat, 10 September 2020/Indonesia Media – Flashback 30 tahun yang lalu, bagaimana 350.000 masyarakat negara Maladewa (Maldives) yang hidup dengan kondisi ekonomi pas-pasan, tapi berhasil mengembangkan sektor pariwisata maritime, kepulauan. Menurut professional diver Budiprawira Sunadim, pemerintah Indonesia bisa belajar pada Maldives yang berhasil mengelola sekitar 300 pulau untuk meningkatkan pendapatan negara, terutama turis mancanegara. “Karena saya sudah hampir seratus kali dive (menyelam) di Maldives. Saya sangat tahu (kegiatan pengelolaan pulau), karena ada 300 pulau di Maldives,” Budiprawira mengatakan kepada Redaksi.
Ia mengelilingi beberapa pulau, sampai pernah naik ke bukit kecil 5-6 meter di atas permukaan laut (mdpl). (bukit 5-6 mdpl) ibaratnya gunung yang paling tinggi di Maldives. Artinya pulaunya hanya berada 2-3 meter di atas permukaan laut. 30 tahun lalu, Maldives merupakan negara kepulauan yang 100 persen mengandalkan sektor perikanan tangkap. Pemerintah dan warganya, waktu itu bertekad untuk maju dan tidak hidup miskin terus menerus. Mereka bertekad mengembangkan sektor pariwisata sampai pembuatan road map. Maldives merupakan negara dengan 100 persen penduduknya beragama Islam. “Sehingga, kalau ada warga yang mau menikah dengan warga Maldives, harus ikut agamanya, Islam. Tidak ada satupun orang Maldives beragama lain. Tapi tamunya, 100 persen berbeda agama. Kegiatan pariwisatanya tetap maju. (kondisinya) hampir sama dengan Bali yang mayoritas Hindu. Tapi tamu (wisatawan) dari berbagai agama datang berkunjung. Toleransinya bagus, pariwisata maju,” kata Boss perusahaan manufacturing KJA (keramba jaring apung) Aquatec.
Pada umumnya, system pengelolaan pulau dengan dua management. Satu pulau biasanya ada dua warga negara. Management kegiatan wisata selam, (management) orang Perancis, manager orang perancis, termasuk diver (penyelam). Kalau pulau dikelola orang Jerman, kegiatan di hotel seperti F&B (food and beverage), hiburan, dll dikelola orang Jerman juga. “Itu hebatnya sehingga pariwisata Maldives maju. Orang asing bisa me-manage, orang Maldives sendiri jadi tour guide, pekerja kasar, instruktur diving, pelayan. Di tengah pulau, selalu ada masjid untuk ibadah,” kata Budiprawira yang juga instruktur olahraga selam bersertifikat.
Masih terngiang-ngiang obrolannya dengan pemandu wisata, yang mengatakan “ …. one glass of beer is good for 20 years….”. Artinya, ada peraturan bahwa minuman keras dilarang untuk orang Maldives. Kalau ada yang melanggar, berarti yang bersangkutan dipidanakan 20 tahun penjara. Peraturan tidak berlaku untuk turis asing di Maldives. “Mereka menoleransi bule yang mau berjemur dengan berbikini. (peraturannya), ada titik batas akhir jarak dengan hal-hal terkait keagamaan. Kalau tidak (ikuti titik batas akhir), itu melanggar. Maldives, satu-satunya negara yang tidak ada prostitusi,” kata Budiprawira
Karena terobsesi dengan keberhasilan pengelolaan pulau di Maldives, Budiprawira mengaku ditantang. Artinya, ia memperkirakan lima pulau saja diserahkan untuk swasta untuk dikelola. “Kasih saya lima pulau, saya akan kelola. Karena laut kita jauh lebih bagus, tapi saya tidak dapat otonomi pulau. Satu pulau, bisa dilindungi negara? sehingga tidak ada orang luar dengan alasan apapun bisa masuk. Tidak ada gangguan orang luar, nelayan bisa datang,” katanya.
Pengaturan kapal-kapal nelayan termasuk yang dari luar bertambat labuh, harus ada mooring fee. Bahkan, mooring fee mahal sehingga nelayan tidak mampu bayar. Disamping management pulau oleh orang asing, kegiatan diving (menyelam) dengan management lain. Management dipisah dua, pada umumnya. Pulau A, income nya berapa, sehingga management water sports harus bisa menarik banyak tamu untuk diving. “Pada akhir tahun, (nilai pendapatan pulau) bisa dihitung. Prosentase management water sport, hotel, diving berapa persen,” kata Budiprawira. (sl/I
Indonesia cuma bisa Niru doang gak pernah punya Ide Pelopor, cuma bikin Peuyeum gak niru