Investigasi Aljazeerah: Indikasinya Ada


TV Al Jazeerah dari Qatar bikin heboh Indonesia.

Dalam laporan investigasinya dengan judul “Plot Undermine Indonesia President” , dilaporkan bahwa ada sejumlah jenderal purnawiraan yang membekengi kelompok ormas Islam radikal tertentu untuk menggulingkan Presiden SBY. Karena mereka menilai SBY terlalu lemah dan terlalu reformis.

Mereka telah mencoba dengan menyebarkan informasi-informasi tentang korupsi (kasus bank Century), tetapi tidak ada efeknya seperti yang diharapkan. Kemudian dengan membekengi kelompok ormas Islam tertentu itu mereka mencoba dengan memanfaatkan kontroversi tentang Ahmadiyah, dan kelihatannya itu mulai membuahkan hasil. Bahkan dilaporkan Al Jazeerah bahwa peristiwa penyerbuan kediamaan Ahmadiyah di Bekasi yang menewaskan tiga orang jemaatnya beberapa waktu lalu merupakan proyek dari para jenderal purnawiraan itu.

Apa yang anda langsung teringat ketika mendapat berita ini?

Wajar kalau anda langsung teringat dengan pernyataan yang pernah diucapkan secara gamblang oleh Sekjen FUI Muhammad Al-Khathath pada tanggal 9 Februari 2011 di acara “Apa Kabar Indonesia” yang ditayangkan TV One, yang kemudian diwartakan oleh berbagai media massa.

Waktu itu pernyataan Sekjen FUI yang menarik perhatian adalah kalimatnya yang berbunyi: “Kalau mau membubarkan ormas Islam, maka SBY sama saja dengan menambah musuh. Karena saya sudah ketemu jenderal-jenderal itu. Mereka sudah dongkol pada SBY, dan ingin menggulingkan SBY. Jadi, SBY jangan tambah musuh. Banyak jenderal yang dongkol dengan SBY.”

Muhammad Al-Khaththath memberi pilihan ultimatum kepada Presiden SBY: pertama, bubarkan Ahmadiyah. Kedua, tangkap dan adili pimpinan Ahmadiyah, dan ketiga, kalau kedua opsi tersebut tidak dipenuhi SBY maka FUI menyerukan kepada ormas Islam untuk berkumpul di Monas, dan menjadikannya seperti di Mesir untuk menggulingkan SBY.

Seruan Al-Khathath pada 9 Februari 2011 ini poin-poinnya utamanya cocok dengan hasil investigasi dari Al Jazeerah yang ditayangkan pada 22 maret 2011 itu, yakni menjadikan masalah Ahmadiyah untuk menggulingkan Presiden SBY, adanya sejumlah jenderal (purnawirawan) yang siap mendukung gerakan mereka, dan tempat berkumpul sebagai titik awal gerakan adalah di Lapangan Monas. Cocok pula dengan pernyataan dari Pimpinan Gerakan Reformasi Islam (Garis), Chep Hernawan yang disiarkan Aljazeerah dalam acaranya itu.

Hernawan mengklaim, apabila SBY tidak membubarkan Ahmadiyah, dia telah mempersiapkan massa dalam jumlah besar untuk digelar pada tanggal 20 mei 2011, dengan berkumpul di Lapangan Monas, untuk menggulingkan Presiden SBY.

Dalam wawancaranya dengan Al Jazeerah itu, Hernawan mengaku bahwa sejumlah jenderal mendukung gerakan revolusi mereka menggulingkan pemerintahan SBY, antara lain dan terutama dimotori oleh Letjen (purn) Tyasno Sudarto, mantan Kepala Staf Angkatan Darat. Dukungan tersebut berupa dukungan moril, siasat, dan caranya.

Dia mengaku telah bertemu beberapakali dengan Tyasno difasilitasi oleh Sekjen FUI Muhammad Al-Khaththath. Al-Khaththath-lah yang membangun akses tersebut, katanya.

Dari laporan Aljazeerah tersebut, kelihatannya memang ada benang merah antara pernyataan Sekjen FUI, Muhammad Al-Khaththath pada 9 Februari 2011 di TV One itu dengan apa yang dilaporkan dari hasil investigasi Aljazeerah, yang ditayangkan pada 22 Maret 2011 itu.

Mungkin waktu itu (9 Februari), Muhammad Al-Khathath terlalu bersemangat, sehingga keceplosan mengutarakan tentang rencana makar mereka yang didukung oleh para jenderal itu. Yang pasti sekarang adalah begitu kentaranya keterkaitan erat antara ucapannya waktu itu dengan hasil investigasi Al Jazeerah.

Setelah ini “dibongkar” oleh Al Jazeerah, bagaimana reaksi Sekjen FUI itu?

Ternyata, dia menyangkal.

Dalam acara konferensi pers di Fatmawati, Jakarta, Rabu (23/3), Muhammad Al-Khaththath malah mengatakan bahwa laporan Al Jazeerah tentang rencana makar pihaknya itu hanyalah ilusi. Dia juga menyangkal mengetahui rencana penggulingan pemerintahan SBY oleh sejumlah jenderal purnawirawan TNI.

Katanya dia memang pernah mengatakan bahwa kalau SBY membubarkan ormas Islam, dia akan menentang habis-habisan. Sebab cara itu hanya menambah musuh. Termasuk jenderal-jenderal. “Saya tidak menyebut siapa jenderal itu. ‘Kan hak saya untuk tidak menyebut,” katanya.

Silakan anda sekalian menilai, apakah yang bersangkutan konsisten dan berani bertanggung jawab dengan ucapan sebelumnya di TV One tempo hari itu?

Tapi dari pernyataannya itu, yang mengatakan bahwa ada sejumlah besar memusuhi SBY, dan adalah hak dia tidak menyebutkan namanya, secara tak sadar justru dia membenarkan hasil investigasi Aljazeerah itu. Dari mana dia tahu “ada sejumlah jenderal yang memusuhi SBY”?  Berarti pula dia tahu nama(-nama) jenderal dimaksud, ketika dia berkata: ” ‘Kan hak saya untuk tidak menyebut nama.” Berarti, yah, dia tahu juga, kan? Kenapa dia bisa tahu, kalau bukan seperti hasil laporan investigasi Al Jazeerah, lalu apa?

Apakah penyangkalan tersebut sebagai bentuk ketakutan yang bersangkutan, karena rahasianya dibongkar Al Jazeerah?

Perlu disinggung pula bahwa dia juga pernah merilis suatu daftar yang dinamakan Dewan Revolusi Islam, suatu sebutan yang juga cocok dengan laporan investigasi Al Jazeerah (”Revolusi Islam”) yang berisi daftar “kabinet” pemerinthan yang rencana akandibentuk seandainya pemerintahan SBY berhasil mereka jatuhkan.

Nama-nama yang disebutkan di situ, tentu saja, belum tentu terlibat, bahkanmungkin saja tidak tahu-menahu kalau namanya ditulis di sana. Seperti nama KH Hasyim Muzadi, yang mengaku sangat kaget namanya ada di sana.

Tentu saja yang harus bertanggung jawab adalah sipembuat daftar tersebut, yakni Muhammad Al-Khathath itu.

Namun ketika dikonfirmasi, Muhammad Al-Khathath lagi-lagi membantah bahwa dia telah mengdeklarasikan kabinet Dewan Revolusi Islam itu.

Dia mengaku dia lahyang menyusun “kabinet” tersebut, tapi maksudnya hanya untuk mengingatkan pemerintah menyelesaikan kasus Bank Century.

Media Indoensia Onlien (23/3), melaporkan pada konferensi pers di kantor Tim pembela Muslim, Jakarta (23/3). Al Khathath memastikan tidak ada Dewan Revolusi Islam dengan Ketua FPI sebagai Presidennya, seperti yang diributkan media massa.

