Memahami makna perlengkapan persembahyangan orang Tionghoa


Memahami makna perlengkapan persembahyangan orang Tionghoa

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 28 Juli 2022/Indonesia Media – Perajin rumah-rumahan di klenteng Wihara Nana Dassana Jl. Krendang Selatan, Duri Utara Jakarta Barat memahami makna bentuk, warna, angka perlengkapan untuk persembahyangan dan upacara kematian tradisi Tionghoa. Sebagian besar perajin sudah menekuni pekerjaan sebagai perajin lebih dari 20 tahun. Rumah-rumahan untuk persembahyangan dan upacara kematian tradisi Tionghoa, khususnya yang beragama Buddha dan filosofi Konghucu. “Saya hanya bikin kotak dana dan rumah-rumahan mewah. (makna) rumah mewah yang dipersembahkan untuk para Dewa. Sehingga leluhur tidak mengganggu (anggota keluarga yang masih hidup),” perajin asal Bogor, Roni mengatakan kepada Redaksi.

Rumah mewah dibuat sedemikian rupa sehingga kelihatan megah. Rumah-rumahan dibuat dari kertas minyak, bamboo, tali, lem perekat dan lain sebagainya. Hasil kerajinan untuk rumah mewah, dibuat dua bagian. Ada bagian teras rumah dan tamannya. Bagian lain berupa dinding, atap dan pondasi. “Saya hanya khusus bikin rumah mewah dan kotak dana. Saya hanya dibantu satu orang untuk bikin rumah-rumahan. Lama (pembuatan) 2-3 hari. Kalau kotak dana, hanya beberapa jam (selesai),” kata laki-laki kelahiran Bogor, tahun 1979.

Di tempat berbeda, di Klenteng Kiu Lie Tong Jl. Duri (TSS Raya) Krendang Selatan juga dipenuhi oleh rumah-rumahan untuk persembahyangan. Tetapi kreasinya berbeda dengan yang di Nana Dassana. Bentuk berupa koper yang konon digunakan untuk penyimpanan kertas-kertas emas dan perak. “(Maknanya) persembahan untuk leluhur, sehingga anggota keluarga yang masih ada tetap ingat dengan orang tua, kakek nenek. Sembahyang leluhur akan digelar pada pertengahan Agustus mendatang,” penjaga klenteng, Ibu Alan mengatakan kepada Redaksi.

Selama covid mendera, mulai awal tahun 2020 sampai awal 2022, pengurus Klenteng tidak mengadakan ritual persembahyangan untuk leluhur. Sehingga tahun ini, pengurus sudah mulai gelar kembali dengan protocol kesehatan yang ketat. Di Klenteng, bangunan Pagoda 7 tingkat terlihat di salah satu sudut ruangan. Ada juga kapal-kapal besar dengan perpaduan warna putih, emas, merah dan beragam motif termasuk bunga. “Kalau bentuk Pagoda, ada juga yang mau dengan 10 tingkat. Tapi kebetulan, yang sekarang dipesan, (pagoda) tujuh tingkat. Itu semua kembali pada kepercayaan masing-masing umat,” kata Ibu Alan. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *