Cruise Asia Kedua Special Edition # 42
Kamis malam, 5 Maret 2020, Kawasaki King Skyfront Hotel Tokyu Rei
Pertama-tama prens sadayana sedulur sakabehna, terima kasih atas semua
doa-doa kalian dari entah kapan tahu sampai hari ini sedemikian
sehingga saya sudah menjadi manusia bebas kembali! Yakni tadi pagi
dikabarkan oleh Dr Yuka yang semakin manis sahaja 🙂 bahwa hasil test
PCR saya yang kedua, adalah tak lain tak bukan negatif adanya. Jadi
MenKes RI sungguh benar sekali, virus ecel bernama Covid-19 ini cukup
dilawannya hanya dengan doa-doa SAJA. Buktinya saya tak pernah dapat
obat apapun, vitamin supplement nol (kecuali Bikkle gratis) di Tokyo
Kamata Medical Center (lain dengan Hospital ternyata ada dua rumkit).
Jadi wahai warga Nusantara dimana saja berada, WNI atau Diaspora,
tetap doakanlah semua penyandang penderita virus Covid-19 sehingga
mereka dapat mengikuti jejak si Jeha ja’ul, main layangan kaja putus
sekering sekampung :-). Jos Botak juga, makanya dia sekarang semakin
sayang ke hamba :-). Kami janjian November nanti adu layangan, siapa
pegang saya, siapa pegang dia, gelasan dan layangan siapa yang lebih
tangguh. Kalau di kampungku dulu, gelasan Bang Muja, boleh beli :-).
Dikarantina sebulanan, berpisah dengan isteri 3 mingguan tanpa rencana
ternyata teologi si saya lebih terpakai dari dia. Sekarang saya yakin
saya lebih tahan dibanting dibandingkan Cecile. Mong-ngomong teologi
jangan pakai referensi romo Katolik pastor pendeta, pakai contoh awam.
Saya punya sahabat Raymond Suryadinata yang dulu skul lagi di St Paul
University, jelas ambil ‘distance study theology’ seperti saya. Dahulu
di Toronto ia dan Ada isterinya tinggal di daerah keren, terbeken
sekota, Jane & Finch. Kalau malam habis dari UKI di Joan of Arc saya
suka anterin mereka pulang ke apartemennya dan ngobrol teologi maupun
topik lain. Baidewe Raymond anak CC juga, tak heran demen sekolah :-).
Almarhum Raymond anak baik, punya satu teori teologi, Tuhan itu suka
“becanda” dan contoh soalnya adalah peristiwa Covid-19 terutama yang
menimpa saya dan mantemin sekapal 700an manusia, beberapa sudah hilang
nyawanya, trims ke Kato-san, kuterima “becandaanMu” Oom Han. Teori ini
memang teori orang gila, istilah prokemnya gokil. Tapi bagus untuk
dipakai kalau selama ini doa-doamu belum atau tidak dikabulkanNya,
itu karena kau cuma tidak mengerti “becandaan” Beliau. Saya memang
kompak dengan Raymond karena ia cuma 1 dari 3 orang yang saya kenal
yang tanggal lahirnya sama denganku. Kedua Antonius Oentoro, ketiga
Partini Amin Singgih.
Mau cerita mengenai Partini, rahasia nih ye. Oya kalau kalian seumuran
dengan saya mestinya tahu Pak Amin Singgih, ayahnya. Bahasa Indonesia
saya tetap bagus, air laut siapa yang garemin, berkat dulu rajin
memirsa acara beliau di TVRI. Kalau Anda kenal Sumariyono, ia juga
bagus bahasa Indonesianya karena sepupu dengan Partini, ihik ihik :-).
Suatu ketika saya ngajar RPG Programming Language karena Partini kerja
di Adiguna Shipyard, anak buah Ponco Sutowo dan Endang Mokodompit.
(Endang juga ikut kursusku, Ponco kujuali IBM 5100, PC IBM pertama di
dunia, 10 ribu dollar saja untuk dia, harga tahun 70an :-)). Nah di
akhir kursus RPG Programming itu tentu ada ujiannya dan semua murid
harus selesai kalau mau dapat ijazah resmi dari kami, IBM Indonesia.