Katanya, daftar tersebut memang dia yang buat, setahun yang lalu. Waktuitu dikirim via SMS. Tapi maksudnya hanya untuk mengingatkan SBY supaya mengusut tuntas kasus Bank Century dengan baik. Sedangkan kenapa sampai dimuat di blog Multiply, dia tidak tahu.

Menurut saya ini suatu argumen yang lemah. Apahubungannya membuat daftar tersebut dengan mengingatakna SBY untuk mengusut tuntas kasus Bank Century?

Kenapa bisa juga secara kebetulan nama Letjen (Purn) Tyas Sudarto ada di sana?

Bagaimana reaksi pemerintah mendapat laporan ini?

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku belum pernah mendengar adanya rencana makar oleh sejumlah jenderal purnawirawan dengan menggunakan dan membekengi sekelompk ormas Islam radikal itu dalam melaksanakannnya. Oleh karena itu, pemerintah belum merasa perlu mengambil tindakan. Dia malah mengatakan bahwa informasi Al Jazeerah itu menyesatkan, seperti halnya informasi Wikileaks yang menyebutkan SBY telah menyalahgunakan kekuasaannya itu. Karena, sampai sekarang, pihaknya belum mendapatkan informasi tentang rencana makar itu. “Kita punya data, punya informasi,” katanya. “Informasi itu berasal dari Direktorat Jenderal Inteljen Kementerian Pertahanan, Badan Inteljen Negara, serta Badan Intelejen Strategis (BAIS) TNI. Adalah ‘mata dan telinga’ kita. Sementara belum ada informasi tentang itu.”

Mudah-mudahan saja ini bukan berarti lemahnya kemampuan Inteljen Negara kita untuk mendeteksi rencana-rencana makar yang harus kita semua tentang itu. Karena jika itu benar ada  jelas bertentangan dengan Konstitusi Negara, dan bukan suatu solusi. Malah sebaliknya akan semakin membawa negara ini ke tingkat kerusakan yang lebih parah, dan akan menyengsarakan rakyat banyak. Apalagi kita melihat siapa yang akan melakukan gerakan tersebut. Yang tentu saja bukan tanpa pamrih. Sebab ada cita-cita lama mereka yang belum juga tercapai: mengganti ideologi negara.

Bisa jadi, sekali lagi apabila hal tersebut benar, sejumlah jenderal tersebut hanya akan memanfaatkan kelompok ormas radikal tersebut. Setelah pemerintahan SBY jatuh, mereka akan berbalik menghabisi kelompok tersebut, untuk meudian memegang jalannya pemerintahan sesuai dengan kehendak mereka. Itu pun jika terjadi, akan berpotensi membawa bangsa ini ke perang saudara seperti di Libya sekarang.

Syukurlah kita merasa sedikit lega, dengan pernyataan Menteri Pertahanan selanjtnya: Namun demikian, pemerintah akan terus memantau perkembanngan di lapangan.Yakni dengan menggunakan perangkat keamanan untuk memrinci kebenaran informasi tersebut. Purnomo juga memastikan pemerintah akan menghadapi rencana itu dengan kekuatan militer. “Kalau ada (kudeta) akan kita hadapi dengan kekuaran militer!” Katanya (Tempo Interaktif, 23/3).

Sebaiknya memang pemerintah tidak memandang enteng masalah ini.

Sebab semua indikasi yang disebut oleh Al Jazeerah itu akurat. Bukan tidak mungkin teror bom buku, dan sejenisnya sekarang ini merupakan bagian dari skenario tersebut. Setelah masyarakat, Kepolisian, dan Inteljen Negara jenuh dan lengah dengan berita-berita benda-benda yang diduga bom itu, ternyata bukan bom, barulah mereka melaksanakan maksud sebenarnya, dengan melakukan peledakan besar di suatu tempat yang strategis secara politik. Halmana saya uraikan juga di tulisan saya yang lain di Kompasiana ini.

Kita boleh mengkritik secara keras pemerinthan SBY, tetapi kita harus menolak dan menentang semua bentuk aksi makar! ***

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *