Industri Pengolahan Pangan Berbasis Potensi Lokal


Industri Pengolahan Pangan Berbasis Potensi Lokal

dilaporkan: Setiawan Liu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jakarta, 23 Desember 2020/Indonesia Media – Industri pengolahan pangan diorientasikan pada bisnis dengan berbasis pada potensi pangan lokal. Hal ini sejalan dengan salah satu strategi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dalam Peraturan Presiden no 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yaitu Pengembangan Bisnis dan Industri Pangan Lokal. Selama ini industri di Tembelang Jombang hanya mencakup ketela, porang, sagu. Sementara industri diharapkan juga mengarah pada makanan lokal non-beras, salah satunya sorgum. Gapoktan (Gabungan kelompok tani) kec. Tembelang Jombang sempat menawarkan kepada Dinas beberapa waktu yang lalu dan menyatakan kesiapan untuk menjadi binaan pada program PIPL. “Kami menyampaikan program dan konsep sorgum untuk PIPL kepada Dinas. Kalau mereka menerima, pasti merekomendasikan kepada Kementerian Pertanian. UMKM harus mendapat dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi,” tegas Ramadlan, penggiat sorgum dan UKM nya di Jombang.

 

Kegiatan pengembangan pangan lokal mencakup dua kegiatan, yaitu Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) dan Pengembangan Pangan Pokok Lokal (P3L) Tahap Pengembangan. Kegiatan PIPL merupakan pengembangan usaha pengolahan pangan lokal dengan skala usaha yang lebih besar dengan fokus untuk menghasilkan bahan baku industri pengolahan pangan berbasis tepung. Sedangkan kegiatan P3L tahap pengembangan merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan P3L tahun 2018. “Kegiatan magang mahasiswi, Nurma dan Siwi juga berorientasi pada pengolahan sorgum. Dari biji (sorgum) menjadi beras, lalu beras menjadi tepung dan tepung menjadi kue, jajanan. Mereka diajak ke kebon sorgum dan melihat langsung proses penanaman, termasuk usia (tanam) sampai panen. Mereka melihat juga proses pengeringan sorgum, singkatnya (magang) hulu sampai hilir. Mereka juga membuat adonan kue berbahan tepung sorgum. Mereka melihat sendiri bahwa sorgum layak menjadi industry pangan local,” kata alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

 

Di tempat berbeda, pebisnis muda di Jakarta Kartika Ponda mengaku bahwa program diet dengan mengurangi konsumsi nasi putih. Sebagai penggantinya, ia mengonsumsi beras shirataki yang dipesan secara online. Harganya relatif mahal untuk ukuran orang Indonesia, yakni Rp 1 juta per lima kilogram. “Teman saya sodori sorgum. Ada keterangan gluten-free, (artinya) sorgum tidak mengandung protein gluten. Saya mau tahu juga. Tapi kalau kandungan carbo (carbohydrates) tinggi, unrecommended (tidak dianjurkan),” kata Kartika.

Ia juga mengaku sudah menjalani program diet selama kurang lebih dua tahun. Diet yang selama ini dijalani, yakni pola makan yang mengurangi asupan karbohidrat, sebaliknya tinggi asupan lemak. Berkurangnya karbohidrat dan tingginya kadar lemak membuat tubuh berada dalam metabolisme ketosis.

 

Gluten merupakan salah satu jenis protein yang biasanya terkandung di dalam gandum hasil persilangan (Triticale), gandum biasa, dan jelai atau barley. Sebagai perbandingan, pada nasi ada gluten. Beberapa produk makanan yang dijual tidak jarang tertulis ‘gluten-free’ pada kemasan. “Saya mau tahu pengertian ‘gluten-free’ dan dampaknya terhadap program diet saya. Yang pasti, healthy food paralel, seiring sejalan dengan gaya hidup higienis. Apalagi kondisi pandemi yang belum berakhir, masyarakat semakin berorientasi pada gaya hidup higienis dan mengonsumsi healthy food. Saya mengurangi goreng-gorengan, dan minyak goreng atau mentega. Itu tidak boleh. Saya mengonsumsi coconut oil atau minyak kelapa sebagai pengganti minyak sayur,” kata alumnus Fikom Universitas Islam Bandung (Unisba). (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *