Indonesia Tertinggal Karena Tidak Mampu Manfaatkan Kekayaan Alam


Indonesia ditunjuk sebagai Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) periode 2015-2017. Walau begitu, Indonesia dinilai tertinggal dari negara lain karena ketidakmampuaan memanfaatkan kekayaan alam yang ada.

Hal itu diungkapkan oleh mantan Menteri Koordinator bidang Perekonomian yang menjabat pada periode 2001-2004, Dorojatun Kuntjoro-Jakti, dalam acara “Dialogue on Indian Ocean: Strengthening Regional Cooperation in Indian Ocean” di Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Senin (8/6).

“Kita ini sudah tahu bahwa Indonesia punya kekayaan alam yang sangat banyak. Semua riset yang kita lakukan mengonfirmasi hal itu. Tapi sayangnya risetnya hanya selesai sampai di situ. Tidak ada upaya yang menjembatani temuan mengenai kekayaan yang dimiliki itu untuk dijadikan modal,” jelas Dorojatun.

Untuk menggambarkannya, Dorojatun bercerita tentang pengalamannya sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat ketika berkunjung ke peternakan udang milik seorang pengusaha di Hawaii.

Dalam kunjungan tersebut, Dorodjatun menyaksikan produk udang super dengan kualitas tinggi dan bebas virus yang laku di pasaran dengan harga sangat tinggi.

Pengusaha udang tersebut, jelas Dorojatun, menggunakan air laut yang terperangkap dalam bebatuan dari letupan gunung berapi purba sebagai medium ternak udang. Menurutnya, hal itulah contoh konkrit pemanfaatan kekayaan sebagai modal.

Dorodjatun menyarankan agar peneliti dan pengusaha bekerja sama sehingga riset berbuah inovasi yang dapat memberikan nilai tambah kekayaan alam yang dimiliki.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Rizal Sukma, berpandangan bahwa Indonesia perlu memiliki capaian-capaian yang terukur (tangible)melalui berbagai kerja sama yang ada di kawasan Samudera Hindia.

Dalam konteks ini, Rizal Sukma melihat bahwa capaian tersebut perlu Indonesia miliki sebagai Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) periode 2015-2017.

“Indonesia perlu melangkah lebih jauh dari sebatas membuat deklarasi-deklarasi baru. Apa kepentingan Indonesia di Samudera Hindia, apa yang bisa di-share? Apa yang perlu dilakukan? Bagaimana agenda setting Indonesia di Samudera Hindia melalui IORA?” jelas Rizal.

Selain dihadiri para pemateri, dialog tentang Samudera Hindia ini dihadiri Duta Besar Arthauli Tobing, para peneliti dari LIPI, peneliti dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan para pejabat dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu).

Dialog diselenggarakan sebagai forum untuk memperoleh masukan bagi persiapan Indonesia sebagai Ketua IORA.

Dialog tersebut juga menyepakati perlunya dibentuk friends of Indian Ocean untuk meningkatkanawareness publik terhadap isu-isu penting di kawasan khususnya dalam kerangka kerja sama IORA.

IORA merupakan kerja sama antara 20 negara di lingkar Samudera Hindia dengan enam prioritas bidang kerja sama, yaitu keselamatan keamanan maritim, fasilitasi perdagangan dan investasi, manajemen perikanan, manajemen risiko bencana, kerja sama akademik dan IPTEK, serta pariwisata dan pertukaran budaya.

LIPI merupakan focal point Indonesia pada IORA dari kalangan akademik. Pada masa keketuaan Indonesia di IORA, LIPI akan menjadi Ketua Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG) sebagai forum para akademisi dari negara-negara anggota IORA.( SP / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *