Misteri Kursi Nomor 13A dan 13B


Tahukah Anda, konon tidak ada kursi penumpang bernomor 13  di pesawat terbang di dunia ini? Meski banyak yang tidak percaya, namun takhyul di jagad raya ini mempercayai angka 13 berkaitan dengan kejadian sial atau mengerikan.

Namun pada Minggu (25/9) petang, kru darat pesawat Batavia Air memberikan kursi bernomor 13A dan 13B kepada Nyonya Mardiana dan suaminya, penumpang pesawat dengan nomor penerbangan YG – 561 dari Jakarta tujuan Pekanbaru. Mardiana merasa heran, sebab setelah puluhan kali naik pesawat baru kali ini dia mendapat kursi bernomor 13. Namun dia mendiamkan saja.

Keanehan mulai terjadi saat Mardiana dan suaminya naik ke pesawat. Ternyata kursi bernomor 13 memang tidak ada. Setelah kursi nomor 12, yang ada di deretan selanjutnya adalah kursi bernomor 14. Ketika disampaikan perihal nomor kursi itu kepada pramugari yang bernama Ira Maei, dia langsung terheran-heran.

“Tidak ada nomor 13 di pesawat ini. Ada kesalahan, namun Ibu dan Bapak dapat duduk di kursi nomor 14A dan 14B ini saja dahulu,” kata Ira menenangkan.

Tidak lama kemudian muncul seorang pria tinggi besar yang menyebutkan dia memiliki noarding pass kursi nomor 14 A, dan seorang penumpang lain yang belakangan diketahui bernama Rizal, pegawai Kantor Bea dan Cukai Riau yang mendapat kursi bernomor 14B. Masalah mulai muncul.

Pramugari Hindri Astutik dan Juni Cahyati mulai terlihat kasak kusuk memanggil petugas darat untuk membantu menyelesaikan persoalan. Setelah beberapa lama, seluruh penumpang telah naik ke pesawat. Ternyata ada sisa dua kursi yang belum diduduki penumpang. Akhirnya pramugari mengarahkan Rizal untuk duduk di kursi bernomor 2B dan pria bertubuh tinggi besar di kursi 11E yang kosong. Pesawat berkapasitas 168 orang itu penuh total. Tidak ada lagi kursi tersisa.

Insiden kursi bernomor 13A dan 13B menyebabkan pesaat molor terbang. Jadwal pesawat yang semestinya tebang pukul 16.50, pintu pesawat baru dapat ditutup pada pukul 17.10 dan terbang pukul 17.30.

Tidak ada kejadian apapun sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Pekanbaru, cuaca cukup bagus. Hanya saja sesaat sebelum mendarat tubuh pesawat bergoyang, oleng ke kiri dan ke kanan, tidak stabil, sehingga membuat penumpang cukup cemas. Untungnya Kapten Pilot Hendra Sutrisno mampu mendaratkan pesawat dengan baik. Ketika mendarat bahkan ada penumpang yang bertepuk tangan.

Sebelum turun dari pesawat, Mardiana dan suaminya masih penasaran mengapa mereka diberi nomor kursi 13 A dan 13B. Pramugari Juni Cahyati mengatakan, masalah itu mungkin disebabkan petugas darat Batavia  tidak mengecek bahwa pesawat Batavia yang satu ini tidak memiliki kursi bernomor 13.

“Memangnya ada pesawat yang bernomor kursi 13?” tanya suami Ny Mardiana. Juni mengungkapkan bahwa ada satu pesawat Batavia di Indonesia yang memiliki nomor kursi 13.

Kalau pernyataan Juni diasumsikan benar, mengapa hanya Ny Mardiana dan suaminya yang mendapat nomor kursi 13? Bukankah kalau penumpang penuh semestinya, ada empat penumpang lain yang memegang tiket bernomor 13C, 13D, 13E dan 13F? Belum ada jawaban misteri kursi bernomor 13A dan 13B itu, kecuali pihak Batavia mau jujur membukanya kepada publik.

Atau, jangan-jangan petugas darat Batavia Air memang tidak profesional. Contoh ketidakprofesional lainnya, sebelum masuk ke pesawat, penumpang Batavia yang berada di ruang tunggu C7 tujuan Pekanbaru harus masuk ke pesawat melewati pintu C5, sementara pada saat bersamaan, penumpang yang berada di ruang tunggu C5 tujuan Batam dipindahkan ke jalur C7.

Koridor bandara akhirnya kacau penuh sesak, penumpang dari dua arah berlawanan bersinggungan karena hendak bergegas naik ke pesawat.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *