Metode kerangkeng tenggelam, kunci keberhasilan budidaya lobster 


Metode kerangkeng tenggelam, kunci keberhasilan budidaya lobster 

dilaporkan: Setiawan Liu

Bandung Barat, 11 Nopember 2021/Indonesia Media – Perusahaan manufacturing sarana kelautan dan perikanan PT Aquatec melihat urgensi usaha budidaya lobster di Indonesia dengan teknologi dan metode yang minimal setara dengan apa yang sudah diterapkan di Vietnam. Metode dan teknologi yang sudah harus segera diterapkan, salah satunya kerangkeng tenggelam untuk budidaya lobster. “Kalau mau (budidaya) sukses, kita harus mengadopsi teknologi terbaru dan inovatif. Kerangkeng tenggelam, (sebagai) inovasi anak Bangsa Indonesia menjadi kunci keberhasilan Vietnam,” Direktur PT Aquatec Andi J. Sunadim mengatakan kepada Redaksi.

Ironisnya, Vietnam dulunya sempat belajar dari Indonesia untuk pengembangan budidaya lobster. Vietnam memulai budidaya sekitar 30 tahun yang lalu. Tetapi keberhasilannya semakin nyata kelihatan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini. Ekspor lobster Vietnam melesat, dan meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat dan pembudidaya. Ironisnya, Indonesia adalah sumber benih lobster nomor satu di dunia, hanya memang ada masalah penyelundupan.  Ada seratus juta ekor tiap tahun (diselundupkan), walaupun benih yang ada mencapai lebih dari 100 juta. Eksportir lobster dewasa terbesar, yakni vietnam. “Kita memasok benih terbesar, tapi yang menikmati Vietnam. 30 tahun yang lalu mereka baru mulai, sukses 10 tahun terakhir ini. Kesuksesannya tidak lepas dari dari metode budidaya dan teknologinya,” kata Andi J. Sunadim di sela-sela acara Aquatec Factory Tour.

Penerapan teknologi kerangkeng juga relatif mudah. Lobster ditenggelamkan sampai tujuh meter, sehingga tidak terpengaruh salinitas dan hujan. Kalau benih tenggelam, jumlah parasit yang menginfeksi berkurang yakni hanya 1/10. Artinya, tingkat kematian lobster hanya sepersepuluh. Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan penggunaan metode konvensional. Pada umumnya, budidaya lobster puerulus atau benih bening lobster/BBL 3-4 milimeter yang lebih efektif dan ekonomis dibanding (tahap awal budidaya) telur. “Belum ada negara manapun di dunia yang bisa membudidaya lobster (mulai) dari telur sampai puerulus dengan biaya yang wajar, murah. Kita hanya bisa tangkap puerulus dari laut, yang paling umum, beratnya 250 gram. Semakin besar, harga jual semakin meningkat. Proses budidayanya lama sehingga kerangkeng Aquatec dengan dua desain, (yakni) ukuran S (small), M (medium). Keseluruhan proses pembesaran dari puerulus sampai 250 gram, butuh waktu tujuh bulan,” kata Andi J. Sunadim.

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Rina menegaskan akan terus memperketat pintu keluar/masuk sumber daya perikanan di Indonesia. Hal ini untuk mencegah adanya penyelundupan sumber daya perikanan, khususnya BBL. Terlebih Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus spp.) di Wilayah Negara Republik Indonesia.

“Kita terus bergerak dan bersinergi dengan aparat penegak hukum untuk mempersempit ruang gerak penyelundupan BBL,” terang Rina saat menghadiri rapat analisis dan evaluasi Satgas BBL dengan Polri. Sepanjang 17 Juni sampai 9 November, sebanyak 1.332.310 BBL berhasil diselamatkan dari penyelundupan. Jumlah tersebut terdiri dari 90,5 persen jenis pasir dan 9,5 persen jenis mutiara. “Selama periode tersebut, total ada 21 kasus penyelundupan BBL,” urai Rina.

Berdasarkan hasil penelusuran BKIPM, saat ini masih terdapat titik  rawan penyelundupan BBL seperti di Sungai Musi Sumatera Selatan dan Kalimantan Utara. Karenanya, dia mengajak aparat penegak hukum untuk meningkatkan pengawasan, melakukan operasi bersama, serta mitigasi risiko melalui peningkatan kerja sama dan sinergitas dengan seluruh instansi terkait dalam rangka pencegahan penyelundupan sumber daya ikan. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *