Membuktikan Cinta di Bulan Puasa


Depok,

Tiap menjelang buka puasa banyak orang berjualan takjil. Tidak demikian dengan Mulyadita (30). Ia memilih berdagang toples.

“Kalau Lebaran orang pasti membutuhkan toples untuk menyuguhkan kue kepada tamu. Karena banyak orang bertanya, lalu saya jualan toples,” katanya ketika ditemui Minggu (22/8) sore.

Dengan menyewa sebidang tanah 3 m x 6 m di depan Pasar Depokjaya, Jl Nusantara, Depok, pria asal Lambung Bukit, Kecamatan Pauh Limo, Sumatera Barat, itu menggelar dagangannya.

Toples-toples dari berbagai jenis ditata rapi di atas meja. Ada toples plastik polos Rp 5.000-an, Rp 10.000-an, sampai yang berbahan beling dengan ornamen seharga Rp 270.000 tiap set (3 buah).

Kolong meja sengaja ditata untuk tempat tidur karena memang di situlah ia tidur tiap malam selama berjualan sejak hari pertama bulan puasa sampai menjelang Lebaran nanti. “Pulang ke rumah kakak di Pasar Lama jauh,” katanya.

Sore itu Pasar Depokjaya dipadati para pembeli takjil, sementara di tempat Mulya berjualan hanya sesekali saja orang datang dan belum tentu membeli. Tapi di sepanjang Jalan Nusantara itu hanya dia yang berjualan toples.

“Biasanya dua atau satu minggu sebelum Lebaran, kalau orang sudah terima THR, banyak yang beli,” jelas Mulya kenapa toplesnya masih sepi pembeli. Benar juga. Waktu itu ada seorang ibu yang datang, melihat-lihat sebentar lalu pergi sambil bicara sendiri, “Nanti aja deh nunggu THR…”

Namun sore itu, kurang dari setengah jam, terjadi juga transaksi dengan empat pembeli senilai Rp 125.000.

“Hari ini lumayan, sudah dapat Rp 500.000. Rata-rata sehari segitu. Kemarin malah Rp 600.000,” katanya sambil menghitung uang kertas di tangannya. “Tiga tahun lalu pernah sehari laku Rp 3 juta,” ucapnya sambil tersenyum.

Untuk dagang toples, Mulyadita pinjam modal dari kakaknya Rp 11 juta dengan perjanjian keuntungan dibagi dua. Keuntungan paling sedikit 30 persen. Ia kulakan di grosir di Glodok, Jakarta Barat. Sewa tempat dan tenda Rp 500.000 sampai selesai jualan ke pengurus RT setempat. Tak ada pungutan-pungutan lain.

“Saya sudah empat tahun berjualan toples di sini, tiap bulan puasa. Hasilnya cukup untuk pulang kampung dan untuk anak isteri,” ujar suami Leni Aditya (22) dan ayah Algani (15 bulan) ini.

Dulu Mulyadita bercita-cita jadi polisi, tetapi kandas karena tak ada biaya sekolah setelah lulus SMP. Pada usia 15 tahun, ia merantau ke Pekanbaru, Riau. Setahun kemudian ia menyusul kakaknya di Jakarta, berjualan sandal.

“Di kampung cari uang rasanya lama. Kalau di Jakarta, enaknya jual barang langsung dapat uang,” kata Mulya yang punya rencana setelah pulang kampung nanti akan bekerja sebagai tukang bangunan. “Sampai sekarang masih banyak pekerjaan bangunan setelah gempa bumi di Padang waktu itu,” katanya.

Bagi Mulyadita, bulan puasa adalah kesempatan untuk membuktikan cintanya kepada keluarga. “Dulu waktu masih bujang ingin membahagiakan orangtua, sekarang setelah berkeluarga saya ingin membahagiakan anak dan isteri,” katanya. Sesederhana itu..

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *