Trader di Brazil tetap mengubur rencana buka kembali usaha rumla 


Trader di Brazil tetap mengubur rencana buka kembali usaha rumla

Trader PT Brasindo Gum, Kim To (The Tjin To) di Sao Paulo Brazil akhirnya tetap ‘mengubur’ masa lalu dengan partner bisnis pengolahan rumput laut (rumla) yang dulunya beroperasional di Luwuk, Sulawesi Tengah (Sulteng). Setelah hampir tiga tahun tidak ‘mudik’ ke Indonesia karena covid-19, ia akhirnya bisa kembali ke Indonesia (pertengahan Agustus 2022). Ia mengaku tidak akur dengan partner bisnis sejak 3-4 tahun yang lalu dan menelantarkan aset terutama mesin pengolahan rumla di pabriknya di Luwuk. Selain ada persoalan bisnis lain, dan ia sempat mau temui konsultasi dengan Christina Aryani (Anggota DPR RI periode 2019-2024). “Saya berkenalan dengan ibu Christina di Brazil. Coba minta bantuan karena dia kan anggota DPR,” Kim To mengatakan kepada Redaksi.

Aset bangunan pabrik pengolahan rumla Carrageenan Manufacturer PT Brasindo Gum di Desa Kyoan Luwuk. Kondisi Perusahaan; awalnya dikelola bersama Kim To dengan mitra local yang masih ada hubungan saudara. Periode tahun 2012 – 2018, hasil kongsi dengan mitranya, Brasindo berhasil ekspor ke Brazil. Nilai kontrak rumput laut mencapai 3 juta dolar AS (per tahun 2015) yang melibatkan tiga perusahaan. Kontrak tersebut terdiri dari 1,8 juta dolar AS untuk PT Brasindo Gum dengan Indobras Representacao Comercial. Serta senilai 1,2 juta dolar AS antara PT Gumindo Perkasa Industri dan Indobras Represencao Comercial. Perwakilan di Jakarta melalui salah satu rekannya, berkantor di Elok Plaza, Kedoya Kebon Jeruk Jakarta Barat. Rekannya tidak melanjutkan operasional pabrik karena mau fokus pada usaha keluarga (kontraktor, pengumpul hasil bumi Sulteng, dll) sejak tahun 2018, artinya pecah kongsi dengan Kim To. Harga tanah yang terus meningkat, penetapan harganya langsung oleh Kim To dan rekannya. Kim To bermaksud mengambil kembali ‘saham’ yang sudah di investasi pada aset PT Brasindo. Saat itu, rekannya masih mempertimbangkan rencana pengalihan seluruh saham yang dimiliki Kim To. “Sejak pecah kongsi, saya pribadi berharap asset tanah, bangunan pabrik, dan mesin-mesin produksi bisa tetap berfungsi dengan baik,” kata Kim To.

Ia pernah berharap ada rekannya yang lain di Indonesia memediasi terkait dengan kongsi bersama bisnis rumla. Sejak proses produksi berhenti, ia mengajukan dua opsi, menyewakan atau menjual seluruh asset. “Dia (rekan bisnis) menyayangkan usaha (Brasindo) yang sudah dirintis dengan baik dan juga malu kalau sampai penduduk di sekitar lokasi pabrik tahu kondisinya (pecah kongsi),” Kim To mengatakan kepada Redaksi.

Ia berharap perpecahan kongsi dengan rekannya jangan sampai tersebar luas dan menjadi heboh. Kim To mengaku tidak rugi dengan realisasi ekspor rumla ke Brazil (2012 – 2018). “Tidak rugi sih. Kami juga sempat bagi keuntungan. Tapi setelah pecah kongsi, mungkin ia (mitra/rekannya) mau kerja sendiri,” kata Kim To. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *