Cruise Asia Kedua Special Edition # 47 (Tamat)


Cruise Asia Kedua Special Edition # 47 (Tamat)

Senin, 9 Maret 2020, Toronto

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

It’s always nice to be back home, siapapun Anda, seperti apapun sikon
keadaan rumahmu, tak perduli kau elit beneran atau “elit” sulit
ekonominya. Ya saya senang kemping karena itu cara bepergian oke punya
untuk kaum tak punya, terutama di jaman mahasiswa. Sekali lagi berkat
ilmu perkempingan, kami bisa menjalani karantina sejak 4 Pebruari
malam praktisnya, s/d kemarin Kamis 5 Maret untuk saya, 31 hari. Untuk
Cecile, s/d 27 Pebruari, 24 hari. Kami tetap waras sehat-walafiat,
pelukan semakin mantap, angkat 3 koper dari hotel di Tokyo Kawasaki
sampai ke rumah kemarin, oke oke sahaja, beratan canoe :-). Ranjang
Wako Campus maupun rumkit, masih lebih emphug dan hangat daripada
tanahnya ‘campground’, apalagi di Yukon dan Alaska :-). Kalau tidur
di atas ranjang keras itu, jadi teringat ranjang batunya Siauw Liong
Lie dan Thio Boe Kie di kisah percintaan mereka. WC washlet Jepang
mengalahkan tentunya boker di atas box apalagi perlu gali lubang
seperti di Collins Inlet :-). Dpl sekali lagi pengalaman dikarantina
ini tidak membuat kami jera, jadi THP, The Hurting People ke siapa
saja, Pemerintah qq MenKes Jepang keg, jajaran Diamond Princess dan
staf kumpeninya keg, apalagi dokter suster perawat yang dicintai
Cecile, Dr Takeshita (mestinya hensem dia :-)) dan si saya, Dr Yuka.
Oke, kami kehilangan banyak kesempatan bertemu dengan temans dan
keluarga di Indo, juga kerugian materi tapi so-what-geto-lho :-).
Mereka jadi semakin suci, terutama di bulan Pebruari kemarin, doa
mulu ditambah puasa.

Sekarang cerita perjalanan terakhir kami dari Tokyo. Pelayanan VIP di
hotel terus berlangsung, dimana dengan mudah kami bisa minta ‘late
check-out’ jam 3 siang (sebab pesawat jam 7 malam, mestinya 10 pagi).
Eh ditawari mau diantar makan siang engga? Tentu saja. Nasi goreng
Jepang favorit Cecile dan tidak habis, kami keduk masukkan di dua
cup kertas yang memang saya miliki (oleh-oleh rumkit). Itu makanan
malam kami di airport karena jam 9 malam baru dapat makanan di dalam
pesawat, kami sudah tahu/pengalaman. Dari semua penumpang yang serba
was-was kalau ada yang batuk, mestinya kami berdua yang akan tenang-
tenang sahaja tapi ya itu kami tetap pakai masker. Sebetulnya ini juga
eror bro en sis, yang perlu pakai itu yang punya potensi nularin,
bukan yang masih sehat sebab virus itu akan masuk lewat berbagai cara
tak perduli kau pakai masker. Penerbangan oke-oke saja, kami sempat
nonton film Korea, Parasite yang kemarin dapat ‘Oscar Best Picture’.

Tiba di Pearson, kami lakukan self-declaration pakai mesin. Ketahuan
rek, si JH ama CH mantan penyandang Covid-19 dan ada kode ber-icon
istimewa di copy declaration kami. Digiring oleh petugas imigrasi ke
meja khusus dimana ada sekitar 20 folder merah berisi informasi untuk
kami wan-wan-sib Diamond Princess. Semua infonya sudah saya tahu, cuma
nomor telepon Public Health Canada yang baru diroger dan besok saya
akan lapor. Masih ingat cerita referensi saya mengenai satu pasutri ex
Diamond Princess dari Utah yang menjadi “si kusta” dijauhi dihindari
tetangganya? Terbalik nasibnya dengan saya dan Cecile dimana selain
dijemput, diberikan beberapa masakan kuliner, langsung kemarin malam
dibezoek tetangga, cipika cipiki dan hadiah oleh-oleh Diamond Princess
yang pertama-tama, lengkap dengan tas Princess ya untuk beliauw :-).
Hanya gokil JH punya sahabat yang sama sintingnya dengan kami berdua.

Bila Anda warga milis atau WA dimana saya aktif gaul maupun menulis,
Anda akan maklum bahwa sebelum serial ‘Special Edition’ 47 seri ini,
saya menulis serial Cruise Asia Kedua mulai 19 Januari sehari sebelum
‘boarding’ naik ke kapal Diamond Princess di Tokyo Yokohama. Sebab
kami menginap dua malam sebelum cruise di Tokyo Kamata lantaran Cecile
belum pernah ke Tokyo, cuma ke Narita dan itu juga nginap semalam tok.
Seri itu saya akhiri saat kami ada di tengah laut di pelayaran dari
Okinawa ke Yokohama tanggal 2 Pebruari, di seri ke 14. Siapa tahu
nasib kami berdua akan segemilang ini, 47 tayangan yang setiap hari
ditunggu-tunggu pencinta dongengan, terutama yang sudah lama tidak
membaca kisah seru-seram-tegang ala si Rajawali Sakti atau Kisah
Membunuh Naga, hanya di kisah kami hampir saja naga Anda terbunuh.

Di serial membosankan itu, cerita cruising sehingga si Noto “Retired
Commander” Canadian Navy suka protes, “Oom apa engga ada cerita lain
selain dongengan cruise?,” saya syer betapa setiap hari saya penggemar
pizza menikmati sekali cruise Asia kedua kami karena ada pizza segar
yang setiap lunch saya santap. Tak ada lagi pizza saat kami mulai
dikarantina 5 Pebruari, apalagi di Wako Campus, terlebih di rumkit
Fuji Onsen bagi Cecile, Tokyo Kamata untuk si saya. Seperti saya
laporkan, timbangan saya turun 3 kg. Nah, teman-temin saya selain
beralhamdulilah kami berdua akhirnya kembali ke rumah di tanggal
8 Maret kemarin malam, juga menganjurkan untuk merayakannya. Sudah
kuminta ke Toby anak kami tinggal serumah untuk memesan pizza dari
Pizza Hut yang jenis Supreme Pizza, siap santap begitu kami tiba.
Oke oke, memang pizza itu engga te o pe tetapi setelah lebih dari
sebulan tak meyantap pizza, jangankan Supreme Pizza, frozen pizza
Oetker Pizza pun bak dari surga. Ingat dongenganku turun gunung
habis daki Pangrango cowok semua, nenek-nenek penjual jagung rebus di
Kebun Raya Cibodas kelihatan cantik, wekwekwek :-).

Saat hari Minggu di Tokyo, Warti lapor bahwa ada, bisa lihat pohon
Sakura di daerah kami tinggal menurut Toshi, suaminya. Saya malas
keluar karena hari hujan terus sejak pagi. Tapi secara ajaib di taksi
ke bandara, kami bertemu ya satu pohon cherry yang sedang berbunga
sakura, putih semua. Pohon atau jalur jalanan itu kami lewati pas kami
sepedaan Jum’at sore tapi karena engga konsen mau cari bunga sakura,
ya terlewatkan. Arigato oneesan Warti. Teriring mekarnya bunga sakura
di Tokyo yang memang indah rupawati, sekian dahulu syering Bang Jeha,
kadang kotbah “5 menit” bagi Anda semua para pemirsa, sahabat kerabat
kami maupun mereka yang belum kenal. Sekali lagi, syering sebulan
berselang kehidupan pengalaman kami berdua, semoga seperti motto kami
anak CC, Ad Majorem Dei Gloriam, hanya namaNYA yang dimuliakan. Kami
cuma menjadi penyalur pesan dan barangkali pemberi inspirasi, bahwa
usahakan ‘tonight is the night’ selalu dalam kehidupan Anda yang
memilih berpasangan. “Apaan lagi itu Bang Jeha?,” tanya mereka yang
telmi. Akan saya dan Cecile syer di muka api unggun perkempingan
George Lake di cagar alam Killarney nanti, mulai 30 Juni yad. Kalau
kalian berkendala ikut, jangan lupa santap masakan hidangan favoritmu
malam ini bersama si sayangmu sebab ‘tomorrow may never come’. Bai bai
lam lekom, sampai jumpa di serial cruise kami yang ke 23 :-).( Jusni H / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *