Perkembangan teknologi yang begitu pesat selama kurun waktu 10 tahun terakhir telah menciptakan masyarakat yang berbasis teknologi. Kehadiran teknologi menjadi mutlak dibutuhkan oleh seluruh masyarat untuk dapat mengakses informasi secara lebih cepat. Diantara berbagai teknologi yang berkembang, salah satu yang memiliki dampak besar adalah pada bidang media. Media massa yang semula hanya berupa surat kabar, televisi dan radio, kini bertambah dengan adanya internet. Saat ini hampir semua media cetak memiliki halaman website sendiri, akibatnya sejumlah masyarakat yang awalnya menikmati media cetak, kini beralih ke media online karena lebih cepat dan mudah untuk diakses.
Di samping perkembangan media online, perkembangan internet yang semakin mudah di akses oleh masyarakat luas juga berakibat pada munculnya media sosial yang memudahkan manusia berinteraksi dengan orang yang bahkan tidak ia kenal sekalipun. Menurut data yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), saat ini jumlah penduduk Indonesia yang menggunakan internet adalah sekitar 63 juta jiwa, dan 95 persen diantaranya terhubung ke media sosial.
Perilhal pesta demokrasi terbesar Indonesia yang akan diselenggarakan pada 9 Juli mendatang, peran media massa tidak dapat dilepaskan dalam menjaga kesuksesan jalannya Pilpres. Bagaima tidak, berdasarkan rilis Transparency International Indonesia (TII), pada Pilpres 2014 jumlah pemilih pemula usia 17-30 tahun berjumlah 30 persen dari total data pemilih di Indonesia, atau sekitar50.054.460 orang. Dari total tersebut, diyakini bahwa lebih dari 90 persen diantaranya adalah penikmat media massa dan media sosial. Pemilih pemula yang kebanyakan masih membutuhkan pendewasaan politik akan sangat mudah dipengaruhi oleh pemberitaan media.
Demokrasi telah memberikan kebebasan bagi setiap warga negara Indonesia untuk mengaspirasikan dirim termasuk media, semakin yang semakin hari pemberitaannya terlihat bebas bahkan cenderung tidak memiliki batas. Pemberitaan media terkait perkembangan situasi jelang Pilpres yang menjadi faktor pendukung utama dalam terlaksananya Pemilu berkualitas, jujur dan adil. Media memang menyandang tugas positif dalam Pilpres 2014, namun jika tidak mendapat pengawasan, media juga dapat meilcu konflik karena adanya kepentingan para pemilik media yang saat ini terlibat aktif dalam Pemilu. Fenomena ini menjadi ancaman netralitas pemberitaan yang disajikan untuk dikonsumsi publik.
Untuk dapat menganisipasi dampak tersebut, wartawan atau jurnalis harus punya ruang yang baru dalam bentuk forum-forum diskusi untuk saling sharring atau memberikan sudut pandang yang lebih luas dan juga kembali terbuka sebagaimana semangat pers yang mendukung keterbukaan dan semangat netralitas. Selain itu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus dapat bersikap tegas dalam melakukan pengawasan termasuk saat mengeluarkan sanksi kepada perusahaan media yang jelas-jelas melakukan pelanggaran. Lebih lanjut Dewan Pers juga harus lebih pro aktif dalam memberikan peringatan kepada media yang jelas-jelas memihak kepada salah satu parpol, dibantu dengan masyarakat selaku penikmat media.Tanpa adanya saling membantu antar semua elemen, Pilpres pada Juli mendatang mustahil terlaksanan dengan jujur dan adil. Mari bersama wujudkan pemilu yang bersih, dimulai dari media sebagai informator. Kemajuan suatu negara akan ditentukan oleh rakyat negara itu sendiri.