NAMA ”Bunda Putri” terus saja menggaung di ruang publik. Nama itu populer sejak disebut dalam kesaksian Ridwan Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (29/8/ 2013).
Ridwan adalah putra Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menjadi saksi bagi terdakwa Ahmad Fathanah dalam dugaan suap kuota impor daging sapi dan pencucian uang di Kementerian Pertanian. Selain Bunda Putri, Ridwan juga menyebut nama ”Sengman, Engkong, dan Hendra” dalam percakapan dengan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang disadap KPK dan diperdengarkan dalam sidang.
Bunda Putri disebut-sebut punya pengaruh besar terhadap kisruh impor daging sapi. Begitu besar pengaruh Bunda Putri, sampai Kapolri dan intelijen ditugasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menguak identitas dan asalusulnya. Publik juga bertanya, siapa sebenarnya Bunda Putri yang membuat repot petinggi negeri ini?
Nama Bunda Putri begitu misterius yang membuat Presiden SBY, Wakil Presiden Boediono, dan Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam direpotkan. Ketiganya pun harus menggelar konferensi pers untuk membantah ia punya kedekatan dengan Bunda Putri.
Memang ada informasi bahwa Bunda Putri adalah istri seorang dirjen di Kementerian Pertanian, tetapi semua belum jelas. Terutama isu kedekatannya dengan Presiden, Wakil Presiden, dan sejumlah menteri. Presiden PKS Anis Matta bahkan ikut-ikutan menyangkal tidak kenal dengan Bunda Putri dan meminta wartawan untuk menanyakan kepada Presiden SBY.
Bukan pejabat kecengan
”Saya bukan pejabat kecengan, mau reshuffle ngomong sama orang yang tidak jelas”. Begitu kata Presiden SBY saat jumpa pers di Halim Perdanakusuma (10/10/2013) menyikapi kesaksian Luthfi Hasan Ishaaq di Pengadilan Tipikor Jakarta (11/10/2013) yang mengatakan Bunda Putri adalah orang yang sangat dekat dengan Presiden, bahkan sangat tahu informasi kebijakan reshuffle kabinet (Tribun timur.com,11/10/2013).
Presiden menyatakan tidak ada hubungan antara Bunda Putri dan reshuffle kabinet. Istrinya sekalipun tidak tahu namanama menteri yang akan di-reshuffle. Presiden hanya membicarakannya dengan Wakil Presiden dan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Begitu pula jika menteri yang akan diganti berada di bawah koordinasi menteri koordinator, menteri koordinatorlah yang dipanggil.
Melihat misteri Bunda Putri, setidaknya ada dua aspek yang perlu dicermati. Pertama, boleh jadi Presiden SBY memang tidak mengetahui, apalagi mengenal Bunda Putri. Sang bunda ini hanya menjual nama Presiden kepada kalangan tertentu dengan motivasi tertentu. Bisa motif ekonomi karena Bunda Putri disebut seorang pengusaha, bisa juga motif politis lantaran ia istri salah satu dirjen di Kementerian Pertanian.
Tetapi, bisa juga muncul pertanyaan menggelitik. Apakah Presiden PKS begitu mudah percaya tentang informasi reshuffle kabinet dari sosok Bunda Putri kalau tidak yakin memiliki kedekatan dengan Presiden? Bukankah PKS masuk dalam jajaran koalisi partai sehingga punya potensi untuk mengetahui kementerian mana saja yang akan diganti. Atau Luthfi memberikan kesaksian atas terdakwa Ahmad Fathanah dengan maksud melempar tanggung jawab kepada Bunda Putri.
Kedua, bisa jadi Presiden mengenal Bunda Putri, tetapi bukan seperti itu namanya, melainkan dikenal selaku pengusaha atau istri seorang dirjen. Nama Bunda Putri hanya beredar di kalangan tertentu seperti di lingkungan impor daging sapi, tetapi nama itu sama sekali tidak dikenal kalangan Istana.
Jika seperti ini realitasnya, wajar jika misteri Bunda Putri wajib diungkap agar terang benderang. Ini keniscayaan untuk membuktikan pernyataan Presiden SBY bahwa ”Luthfi seribu persen bohong”. Tetapi, jika Luthfi berbohong di depan sidang, mestinya hakim memerintahkan penuntut umum untuk memprosesnya dengan sangkaan ”sumpah palsu”.
Perang opini
Sosok Bunda Putri salah satu berita terhangat, selain berita penangkapan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. Serangan Luthfi dan bantahan Presiden SBY bisa disebut ”perang opini” dalam mengungkap dugaan korupsi impor daging sapi. Selain upaya mengaburkan sesuatu, juga bisa berguna untuk kepentingan politis pada 2014.
Isu-isu kedekatan dalam lalu lintas lobi elite dalam mendapatkan proyek di berbagai kementerian memang persoalan yang sensitif. Pada tahun politik ini, seperti diperkirakan para pengamat, akan muncul perang opini untuk saling menjatuhkan dan isu yang paling aktual adalah di sekitar korupsi. Bisa dilihat pada persidangan kasus-kasus korupsi yang acapkali memunculkan kesaksian yang mengejutkan.
Apa betul perang opini sengaja didesain secara sistematis untuk mendapatkan ”persepsi publik” atau hanya spontanitas. Menurut para pengamat, politik itu soal persepsi, bergantung siapa yang mampu membangun ”persepsi positif” bagi partai dan elitenya, dialah yang berpeluang memenangkan pertarungan dalam pemilihan umum. Tetapi, pola ini bisa membuat rakyat semakin tidak percaya kepada pejabat negara.
Saling menyudutkan dan bantah-bantahan di ruang publik menunjukkan betapa kompleksnya dunia politik. Di tengah para elite politik mencari panggung menuju 2014, relasi dalam lobi-lobi kekuasaan tentu sesuatu yang halal. Begitu banyak pola yang bisa diatur, termasuk perang opini, tetapi pada akhirnya mengarah pada satu titik yaitu mencari simpati publik agar dipersepsikan sebagai pejuang amanah rakyat.
Hanya, kadang tidak tercapai jika dilakukan secara serampangan sebab banyak agenda yang mestinya dilakukan untuk mendekati akses publik. Menguak tabir penyelewengan kekuasaan secara terbuka merupakan sesuatu yang baik bagi penegakan hukum.
Tetapi, kata pepatah ”kalah jadi abu, menang jadi arang” akan melanda para elite yang saat ini sedang perang opini. Untuk mengakhirinya, misteri Bunda Putri harus dibuka identitas dan perannya agar ruang gelap dalam impor daging sapi menjadi lebih jelas.