Pulang saya ke rumah bawa hasil ujian tsb. Menjelang sore tahu-tahu
ada yang godrek pintu rumahku di Kartini VIIC/12A (biarin didatangin
RT/RW rumah bersejarah :-)). Aku keluar pakai CD tok dan singlet kaos
kutang sebab memang begitu “seragamku” di rumah. Eh si Partini dengan
wajah sedih. “Kenapa ada apa Tini?,” tanyaku. “Pak saya salah kasih
kertas, yang saya berikan serahkan itu klatnya, ini yang sebetulnya,”
seru dia memelas. Sudah kukatakan, Bang Jeha paling engga tega liat
cewek nangis ataupun mau mewek. Kupersilahkan ia masuk dan kuperiksa
langsung jawabannya, jawaban yang lalu kusisihkan, tidak laku,
dianulir :-). Bagus hasilnya sebab anak itu memang pandai, lah sama
tanggal lahirnya denganku :-). “OK Tini, nanti saya catat hasil yang
ini, bukan yang dari kertas klat,” seru saya kepada dia yang sudah
tenang sebab saya percaya kertas itu bukan ia buat di rumah dibantu
bapaknya, wekwekwek. Suwer ini peristiwa terjadi sungguhan, tanya
Partini kalau kenal, cocokkan tanggal lahir dia, mestinya sama dengan
Paman Donal Emberikan. Peristiwa seperti itu hanya bisa terjadi di
Nusantara prens sadayana, IBM Personnel kasih tahu alamat rumahku ke
Partini dan si saya guru pencinta eneng-eneng manis percaya kepadanya.
Halo Mariyono, kalau ketemu Partini sampaikan salamku dari Tokyo :-).
Suatu ketika prens sadayana, apapun warna kulit dan rambutmu, apapun
bentuk matamu, sipit belo, tak perduli KTPmu ada kolom agamanya atau
kau bohongin sebetulnya kau ‘viking’, di USA Canada disebut atheis
agnostic, seberapapun hartamu, kau akan permisi dari Planit Bumi.
Kembali ditest pisahan 3 minggu ini saya jadi sadar, Cecile kurang
belajar selama ini, teologinya ga mantep :-). Semoga saya masih punya
banyak waktu untuk membuat ia mandiri, tabah tangguh kalau sampai ia
jadi janda duluan alias saya teksek eng-ing-eng baibai dunia penuh
kegokilan. Romo Kunarwoko sahabat saya yang juga meneruskan menimba
ilmunya ke Roma punya “teologi gokil” yang ia sebut teori lubang.
Manusia lahir keluar dari lubang, hidupnya diatur oleh lubang terutama
si cowok (kadang dikuasai), nanti mati masuk lagi ke dalam lubang. Di
usia 70 80 kita seharusnya sudah siap untuk fase ketiga itu sebab
temanku Agam benar, kita sudah semakin “bau tanah”. Sudah 42 seri
dongengan Bang Jeha kalian pirsa, semoga kalau hanya satu saja yang
bisa ditimba manfaatnya bro en sis, life sometimes is too short, so
be prepared, love your neighbour more, bagi dia masakanmu, wekwekwek.
Yang tukang jualan cem-macem sudah antri mau bagi saya risoles, mie,
kue kastengel nastar deeste deesbe, mumpung si Jeha masih segar 🙂
sebab kemarin timbang di rumkit, sahaya turun 3 kg :-).
Satu hal yang saya bersyukur, arigato Shinzo Abe, Cecile mendapatkan
pelajaran dan guru yang oke punya, sahabatku Warti yang mengangkat ia
bukan saja jadi murid, tetapi adik :-). Domo arigato oneesan. Dahulu
kalau saya hiking atau jalan duaan saya sering lebih di depan dan ia
selalu ngomel, “Tungguin aku dong”. Warti memberikan pelajaran bahwa
seorang isteri, apalagi KTP Indo, harus turut di belakang suaminya
sebab kalau ketemu beruang, biarin si suami duluan yang bengkelai :-).
Sekarang saya yakin Cecile akan hepi jalan di belakang saya. Masih
banyak pelajaran berharga dari Warti dan kalau kau minat juga jadi
murid “Srikandi Jepang” oke punya ini, ikut kami kemping di George
Lake, Killarney Park mulai 30 Juni. Akan kami “turunkan jurus-jurus
ampuh” yang diajarkan Warti, tonight is da night, sampai dongengan
esok hari dari Bang Jeha yang sudah bebas merdeka.( Jusni H / IM )
… (bersambung) …